Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Mau Jadi Desainer, Tapi Kenapa Perlu Belajar di Sekolah Fashion?

Daniel Ngantung - wolipop
Minggu, 06 Jul 2025 13:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Sekolah Fashion
Ilustrasi sekolah mode. (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Jakarta -

Di luar status mereka sebagai desainer ternama dengan karya yang mendunia, Karl Lagerfeld, Miuccia Prada, Donatella Versace, dan Giorgio Armani, memiliki kesamaan lain. Nama-nama besar tersebut rupanya tidak pernah belajar membuat pakaian lewat jalur formal seperti sekolah mode.

Karier mereka dimulai jauh sebelum masifnya perkembangan teknologi informasi. Lantas, berkaca pada situasi masa kini ketika internet semakin memberi kemudahan dalam mempelajari segala sesuatu ataupun untuk membangun jaringan sosial, apakah kehadiran sekolah mode masih relevan bagi para anak muda yang kreatif sekaligus tech savvy dalam mewujudkan impian karier sebagai fashion designer?

LaSalle College Jakarta Gelar STUDIOFOLIO 2025Busana karya mahasiswa LaSalle College Jakarta jurusan desain mode dipamerkan di STUDIOFOLIO 2025. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

"Saya rasa masih sangat penting untuk belajar mode di tempat yang memang sekolahnya," ujar Ardha Ardea Prisilla, salah satu pengajar desain mode di LaSalle College Jakarta, saat berbincang dengan Wolipop saat STUDIOFOLIO 2025 di Spac8 Ashta District 8, Kamis (3/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut perempuan yang akrab disapa Dea ini, sekolah mode pada umumnya memperlengkapi kurikulumnya dengan berbagai macam teori. Dimulai dari paling yang paling dasar seperti sejarah mode sebagai bekal para murid untuk menambah wawasan dalam berkreasi. Terdapat pula teori tentang bisnis mode yang sangat berguna dalam memahami merintis usaha dan cara berbisnis.

Keuntungan lain, kata Dea, sekolah mode memiliki koneksi yang kuat dengan figur-figur penting di industri ini yang tentu dapat dimanfaatkan oleh para murid.

ADVERTISEMENT
LaSalle College Jakarta Gelar STUDIOFOLIO 2025STUDIOFOLIO 2025 yang digelar di Spac8 Ashta District 8 hadir sebagai wadah bagi para mahasiswa LaSalle College Jakarta untuk unjuk karya agar siap terjun ke industri dan dunia kerja. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

"Kami biasa berkolaborasi dengan desainer ternama. Murid kami juga memiliki akses untuk magang dengan mereka. Sesuatu yang mungkin tidak akan didapat jika mereka hanya ikut kursus menjahit," tutur Dea yang kemudian merujuk pada beberapa anak didiknya yang menjalani program magang bersama desainer Toton Januar.

Eksposur karya kepada khalayak juga lebih terjamin. Dea mengungkapkan, LaSalle College Jakarta yang merupakan bagian dari LaSalle College International misalnya rutin menggelar kegiatan seperti pameran dan fashion show. STUDIOFOLIO 2025 yang baru pertama kali diadakan memberi gambaran mahasiswa tentang dinamika nyata dunia kreatif profesional dalam format yang interaktif, terbuka dengan publik, dan inspiratif, lewat open class dan talkshow.

"Kalau mereka mau bikin sendiri tentunya sangat sulit karena terbentur masalah dana dan lokasi. Di sini, diberi jalan agar eksistensi mereka nyata," ujar perempuan yang telah 10 tahun mengajar dan saat ini menjabat sebagai head of textile division di LaSalle College Jakarta.

LaSalle College Jakarta juga menawarkan program Pathway yang memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk melanjutkan sisa masa kuliahnya di LaSalle Vancouver atau Melbourne. Tujuan utamanya untuk menyiapkan para calon desainer bersaing di pasar global.

"Jika sedang mencari sekolah mode, pilih yang bisa unleash creativity kamu, sekaligus menyiapkanmu menjadi desainer yang industry-ready sehingga siap untuk terjun di industri mode," tambah Dea.

(dtg/dtg)


Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads