Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tak Cuma Buku Sejarah, Pengarsipan Wastra & Baju Nasional Tak Kalah Penting

Daniel Ngantung - wolipop
Selasa, 15 Jul 2025 17:39 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Koleksi terbaru Toton di acara Mulia Fashion Week 2023, Hotel Mulia, Jakarta.
Koleksi rancangan Toton Januar yang terinspirasi dari siluet busana nasional seperti kebaya. (Foto: Mohammad Abduh/Detikcom)
Jakarta -

Di tengah upaya pemerintah merampungkan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia, pengarsipan wastra Nusantara dan ragam busana Nasional seharusnya juga menjadi prioritas. Bukan sekadar sarana edukasi, arsip tersebut juga penting sebagai sumber referensi bagi para desainer agar berkarya dalam koridor yang sesuai konteks budayanya.

Desainer Toton Januar menyampaikannya dalam diskusi "The Resistance is Well-Dressed" yang digelar LaSalle College Jakarta dalam rangkaian Studio Folio 2025 baru-baru ini. "Banyak desainer kita yang mencoba merangkul budaya Indonesia dan masyarakat menyambutnya dengan positif. Namun, apakah berhenti di situ saja?" kata pendiri jenama Toton the Label itu.

Menurut Toton, mengolah kain atau siluet-siluet busana tradisional perlu diikuti dengan komitmen besar untuk mengenal lebih dalam asal-usul dan makna budaya yang tersirat di baliknya. Jangan sampai karya yang dihasilkan justru mendiskreditkan nilai-nilai penting dari budaya yang bersangkutan demi keuntungan pribadi semata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apresiasi berhenti ketika apropriasi dimulai," kata pemenang International Woolmark Prize 2016 Asia Regional in Womenswear Category ini.

LaSalle College Jakarta Gelar STUDIOFOLIO 2025Diskusi "The Resistance is Well-Dressed" yang digelar LaSalle College Jakarta dalam rangkaian Studio Folio 2025 baru-baru ini. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Masalah seperti ini rentan terjadi lantaran tidak tersedianya informasi lengkap tentang kain dan pakaian tradisional sebagai warisan budaya yang resmi dirilis negara. Toton menegaskan, pemerintah perlu segera merealisasikannya dengan melakukan pencatatan yang berorientasi pada hasil riset serius.

ADVERTISEMENT

"Selama ini, belum ada semacam buku yang menjadi pemandu. Catatan-catatan tersebut sangat penting karena bisa menjadi pembelajaran dari apa yang terjadi pada masa lalu, so we can do better next," katanya.

Diskusi yang mengangkat topik tentang resistensi dalam bidang mode itu turut menghadirkan Creative Director Jakarta Fashion Week (JFW) Andandika Surasetja sebagai pembicaranya.

Menurut Andandika yang juga seorang desainer itu, fashion dapat berperan penting dalam mengintervensi situasi politik dan ekonomi global yang tak menentu. Kehadiran kreasi desainer yang merayakan budaya Indonesia dapat memperkuat identitas negara di tengah persaingan pasar yang kian ketat.

"Memproduksi pakaian di dalam negeri menurut saya adalah salah satu bentuk resistensi," kata pendiri label Studio Moral itu.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads