ADVERTISEMENT

5 Fakta Kebaya Goes To Unesco, Viral Diikuti Dian Sastrowardoyo & Ibu Negara

Daniel Ngantung - wolipop Jumat, 28 Okt 2022 10:54 WIB
Dian Sastro Koleksi kebaya dari Bin House di JFW 2023 (Foto: Dok. JFW/Dachri Megantara)
Jakarta -

Menyemarakkan perayaan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh hari ini, Jumat (28/10/2022), kebaya ikut ramai dibicarakan di jagat maya. Kebaya memang tak lepas dari gerakan nasionalisme yang membentuk identitas Indonesia.

Itu mengapa belakangan muncul kampanye 'Kebaya Goes To UNESCO' yang menyerukan dukungan untuk menjadikan kebaya sebagai warisan budaya tak benda versi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.

Dukungan sudah berdatangan dari segala lapisan masyarakat, mulai dari ibu-ibu rumah tangga, figur publik, hingga mereka yang duduk di kepala pemerintahan.

Berikut sejumlah fakta tentang Kebaya Goes To Unesco:


1. Diajak Negara Lain

Kegiatan Gerakan Kebaya Goes To UNESCOKegiatan Gerakan Kebaya Goes To UNESCO (Foto: Dok. Rahmi Hidayati)

Batik sempat diklaim Malaysia sebelum akhirnya UNESCO mengukuhkan kain buah teknik membatik itu sebagai warisan asli Indonesia. Cerita yang sama mungkin juga memicu upaya pendaftaran kebaya segera ke UNESCO ini.

Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Rahmi Hidayati termasuk perempuan yang bersemangat menantikan kebaya bisa terdaftar di UNESCO. Ia bahkan ikut sibuk mempersiapkan dokumen-dokumen penyerta dossier, yakni semacam naskah proposal ke UNESCO.

Diungkapkan Rahmi, PBI adalah satu dari 26 organisasi pecinta budaya yang diundang pemerintah melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk pertemuan sosialisasi pendaftaran kebaya ke UNESCO. Pertiwi Indonesia, sebuah organisasi pemberdayaan dan kemajuan perempuan, yang mengumpulkan PBI dan kawan-kawan.

"Disampaikan bahwa Indonesia berkolaborasi dengan tiga negara dan pemerintah katanya sudah bergerak dari tahun lalu. Mereka meminta dukungan dari kami," ujar Rahmi saat berbincang dengan Wolipop pada Agustus lalu.


Negara yang dimaksud adalah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Ada aturan di UNESCO yang memperbolehkan beberapa negara bersatu untuk mengajukan satu warisan budaya yang sama. Jalur pangajuan ini disebut multination.

Ke-26 organisasi, lanjut Rahmi, menyatakan siap mendukung dengan semangat Indonesia yang harus memimpin kolaborasi ini. Namun di tengah perjalanan, mereka mengubah haluan.

"Setelah berdiskusi, kami sepakat bahwa kebaya harus didaftarkan Indonesia sebagai singlenation karena kami meyakini bahwa kebaya adalah warisan asli Indonesia," ucap Rahmi.

Baca artikel selengkapnya di sini.


2. Impian Sejak Lama

koleksi Bin House by obin  di Ramadhan in Style 2019Foto: Mohammad Abduh/Wolipop

Sebenarnya, keinginan untuk melihat kebaya diakui UNESCO sudah terikrarkan jauh sebelum ajakan Malaysia. PBI mengikrarkan usulan kebaya ke UNESCO saat gerakan 1.000 Perempuan Berkebaya pada 3 Maret 2017 silam.

"Saya menyampaikan dua usulan saat itu. Pertama, hari berkebaya nasional. Berikutnya pendaftaran kebaya ke UNESCO," katanya. Dua usulan tersebut lalu dibahas lagi saat kongres Berkebaya Nasional pada April 2021 yang turut dihadiri beberapa kementerian, termasuk Kemendikbudristek, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Koperasi dan UKM.

Lalu datang tawaran menominasikan kebaya ke UNESCO lewat jalur multination pada akhir 2021. Setelah mengiyakan, baru pemerintah mensosialisasikannya kepada PBI dan organisasi terkait belum lama ini. "Waktu itu kami nggak tahu kalau pemerintah sudah bergerak dan memutuskan untuk ikut multination," ujar Rahmi.

3. Langgam Kebaya yang Didaftarkan

Koleksi Mel Ahyar di JF3 Fashion Festival 2022Koleksi kebaya dari Mel Ahyar di JF3 Fashion Festival 2022 (Foto: Dok. JF3)

Jenis kebaya yang diajukan juga masih dalam pembahasan. Diungkapkan Rahmi, setidaknya ada empat langgam (model) kebaya di Indonesia: kutubaru, kartini, kebaya encim, dan kebaya noni.

"Ini masih dibahas, apakah kata kebayanya saja yang didaftarkan - artinya keempat model kebaya tersebut masuk selama sesuai pakem-, atau salah satu model kebaya saja," jelas Rahmi kala itu.

Adapun kebaya yang sesuai pakem artinya harus memiliki bukaan pada bagian depan dan berlengan pendek atau panjang. Kata kebaya hanya merujuk pada bagian atasan, terpisah dari kain tradisional yang melengkapinya sebagai bawahan.

Kebaya selalu identik dengan kain. Nenek moyang kita selalu memakai kain sebagai bawahan. Seiring perkembangan zaman, kebiasaan berkebaya dengan kain mulai terganti dengan pilihan bawahan yang lebih modern seperti celana atas nama kepraktisan.

Dr. Yuliarma, M.Ds, dosen Tata Busana dan Desain, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang, mengklasifikasi kebaya menjadi tiga jenis yakni Kebaya baju panjang, kebaya biasa, dan variasi kebaya.

"Bentuk kebaya tergolong kaftan. Semua yang dibelah di depan, pada dasarnya berasal dari kaftan," kata Yuliarma di kesempatan berbeda. Ia menambahkan, kelahiran kebaya tak lepas dari pengaruh masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7.


4. Pengakuan UNESCO Bisa Memberi Manfaat Ekonomi

Sebanyak 17 perempuan lintas profesi mulai dari selebriti hingga eks Menteri Susi Pudjiastuti tampil berkebaya dalam fashion show bertajuk' Kebaya Saja'.Sebanyak 17 perempuan lintas profesi mulai dari selebriti hingga eks Menteri Susi Pudjiastuti tampil berkebaya dalam fashion show bertajuk' Kebaya Saja'. (Foto: Pradita Utama/detikcom)

Pemberian status warisan budaya tak benda UNESCO untuk kebaya diyakini bisa memberi dampak positif kepada aspek perekonomian Indonesia. Apalagi jika masyarakat ikut tergerak membiasakan diri memakai kebaya.

"Efeknya, akan semakin besar nilai ekonomi kebaya. Produksi kebaya semakin banyak, produksi kain juga. Begitu pula aksesori pelengkapnya seperti anting, gelang, selop," kata Rahmi.

Itu mengapa Rahmi dan rekan-rekannya tiada lelah menggaungkan gerakan berkebaya dan 'Kebaya Goes To UNESCO'. Ajakan mereka sampai ke mancanegara. Pekan lalu, para ekspatriat Indonesia berpartisipasi di acara Cantik Berkebaya yang digelar di Washington D.C. untuk mendukung upaya pendaftaran kebaya ke UNESCO.

5. Dukungan Figur Publik

Dian SastrowardoyoDian Sastrowardoyo dalam balutan kebaya dengan styling modern. (Foto: Instagram/@therealdisastr)

Di Indonesia, para selebriti mengisi halaman Instagram dengan foto-foto berkebaya. Kebanyakan dari mereka mewakili generasi muda seperti Dian Sastrowardoyo dan Andien. Sampai hari ini, sudah ada hampi 12.000 unggahan bertagar #KebayaGoesToUNESCO.

Menurut Rahmi, gerakan seperti ini penting sebagai bukti untuk meyakinkan UNESCO bahwa kebaya merupakan warisan budaya Indonesia yang dipakai oleh wanita Indonesia dari generasi ke generasi.

Dian Sastrowardoyo kepada Wolipop mengungkapkan pentingnya mendukung gerakan ini. Sementara itu pada Hari Batik Nasional 2022 lalu, Ibu Negara Iriana Jokowi dan para wanita berkebaya memecahkan rekor MURI sekaligus mendukung gerakan Kebaya Goes to UNESCO.



Simak Video "Arti Kebaya di Mata Dian Sastrowardoyo"
[Gambas:Video 20detik]
(dtg/dtg)