Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Intimate Interview

Mengenal Kerri Na Basaria, Putri Luhut Pandjaitan Pendiri Tobatenun

Daniel Ngantung - wolipop
Sabtu, 26 Feb 2022 08:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Pendiri Tobatenun Kerri Na Basaria, Anak Luhut Binsar Panjaitan
Pendiri Tobatenun Kerri Na Basaria (Foto: Dok. Pribadi)
Jakarta -

Berawal dari kecintaan pada warisan budaya leluhurnya, Kerri Na Basaria merintis Tobatenun yang salah satu misi utamanya melestarikan ulos dengan pendekatan wirausaha sosial (social enterprise). Namun, niatnya tersebut sempat diragukan oleh sang ayah, yang bukan lain adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan.

Sebagai perempuan berdarah Batak, Kerri sudah akrab dengan ulos sejak kecil. Seperti keluarga Batak pada umumnya, ulos menjadi bagian penting bagi Kerri dan keluarga, terutama saat hari-hari penting seperti momen kelahiran dan kematian. Ibu Kerri, Devi Simatupang, juga mengoleksi ulos.

Rasa cinta itu lalu perlahan membuka mata Kerri kepada isu sosial yang 'bersembunyi' di balik keindahan kain ulos.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin karena orang Batak, aku punya sentimental feeling untuk melihat lebih dalam kondisi perajin di sana: kenapa mereka masih miskin, lalu bagaimana penggerusan budaya mengancam pelestarian ulos sebagai dampak dari modernisasi," kata perempuan 31 tahun itu saat berbincang dengan Wolipop baru-baru ini.

Pada 2018, lahirlah Tobatenun yang didirikan Kerri dan ibunya untuk mempromosikan ulos dengan harapan dapat membantu perajin lokal di kampung halaman.

ADVERTISEMENT

Dua tahun berselang, Tobatenun berubah arah menjadi sebuah wirausaha sosial karena Kerri melihat perlunya penerapan model bisnis berkelanjutan demi melindungi para perajin dari kerugian sekaligus menjaga 'roh' ulos sebagai produk budaya dari ancaman eksploitasi.

Pendiri Tobatenun Kerri Na Basaria, Anak Luhut Binsar PanjaitanPendiri Tobatenun Kerri Na Basaria yang juga anak bungsu Luhut Binsar Panjaitan. (Foto: Dok. Pribadi)

Reaksi Luhut Pandjaitan

Ayahnya sempat meragukan keputusan Kerri untuk membangun Tobatenun. "Bapak sempat menganggap aneh sih karena aku bikin ini," ungkap Kerri.

Sebenarnya, tak pernah terbesit di benak Kerri untuk menjadi seorang entrepreneur. Latar belakang pendidikannya adalah sejarah dan sastra karena ia memang menyukai budaya.

Kerri menseriusi bidang tersebut dengan mengambil studi sastra Inggris di University St. Andrews, Skotlandia. Gelar master lalu diambilnya di Sydney, Australia.

Menurutnya, sejarah dan sastra sangat menarik karena merupakan topik yang versatile. "Kita bisa belajar banyak hal, bukan cuma teori tentang sejarah. Kita bisa tahu cara analisa dan baca mana yang fakta atau fiksi," ungkap bungsu dari empat bersaudara ini.

Studinya juga memungkinkan Kerry untuk menuangkan hobi menulisnya. Ilmu tersebut sangat terpakai saat ia menarasikan Tobatenun dalam tulisan untuk keperluan publikasi. Tulisan yang dituangkan Kerri pun terasa personal.

Meski ayahnya sempat memandang sebelah mata pilihan Kerri untuk menjadi seorang wirausahawati sosial, ia memberikan diri dengan total agar Tobatenun berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan ekosistem bisnis yang adil bagi para perajin ulos di tengah tantangan modernisasi.

Baru tiga tahun eksis, Tobatenun dengan rumah komunitasnya yang bernama Jabu Bonang, telah menjangkau 176 partonun atau penenun kain ulos lewat program pelatihan dan lokakarya.

Pendiri Tobatenun Kerri Na Basaria, Anak Luhut Binsar PanjaitanPemberdayaan perajin perempuan menjadi salah satu fokus Tobatenun. (Foto: Dok. Pribadi)

"Kami datangi satu-satu ke rumah mereka dan beri bimbingan one-on-one untuk berkonsultasi dengan pakar tekstil kami. Kami juga punya ahli pewarnaan alam juga kami ajak," katanya.

Program keterampilan menenun itu juga disandingkan dengan pengembangan soft skill. Diungkapkan Kerri, salah satu platform terpenting Tobatenun adalah pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.

Banyak perajin perempuan yang mengeluh kesulitan mengakses layanan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, Tobatenun baru-baru ini menggelar tes IVA massal bagi mitra penenunnya untuk mendeteksi kanker rahim sekaligus meningkatkan kepedulian terhadap isu kesehatan rerpoduksi yang selama ini dianggap tabu oleh masyarakat terpencil.

"Dari sini, kita bisa melihat bahwa budaya dan seni bisa menjadi platform untuk memperbaiki isu sosial-ekonomi di sana," kata Kerri.

Pendiri Tobatenun Kerri Na Basaria, Anak Luhut Binsar PanjaitanInstalasi ulos karya perajin mitra Tobatenun di pameran Adiwastra 2022. (Foto: Dok. Pribadi)

Program-program tersebut, lanjutnya, sebenarnya masih eksperimental dan perlu ditindaklanjuti dengan social mapping yang saat ini memang sedang direncanakan Tobatenun untuk mengukur lebih jauh dampaknya.

Pada awal Februari ini, Tobatenun dengan tagline "Bangga Bertenun, Bangga Berbudaya" berpartisipasi di pameran Adiwastra 2022 untuk memperkenalkan lebih lanjut visi dan misinya kepada masyarakat. Menjadi partisipan pertama yang menghadirkan ulos di anjungan utama pameran, Tobatenun hadir dengan tema "Ekosistem Budaya dan Masyarakat" yang merupakan wujud konsistensinya untuk terus memberikan edukasi publik terkait revitalisasi ragam tekstil dan ekosistem masyarakat budaya.

Komitmen Kerri untuk mendedikasikan diri lewat Tobatenun tak lepas dari nilai hidup yang ditanamkan oleh kedua orangtuanya, bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan harus memberi manfaat bagi khalayak.

"Apa sih yang bisa kita berikan untuk bangsa dan negara lewat karya kita. It doesn't have to be big, tapi bisa dari lingkungan sekitar kita. Kalau aku mulai dari kampung halamanku," tutur Kerri.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads