Underwear Berbahan Lace Dilarang di 3 Negara, Ini Risikonya Bagi Kesehatan
Pada 2014, Rusia, Belarus dan Kazakhstan melarang peredaran pakaian dalam berbahan lace. Serikat pabean yang terdiri dari tiga negara pasca-Soviet itu mewajibkan pakaian yang bersentuhan langsung dengan kulit harus mengandung setidaknya 6% bahan katun.
Kebijakan tersebut dibuat karena alasan keamanan, bukan tentang norma kesopanan. Pemerintah di tiga negara itu ingin melindungi konsumen terhadap pakaian sintetis yang tidak bisa menyerap cukup kelembapan sehingga bisa menyebabkan masalah kulit.
Aturan ini sempat menjadi kontroversi, memicu protes di kalangan wanita yang merasa hak untuk memilih pakaian dalam mereka sendiri dibatasi. Namun terlepas dari isu HAM dan berdasarkan kacamata medis, larangan tersebut cukup masuk akal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan dokter spesialis uriginekologi, pakaian dalam berbahan katun tak hanya nyaman tapi juga memiliki beberapa manfaat kesehatan untuk dikenakan. Dalam dunia medis khususnya kulit dan kelamin, bahan katun dianggap sebagai 'standar emas' dalam pembuatan celana dalam karena menghilangkan kelembapan dan menjaga area vagina tetap bersih serta segar.
Foto: iStock |
"Alasan mengapa banyak dokter merekomendasikan celana dalam katun karena bahannya sangat lembut, mudah menyerap keringat dan membantu kulit bernapas," kata Dr. Victoria Scott, ahli uroginekologi, seperti dikutip dari Huffington Post.
Sementara itu bahan sintetis seperti spandeks, polyester, lace atau nilon dapat memerangkap kelembapan dan panas sehingga menciptakan 'lingkungan yang ideal' bagi bakteri dan jamur berembang, yang bisa memicu infeksi.
"Selain itu, karena katun adalah kain yang lembut, kecil kemungkinannya menyebabkan iritasi vulva yang tidak nyaman dan menyakitkan," tambahnya.
Dr. Victoria menyarankan untuk orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu sebaiknya selalu memakai pakaian dalam dari katun. Atau setidaknya, celana dalam menggunakan katun di bagian liner yang bersentuhan langsung dengan vagina.
Foto: iStock |
"Kalau kamu rentan mengalami keputihan, bacterial vaginosis atau infeksi saluran kemih, celana dalam dengan area selangkangan berbahan katun dapat menurunkan risiko infeksi," jelas Dr. Victoria.
Lantas, bagaimana jika wanita sesekali ingin mengenakan pakaian dalam berbahan lace yang lebih feminin dan cantik?
Bahan lace memang membuat wanita terlihat seksi. Meski begitu, bahan lace tidak menyerap keringat dengan sempurna dan cenderung kasar yang bisa melukai atau membuat vagina iritasi. Jika tetap ingin memakai celana dalam lace, pastikan area selangkangan atau yang kontak langsung dengan kulit vagina dilapisi lagi dengan katun.
(hst/hst)
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Health & Beauty
Kulitmu Sering Drama? Ini 5 Moisturizer Penyelamat Kulit Sensitif dan Kering
11 Sayuran yang Bagus untuk Diet, Kenyang Tahan Lama
Cara Membedakan Lapar Asli dan Lapar Emosional, Penting Saat Diet
Dilraba Dilmurat Ungkap Cara Turunkan Berat Badan untuk Film, Tuai Perdebatan
5 Sayuran yang Lebih Sehat saat Dimasak, Menurut Ahli Gizi
Tren Diet dengan Kopi Americano, Benarkah Bisa Turunkan Berat Badan?
Detail Gaun Pernikahan Brisia Jodie, Konsep Royal Wedding ala Kate Middleton
14 Artis Indonesia Masuk TC Candler Most Beautiful Faces 2025, Ada Olla Ramlan
Wanita Ini Jadi Miss England Pertama yang Mengaku Lesbian, Picu Perdebatan
Wardah Diskon 50%, Mercredi 79%! Ini Deretan Promo Menarik di JxB 2025













































