Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Bohong atau Jujur? Aplikasi Smartphone Ini Bisa Bantu Cari Tahu

Hestianingsih - wolipop
Senin, 11 Jul 2016 16:37 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Thinkstock
Jakarta - Pendeteksi kebohongan kini tak hanya lagi milik polisi atau detektif. Orang awam, pun bisa mengetahui kebohongan seseorang bermodalkan smartphone.

Kuncinya ada pada aplikasi smartphone yang diklaim bisa digunakan semua kalangan mulai dari orangtua, guru, teman kencan, dan sebagainya. Seperti dikutip dari Daily Mail, aplikasi tersebut bisa mengukur tingkat peredaran darah dan raut wajah untuk mengetahui apakah seseorang berbohong atau jujur.

Orangtua bisa menggunakannya untuk mengecek kejujuran/kebohongan anak-anak mereka. Sementara para guru di sekolah juga bisa mengetahui apakah anak didiknya berkata jujur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aplikasi dikembangkan oleh perusahaan startup NuraLogix asal Toronto. Pendeteksi kebohongan ini menggunakan perangkat lunak yang disebut Transdermal Optical Imaging.

Perangkat bekerja dengan mendeteksi aliran darah pada wajah. Setiap emosi yang dirasakan manusia, akan menghasilkan pola aliran darah yang berbeda entah itu senang, takut, marah, sedih atau gugup. Aliran darah tersebut tidak dapat dikontrol manusia sehingga ketika terjadi perubahan pola, bisa terlihat apakah seseorang berbohong atau tidak.

Menggunakan rekaman dari kamera smartphone, perangkat ini akan mendeteksi adanya perubahan pada warna kulit dan membandingkannya ketika emosi seseorang berada pada kondisi 'normal' atau stabil. Menurut pakar syaraf Kang Lee, alat pendeteksi ini bisa cukup berguna terutama bagi para guru.

"Bisa sangat berguna, contohnya, untuk para guru. Banyak murid yang merasa gelisah dengan pelajaran matematika tapi mereka tidak mau memberitahukannya, karena itu memalukan," tambah Kang.

Meskipun bisa membantu proses belajar mengajar, aplikasi ini sepertinya hanya diperuntukkan bagi kalangan awam. Bukan profesional.

Diterangkan Kang, teknologi perangkat lunak yang ditanamkan dalam aplikasi tidak bisa menggantikan alat pendeteksi kebohongan yang biasa digunakan di pengadilan atau penyidikan. Menurutnya akurasi pada pendeteksi konvensional jauh lebih tinggi karena lebih banyak elemen yang diteliti. Bukan sekadar melihat pola aliran darah lewat wajah.

"(Di pengadilan) akurasinya harus sangat tinggi, seperti tes genetik, jadi kemungkinan terjadi error hanya satu banding seribu," ujar pria yang telah meneliti tentang syaraf sejak 20 tahun lalu ini.

Aplikasi belum tersedia di Appstore maupun Googlestore. Kang menambahkan, kemungkinan masih perlu pengembangan beberapa tahun lagi sebelum bisa digunakan konsumen. (hst/hst)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads