Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tantangan Ekonomi dan AI Makin Nyata, Desainer Muda Harus Bersiap

Daniel Ngantung - wolipop
Jumat, 11 Jul 2025 17:43 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Sekolah Fashion
Ilustrasi desainer muda membuat busana. (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Jakarta -

Dengan dinamika perekonomian global dan kehadiran kecerdasan buatan yang semakin nyata, para insan kreatif Indonesia, termasuk desainer mode, seakan menghadapi tantangan yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, jika disikapi dengan bijak, situasi tersebut justru berpotensi membuka pintu kesempatan untuk meraih kesuksesan.

Thresia Mareta, pegiat mode Tanah Air sekaligus salah satu inisiator Pintu Incubator, kerap melihat ada kecenderungan bahwa fashion dan bisnis kerap dipandang sebagai dunia yang terpisah. Padahal, keduanya justru saling berkaitan.

"Jadi kalau berbicara tantangan, secara ekonomi, dengan perang tarif Trump yang sedang ramai dibicarakan, itu pasti adalah challenge untuk semua bisnis, tidak hanya fashion," ujar Thresia kepada Wolipop selepas jumpa pers Pintu Incubator 2025 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Kamis (10/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencana Presiden AS Donald Trump untuk membebani Indonesia dengan tarif impor 32 persen memang belum berlaku, tapi situasi ekonomi sudah terpantau mengalami perlambatan yang menyebabkan daya beli masyarakat melemah. Para desainer muda yang baru merintis bisnis termasuk yang paling rentan terdampak.

Jumpa Pers Pintu Incubator 2025Thresia Mareta (kedua dari kanan) saat jumpa Pers Pintu Incubator 2025, Kamis (10/7/2025). (Foto: Dok. Pintu Incubator)

"Lalu bagaimana cara menghadapinya? Kita harus bisa memahami bahwa situasi ini cukup sulit, oleh karena itu kita harus punya planning dan do our own research. Sebenarnya kesempatan yang ada apa saja dan bagaimana kita bisa memanfaatkan kesempatan itu," kata pendiri jenama Lakon tersebut.

ADVERTISEMENT

Pintu Incubator yang memasuki tahun keempat pelaksanaannya merupakan buah kolaborasi Lakon, JF3, dan Kedutaan Prancis dan telah menjadi wadah pengembangan bagi desainer muda. Para peserta yang telah dipilih melalui proses kurasi yang ketat mendapat kesempatan untuk mengikuti mentoring professional, pertukaran budaya, pengalaman profesional, dan eksposur ke pasar global. Program ini menghubungkan para desainer muda dengan para ahli, institusi, dan ekosistem kreatif dari kedua negara.

Jumpa Pers Pintu Incubator 2025Para inisiator dan peserta Pintu Incubator 2025. (Foto: Dok. Pintu Incubator)

Menurut Thresia, program-program yang ditawarkan Pintu Incubator sebetulnya turut membantu desainer mencari peluang untuk mengembangkan diri baik dari sisi kreatif maupun bisnis di tengah tantangan yang ada. Hanya saja, beberapa kali ia menemukan peserta yang mengundurkan diri karena merasa tidak mampu. Mentalitas yang 'tidak mau keluar dari zona nyaman' masih menjadi penghalang.

"Padahal, sering kali loncatan besar terjadi ketika kita berada di situasi yang sulit," tutur Thresia.

Problema lain adalah kecanggihan teknologi yang semakin memberi kemudahan seperti akal imitasi atau AI. "Bagi seorang kreator, tentu ini sangat berbahaya. Masalahnya kalau desainer terbiasa mengandalkan AI, kreativitasnya jadi tidak terlatih. Menurut saya AI sifatnya hanya membantu saja. Jangan sampai kita yang didikte oleh AI," katanya.

Pintu Incubator merupakan bagian dari JF3 Fashion Festival yang diinisiasi Summarecon sejak 2004. Melalui JF3, Summarecon secara konsisten menghadirkan platform untuk mengangkat potensi industri mode tanah air dan berkomitmen mendukung perkembangan ekosistem fashion Indonesia, mulai dari pelestarian warisan budaya, pemberdayaan talenta muda, hingga memperluas konektivitas ke pasar internasional.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads