Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Perjuangan Wanita yang Alami 'Stroke' Setiap 2 Minggu Sekali

Kiki Oktaviani - wolipop
Rabu, 15 Jan 2025 08:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi stroke vertigo atau pusing
Ilustrasi stroke Foto: Getty Images/bymuratdeniz
Jakarta -

Seorang wanita bernama Leona Hargreaves menceritakan perjuangannya melawan kondisi langka yang disebut migrain hemiplegia. Kondisi ini menyebabkan gejala mirip stroke seperti kelemahan otot, kesulitan berbicara, hingga kehilangan penglihatan dalam waktu sementara.

"Tiba-tiba sisi kiri tubuh saya melemah, saya kehilangan kemampuan berbicara, dan penglihatan di mata kiri saya menjadi buram," kenang wanita asal Inggris itu yang pertama kali mengalami serangan pada Oktober 2024, seperti dikutip Mirror.

Dokter mendiagnosisnya dengan migrain hemiplegia, kondisi yang hanya memengaruhi satu dari 10.000 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak usia 13 hingga 16 tahun, Leona menderita migrain umum dengan gejala sakit kepala parah dan penglihatan buram. Anehnya, pada usia 16, migrain tersebut berhenti selama satu dekade. Namun, pada Oktober 2024, serangan mendadak dengan gejala mirip stroke mengubah hidupnya.

"Saat itu, semua orang mengira saya terkena stroke. Saya merasa sangat panik dan berpikir, 'Apakah ini akhir hidup saya?'" ucapnya.

ADVERTISEMENT

Migrain hemiplegia tidak hanya memengaruhi fisik Leona, tetapi juga kehidupan sehari-harinya. Kini, wanita 26 tahun itu sering bergantung pada tongkat untuk mobilitas selama dan setelah serangan. Leona mengaku bisa mengalami serangan seperti stroke tersebut setiap dua minggu sekali.

"Setiap serangan membuat saya takut, apakah kali ini saya tidak akan bisa berjalan lagi," ungkapnya.

Leona juga menghadapi tantangan dalam dunia kerja. Sebelumnya, ia berusaha bekerja penuh waktu, namun serangan yang sering memaksanya mengurangi jam kerja menjadi tiga kali seminggu.

"Saya merasa seperti harus menyerah sedikit demi sedikit. Tapi setidaknya, dengan tongkat, saya masih bisa keluar rumah dan tidak harus selalu membatalkan rencana," tambahnya.

Leona menjelaskan bahwa banyak orang salah memahami migrain. Migrain ternyata tidak berlangsung sehari.

"Orang berpikir migrain hanya berlangsung sehari, dan setelah sakit kepala hilang, semuanya kembali normal. Padahal, ada tahap persiapan sebelum serangan, serangan itu sendiri, dan fase pemulihan yang bisa berlangsung hingga seminggu," katanya.

Dalam menghadapi kondisi ini, Leona mencari pengobatan di National Migraine Centre di St. John's Wood, London. Pilihan pengobatan yang tersedia meliputi obat anti-epilepsi, suntikan botox untuk otot, dan Vydura untuk meredakan migrain. Namun, Leona masih mempertimbangkan langkah terbaik.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads