Tak Cuma Buku Sejarah, Pengarsipan Wastra & Baju Nasional Tak Kalah Penting
Di tengah upaya pemerintah merampungkan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia, pengarsipan wastra Nusantara dan ragam busana Nasional seharusnya juga menjadi prioritas. Bukan sekadar sarana edukasi, arsip tersebut juga penting sebagai sumber referensi bagi para desainer agar berkarya dalam koridor yang sesuai konteks budayanya.
Desainer Toton Januar menyampaikannya dalam diskusi "The Resistance is Well-Dressed" yang digelar LaSalle College Jakarta dalam rangkaian Studio Folio 2025 baru-baru ini. "Banyak desainer kita yang mencoba merangkul budaya Indonesia dan masyarakat menyambutnya dengan positif. Namun, apakah berhenti di situ saja?" kata pendiri jenama Toton the Label itu.
Menurut Toton, mengolah kain atau siluet-siluet busana tradisional perlu diikuti dengan komitmen besar untuk mengenal lebih dalam asal-usul dan makna budaya yang tersirat di baliknya. Jangan sampai karya yang dihasilkan justru mendiskreditkan nilai-nilai penting dari budaya yang bersangkutan demi keuntungan pribadi semata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apresiasi berhenti ketika apropriasi dimulai," kata pemenang International Woolmark Prize 2016 Asia Regional in Womenswear Category ini.
Diskusi "The Resistance is Well-Dressed" yang digelar LaSalle College Jakarta dalam rangkaian Studio Folio 2025 baru-baru ini. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom) |
Masalah seperti ini rentan terjadi lantaran tidak tersedianya informasi lengkap tentang kain dan pakaian tradisional sebagai warisan budaya yang resmi dirilis negara. Toton menegaskan, pemerintah perlu segera merealisasikannya dengan melakukan pencatatan yang berorientasi pada hasil riset serius.
"Selama ini, belum ada semacam buku yang menjadi pemandu. Catatan-catatan tersebut sangat penting karena bisa menjadi pembelajaran dari apa yang terjadi pada masa lalu, so we can do better next," katanya.
Diskusi yang mengangkat topik tentang resistensi dalam bidang mode itu turut menghadirkan Creative Director Jakarta Fashion Week (JFW) Andandika Surasetja sebagai pembicaranya.
Menurut Andandika yang juga seorang desainer itu, fashion dapat berperan penting dalam mengintervensi situasi politik dan ekonomi global yang tak menentu. Kehadiran kreasi desainer yang merayakan budaya Indonesia dapat memperkuat identitas negara di tengah persaingan pasar yang kian ketat.
"Memproduksi pakaian di dalam negeri menurut saya adalah salah satu bentuk resistensi," kata pendiri label Studio Moral itu.
(dtg/dtg)
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Health & Beauty
Kulitmu Sering Drama? Ini 5 Moisturizer Penyelamat Kulit Sensitif dan Kering
Prada Resmi Akuisisi Rivalnya, Versace, Senilai Rp22,2 Triliun
A$AP Rocky Jadi Brand Ambassador Terbaru Chanel
Apa Itu Tactical Vest? Viral Dipakai Verrell Bramasta Kunjungi Korban Banjir
Detail Cincin Pertunangan Miley Cyrus, Emas Tebal Bertakhta Berlian Besar
Merenungi Alam yang Merana di Koleksi Terbaru Studio 133 Biyan
14 Artis Indonesia Masuk TC Candler Most Beautiful Faces 2025, Ada Olla Ramlan
Bikin Haru, Kisah di Balik Hutan Gitar Raksasa yang Dibuat Petani Untuk Istri
Ramalan Zodiak 5 Desember: Capricorn Jangan Gegabah, Pisces Introspeksi Diri
Viral Wanita Ini 4 Hari Bertahan Hidup di Longsor Aceh, Jalan Kaki 20 Km














































