Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Kisah Wanita Tanpa Rahim yang Tak Bisa Punya Anak, Kini Ada Harapan

Kiki Oktaviani - wolipop
Sabtu, 31 Agu 2024 07:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ashley Reilly
Ashley Reilly Foto: Dok. TikTok
Jakarta -

Dari usia 16 tahun, Ashley Reilly sudah menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa mengandung anaknya sendiri. Lahir dengan kondisi langka, ia tidak memiliki sistem reproduksi, termasuk rahim dan leher rahim. sehingga memupuskan harapannya untuk hamil di masa depan.

Namun, sebuah kejutan baru-baru ini mengubah hidupnya. Melalui pemeriksaan ultrasonografi, dokter menemukan sesuatu yang mengejutkan. Ashley secara ajaib mengembangkan leher rahim dan setengah rahim. Penemuan ini memberinya harapan baru bahwa impiannya untuk menjadi seorang ibu mungkin bisa menjadi kenyataan.

Ashley yang kini berusia 21 tahun itu telah menjalani terapi penggantian hormon selama lima tahun terakhir. Terapi ini biasanya digunakan untuk mengatasi gejala menopause pada perempuan, tetapi untuk Ashley, itu adalah upaya untuk memicu pubertas yang tidak terjadi secara alami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya lahir tanpa rahim dan leher rahim. Akibatnya, saya tidak pernah mengalami menstruasi, dan saya sekarang berusia 21 tahun," kata wanita asal Australia itu.

"Selama 5 tahun terakhir, saya telah menjalani terapi hormon untuk memicu pubertas karena hal itu tidak terjadi secara alami," ungkapnya lagi.

ADVERTISEMENT

Awalnya, Ashley didiagnosis dengan sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH), sebuah kondisi di mana rahim atau vagina berkembang secara tidak sempurna atau bahkan tidak ada sama sekali, membuat kehamilan menjadi mustahil. Kini, ada harapan bagi Ashley untuk mendapatkan menstruasi pertama jika sistem reproduksinya terus berkembang dan ia bahkan mungkin bisa memiliki anak sendiri di masa depan.

"Saya lahir tanpa sistem reproduksi, dan saya juga lahir dengan satu ginjal, yang sangat gila. Baru-baru ini, saya secara tak terduga mengembangkan rahim yang terbentuk sebagian," akunya.

"Saya juga didiagnosis baru dengan hipogonadotropik hipogonadisme, yang memengaruhi kadar hormon saya karena masalah dengan hipotalamus atau kelenjar pituitari. Saya hanya berharap bahwa rahim saya tumbuh lebih banyak dan semoga, saya mendapatkan menstruasi pertama saya dalam beberapa bulan ke depan," tambahnya penuh harap.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads