Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Wanita Viral karena Tenang Mau Disuntik Mati, Begini Nasibnya Sekarang

Daniel Ngantung - wolipop
Selasa, 12 Okt 2021 14:15 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

The doctor prepares the syringe with the cure for vaccination.
Ilustrasi suntik mati. (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Bogota -

Pupus sudah keinginan Martha Sepúlveda untuk mengakhiri hidupnya dengan cara disuntik mati. Dua hari sebelum menjalani prosedur euthanasia, otoritas kesehatan menyetop langkahnya.

Martha yang menderita amyotrophic lateral sclerosis (ALS) seharusnya menjadi orang Kolombia pertama yang disuntik mati dalam kondisi tak mengidap penyakit non-mematikan. Prosedur tersebut dijadwalkan pada Minggu (10/10/2021).

Kabar itu sempat menyita atensi dunia karena Martha tampak tenang dan tertawa saat diwawancarai stasiun TV lokal beberapa hari sebelum menemui ajalnya. Wolipop juga sempat memberitakannya sehari sebelum jadwal Martha menjalani euthanasia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, laporan terbaru dari The Washington Post, Minggu, menyebut Martha batal menjalani euthanasia. Pada Jumat (8/10/2021), perempuan 51 tahun tersebut dikejutkan oleh kabar dari pengacaranya tentang sebuah surat dari otoritas kesehatan yang berisi pembatalan prosedur suntik mati.

Surat itu menyatakan kondisi kesehatan Martha membaik berdasarkan rekam medisnya sehingga tak berhak menerima euthanasia.

ADVERTISEMENT

Menurut pengacaranya, Camila Jaramillo, Martha sangat terkejut karena tidak tahu pihak berwenang memantau ulang kesehatannya pada menit-menit terakhir. Padahal, ia sudah bersiap untuk meninggal.

"Bahkan dia sudah menghentikan paket berlangganan ponselnya karena dia pikir akan meninggal besok," kata Camila pada Sabtu (9/10/2021).

Camila dan timnya pun memastikan tidak akan tinggal diam dan tetap memperjuangkan keinginan sang klien. Menurutnya, keputusan tersebut dianggap melanggar hak Martha untuk 'meninggal secara bermartabat'.

Ia merujuk pada keputusan baru Mahkamah Konstitusional Kolombia yang akhirnya memperbolehkan pasien tanpa penyakit non-mematikan untuk menjalani prosedur euthanasia selama penyakit itu mengganggu fungsi fisik dan mental secara intens. Sejak 1997, suntik mati sudah dilegalkan di Kolombia, tapi hanya terbatas bagi pasien penyakit mematikan.

"Mereka membuat Martha harus menjalani hidup yang tak diinginkannya," tegas Camila. Pada 2019, ia didiagnosis mengidap ALS, penyakit yang menyerang sistem saraf sehingga mengganggu mobilitas tubuh.

Makin lama, kondisi kesehatannya kian buruk sampai-sampai melumpuhkan pergerakannya. Untuk berjalan saja, ia harus dibantu orang lain.

"Ketika mengidapnya, aku merasa satu-satunya pilihan terbaik adalah beristirahat," kata Martha tentang alasannya menjalani prosedur euthanasia kepada stasiun TV lokal Noticias Caracol pekan lalu seperti dikutip NBC News.

Martha diwawancarai sambil menikmati bir dan makanan di sebuah restoran. Anaknya, Federico Redondo Sepúlveda, ikut mendampingi. Obrolan mereka penuh canda dan tawa meskipun kematian telah menanti Martha.

Martha Sepúlveda CampKondisi Martha Sepúlveda sebelum menjalani prosedur euthanasia. (Foto: Caracol via Noticias Telemundo/NBC News)

"Aku lebih tenang setelah permohonanku disetujui. Aku jadi sering tertawa dan tidurku lebih nyenyak," katanya. Secara spiritual, tambah perempuan yang mengklaim dirinya sebagai penganut Katolik yang taat, merasa lebih tenang.

Colombian Institute of Pain yang seharusnya melaksanakan prosedur euthanasia terhadap Martha tiba-tiba berubah pikiran setelah melihat ada perkembangan positif pada kesehatan Martha antara Juli dan Oktober.

Kabar viral tentang Martha yang ceria jelang disuntik mati juga menjadi pertimbangan. Mereka tak melihat seseorang yang sedang sangat kesakitan sampai ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

Setelah melalui beberapa evaluasi, otoritas sepakat Martha tak memiliki kriteria penerima euthanasia, yakni memiliki penyakit degeneratif dan penyakit yang tak dapat disembuhkan. Mereka juga menyebut Martha memiliki kemungkinan hidup lebih dari enam bulan sehingga tak pantas untuk disuntik mati.


Meski legal, prosedur euthanasia masih menjadi kontroversi di Kolombia mengingat penduduknya yang mayoritas beragama Katolik Roma. Di mata gereja, euthanasia dianggap sebagai 'pelanggaran yang serius' karena menentang kekuasaan Pencipta sebagai penentu kehidupan.

"Aku paham bahwa Tuhan adalah pemilik hidup ini. Segala sesuatu terjadi atas izin-Nya," tutur Martha yang mengaku sudah mendiskusikan keputusan ini dengan pasturnya. Di sisi lain, ia yakin Tuhan berada di balik keputusannya untuk disuntik mati.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads