Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Makan Seperti Orang Jepang Terbukti Cegah Depresi, Ini Dietnya

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Selasa, 01 Jul 2025 13:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Sushi
Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Makan seperti orang Jepang bisa membantu menjaga kesehatan mental, bahkan, menurut survei terbaru, berpotensi mencegah depresi.

Pola makan yang dimaksud populer dengan sebutan Washoku diet. Diet ini memanfaatkan ikan-ikanan sebagai lauk utama, kacang kedelai dan sayuran sebagai makanan sehari-hari.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatry and Clinical Neurosciences, para ilmuwan melakukan survei terhadap 12.500 pekerja di lima perusahaan besar di Jepang dalam rentang periode 2018-2021. Mayoritas responden adalah pria (88%) dengan rerata usia 42,5 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari total jumlah responden, sebanyak 30,9% orang mengaku mengalami depresi dan merasakan gejala-gejala seperti mudah putus asa dan kehilangan semangat.

Para peneliti kemudian menanyakan seberapa sering mereka mengonsumsi jenis makanan tertentu dalam seminggu terakhir. Berdasarkan data tersebut, mereka menyusun skala diet Washoku dari 0 sampai 9 poin. Semakin tinggi skornya, berarti pola makannya semakin mendekati gaya makan tradisional Jepang, seperti nasi putih, ikan, sup miso, produk olahan kedelai, sayuran rebus, makanan asin, jamur, rumput laut, dan teh hijau.

ADVERTISEMENT

Peneliti juga membuat skala diet Washoku versi modifikasi dengan rentang 0 sampai 11 poin, yang turut mempertimbangkan makanan yang diketahui bermanfaat bagi kesehatan mental, seperti buah-buahan, sayuran mentah, produk susu, dan nasi yang minim proses. Poin tambahan juga diberikan kepada peserta yang jarang mengonsumsi makanan asin (kurang dari sekali seminggu). Hasilnya?

Ilustrasi SushiIlustrasi Sushi. Foto: Getty Images/iStockphoto

Semakin tinggi skor diet Washoku seseorang, semakin kecil kemungkinan mereka mengalami depresi. Bahkan, responden yang paling konsisten menjalani pola makan Washoku tercatat 17% hingga 20% lebih rendah risikonya mengalami gejala depresi, dibandingkan mereka yang paling jarang mengikuti diet ini.

Tentu saja, kesehatan mental dipengaruhi banyak faktor selain makanan. Seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, dan jabatan pekerjaan. Begitu juga kebiasaan lain seperti konsumsi alkohol, merokok, olahraga, kualitas tidur, hingga berat badan.

Namun, tim peneliti menegaskan bahwa mereka telah menyesuaikan data secara statistik untuk meminimalisir pengaruh dari faktor-faktor non-diet tersebut.

Mengapa pola makan khas Jepang bisa berdampak positif pada kesehatan mental? Peneliti menduga jawabannya terletak pada kandungan gizi dari makanan seperti rumput laut, kedelai, dan sayuran yang kaya folat.

Nutrisi tersebut berperan penting dalam produksi neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin yang berkaitan dengan suasana hati.

Selain itu, antioksidan yang terdapat dalam sayuran berwarna, teh hijau, natto, dan miso berfungsi melindungi otak dari stres oksidatif. Bahkan, cita rasa umami yang menjadi ciri khas masakan Jepang juga diyakini dapat merangsang sistem saraf parasimpatik, yang membantu menciptakan rasa tenang dan stabil secara emosional.

"Ini sangat menggembirakan, karena mendukung hipotesis bahwa pola makan Jepang bermanfaat bagi kesehatan mental," ujar Haruka Miyake, peneliti dari Japan Institute for Health Security yang terlibat dalam studi tersebut, seperti dikutip dari Japan Times.

(hst/hst)


Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads