Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Buah Manis Perjuangan Melie Indarto, Menang Rp 200 Juta Demi Petani Sutra

Daniel Ngantung - wolipop
Minggu, 28 Mei 2023 21:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Tenun Batik KaIND
Melie Indarto, pendiri KaIND dan pemenang Pengusaha Muda BRILian 2022. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)
Jakarta -

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Segala perjuangan Melie Indarto di ajang Pengusaha Muda BRILian (PMB) 2022 berbuah kemenangan yang didedikasikannya untuk para petani sutra eri.

untuk mengembangkan KaIND yang memberdayakan petani sutra eri akhirnya berbuah manis. Ia menjadi juara pertama Pengusaha Muda BRILian (PMB) 2022.

Kompetisi tersebut merupakan bagian dari BRILianpreneur yang digelar oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai bentuk komitmennya untuk mendukung pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisa memenangkannya tentu pencapaian terbesar bagi KaIND. Apalagi saingannya sama ratusan UMKM dari seluruh Indonesia," ungkap Melie kepada Wolipop belum lama ini saat ditemui di kawasan Grogol, Jakarta Barat.

Tenun Batik KaINDTenun Batik KaIND Foto: Daniel Ngantung/Detikcom

Usaha yang dirintisnya sejak 2015 itu fokus pada produk tenun-batik yang terbuat dari serat sutra eri 'peace silk' hasil budidaya para petani di kampung halamannya, Pasuruan Jawa Timur. Ia juga mengangkat motif yang terinspirasi dari alam Pasuruan.

ADVERTISEMENT

Berawal dari scarf, KaIND secara bertahap merambah ke produk ready-to-wear atau busana siap-pakai hingga aksesori rumah. Melie ingin KaIND bisa menggaungkan kearifan lokal Pasuruan sekaligus mendukung sustainable fashion beserta ekosistemnya.

Infografis Sutra Eri Peace SilkInfografis Sutra Eri Peace Silk Foto: Fuad Hasim/Tim Infografis detikcom

Dengan segala tantangan yang dihadapi, ia mengaku tak menyangka KaIND akan menjuarai PMB 2022. Selama hampir lima bulan (Agustus-Desember 2022), Melie yang mendengar informasi tentang PMB dari media sosial harus mengikuti berbagai sesi pembekalan yang dibawakan oleh mentor berpengalaman, khususnya dalam bidang kewirausahawan.

Belum lagi, ada tugas mingguan yang harus dipenuhi oleh para peserta. Melie juga merasa persaingan sangat ketat karena setiap UMKM diharapkan menunjukkan pertumbuhan baik dari segi pemasukan maupun keuntungan selama mengikuti BRILianprenuer.

Kesibukan Melie makin menjadi-jadi karena datang pesanan untuk suvenir G20 Kementerian Keuangan. Ia dan timnya pun lembur demi menyelesaikan 400 lembar scarf sutra dalam kurun dua minggu sebelum dikirim ke Bali.

Di luar itu, Melie harus membagi fokusnya dengan keluarga. Sebagai seorang ibu, ia harus memastikan kebutuhan putrinya yang masih batita dan suami terpenuhi.

BRI BrilianPara pemenang Pengusaha Muda BRILian (PMB) 2022. Melie berhasil menyabet gelar juara pertama. (Foto: Dok. BRI)

"Pokoknya perjuangan banget waktu itu. Mungkin tidur paling lama tiga jam," kenang wanita kelahiran September 1989 itu.

Betapa kagetnya Melie ketika nama KaIND diumumkan sebagai juara satu. Ia merasa peserta UMKM yang masuk tiga besar bersamanya memiliki produk serta konsep yang lebih baik. Dengan kemenangan tersebut, ia berhak mendapat pemodalan senilai Rp 200 juta dari BRI.

Investasi Jangka Panjang

Melie berniat menggunakan dana tersebut untuk keperluan jangka panjang guna memastikan keberlangsungan petani sutra eri di Pasuruan dan sekitarnya. Ia pun memilih mendepositokannya dulu di BRI.

"Sementara ini, kebutuhan jangka pendek KaIND masih bisa ter-cover. Jadi aku ingin memakainya untuk sesuatu yang lebih besar lagi buat petani sutra yang belum sepenuhnya recovery," kata Melie.

Ia mengungkapkan, jumlah petani sutra eri menurun drastis karena terdampak pandemi COVID-19. Berdasarkan pengamatannya, ada sekitar 200-an petani sutra di Pasuran pada 2019. "Sekarang paling hanya 10 persen," tambahnya.

Pada 2021, ia pernah melakukan penggalangan dana untuk petani. Meski tak banyak, hasil donasi cukup untuk membeli hasil panen petani.
Ekosistem bisnis sutra belum terbentuk dengan baik. Menurut Melie, sulitnya mencari kombinasi serat yang tepat untuk serat sutra di Indonesia menjadi salah satu indikator.

"Butuh dana besar untuk menghadapi tantangan karena ekosistemnya jauh dari mumpuni. Kami harus potong rumput sendiri," katanya.

Beruntung setelah BRILianpreneur, banyak pihak dari berbagai industri serat seperti kapuk dan katun menghubungi Melie. Mereka tertarik untuk berkolaborasi. Ia berharap, pemerintah dapat turun tangan demi kemajuan pembudidayaan sutra atau serat organik lainnya yang ramah lingkungan.

"Misal BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) berkenan mau melihat ini sebagai prioritas supaya Indonesia punya kemandirian sandang, jangan cuma pangan yang dipikirkan," kata Melie.

Menurut Melie, banyak serat hewani dan nabati yang bisa dijadikan serat untuk benang di Indonesia. Namun, butuh penelitian lebih lanjut agar serat tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan baku industri.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads