Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Kasus Mengejutkan Donor Sperma Hasilkan 67 Anak, 10 di Antaranya Idap Kanker

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Senin, 26 Mei 2025 12:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Bayi Sariawan
Ilustrasi bayi. Foto: iStock
Jakarta -

Donor sperma jadi salah satu solusi atau pilihan bagi pasangan yang memiliki masalah kesuburan atau karena alasan lain yang berkaitan dengan prinsip. Namun belum lama ini, sebuah kasus yang melibatkan donor sperma mengejutkan publik.

Seorang pria telah mendonorkan spermanya dan menghasilkan 67 anak. Namun, ia diketahui membawa mutasi gen langka, dan 10 anak hasil donor spermanya dilaporkan mengidap kanker.

Dilansir dari The Guardian, pria tersebut diketahui memiliki varian langka dari gen TP53, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Spermanya digunakan oleh klinik fertilitas di berbagai negara Eropa antara tahun 2008 hingga 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, pria ini dianggap sehat secara medis dan layak menjadi pendonor karena mutasi gen ini belum banyak dikenal sebagai faktor risiko kanker pada saat itu. Tetapi beberapa tahun kemudian, kondisi kesehatan anak-anak hasil donor mulai memicu kekhawatiran.

Dua keluarga melaporkan bahwa anak mereka didiagnosis kanker, dan setelah dilakukan penelusuran genetik, hasilnya mengarah pada mutasi gen TP53 dari sang pendonor. Klinik pun mulai menghubungi keluarga lain yang menggunakan donor tersebut.

ADVERTISEMENT

Hingga kini, sudah ada 67 anak dari 46 keluarga di delapan negara Eropa yang menjalani tes genetik. Hasilnya, 23 anak diketahui membawa mutasi gen serupa, dan 10 dari mereka telah didiagnosis menderita leukemia atau limfoma non-Hodgkin.

Julie Paulli Budtz, juru bicara dari European Sperm Bank yang memasok donor ini, mengaku sangat terpukul dengan temuan ini.

"Kami sangat terdampak oleh kasus ini," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa sang pendonor sebenarnya telah melalui berbagai tes kesehatan yang ketat.

"Namun secara ilmiah, tidak mungkin mendeteksi semua mutasi genetik berbahaya jika kita tidak tahu apa yang sedang dicari," tambahnya.

Kasus ini memicu diskusi serius tentang bagaimana sistem donor sperma internasional dijalankan. Para ahli memperingatkan meskipun ada batas maksimal 75 keluarga per satu pendonor, penyebaran gen langka secara luas tetap mungkin terjadi. terlebih jika mutasi tersebut belum diketahui atau tidak umum diuji.

Sejumlah pakar menyerukan agar sistem pelacakan data pendonor diperbaiki dan penerima donor diberi transparansi penuh. Terutama karena penerima donor bisa berasal dari berbagai negara, membuat pelacakan medis setelah anak lahir menjadi sangat rumit.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads