Waspada Minuman Ini Picu Kecemasan dan Depresi Pada Anak Muda
Kamu penggemar milk tea? Minuman perpaduan susu dan teh ini memang memiliki citarasa creamy dan segar yang memanjakan lidah. Tapi di balik itu ada risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.
Studi terbaru mengungkap terlalu sering minum milk tea bisa memicu kecanduan dan gangguan mental, terutama di kalangan anak muda. Seperti dilaporkan Nextshark, hasil studi yang dimuat dalam Journal of Affective Disorders menemukan bahwa konsumsi milk tea kemungkinan bisa memicu gejala adiksi.
Gejala tersebut bisa meliputi keinginan untuk minum terus-menerus, ketergantungan, ketidakmampuan untuk berhenti dan perasaan bersalah. Tingkat kecanduan yang lebih tinggi secara signifikan dikaitkan dengan risiko kecemasan hingga depresi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 7 Minuman untuk Bantu Menurunkan Berat Badan |
Para peneliti dari dua universitas ternama di China telah melakukan survei terhadap 5.281 mahasiswa. Penelitian gabungan dari Tsinghua University dan Central University of Finance and Economics itu mendapati hampir setengah partisipan minum sedikitnya satu gelas milk tea setiap minggunya.
Untuk mengukur tingkat kecanduan, para peneliti mengembangkan skala 'kecanduan teh susu' berdasarkan pedoman penggunaan narkoba dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) edisi kelima. Para partisipan juga melaporkan apakah mereka mengalami gejala yang berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan keinginan bunuh diri.
Penulis penelitian tersebut menduga bahwa kaum muda telah beralih ke teh susu sebagai mekanisme penanggulangan atau sarana untuk mengatur emosi. Mereka meyakini kecanduan minuman manis bisa sama buruknya dengan kecanduan media sosial atau obat-obatan.
Gula di dalam minuman manis ternyata bisa bertindak seperti heroin. Gula secara umum bisa menjadi candu ketika pemakaiannya tidak tepat.
"Meminum air gula dalam jumlah yang banyak saat lapar dapat mengubah susunan saraf di otak," ujar Bart Hoebel, seorang peneliti dari Universitas Princeton, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Health24.
Peneliti di Universitas Princeton mempelajari tikus percobaan yang memakan gula dalam jumlah besar. Setelah gula dikeluarkan dari kandang, tikus-tikus tersebut menunjukkan gejala ketergantungan seperti gemetar dan perubahan zat kimia pada otak.
(hst/hst)
Elektronik & Gadget
Bikin Sejuk Dimanapun Kamu! Intip 3 Rekomendasi Kipas Mini Portable Di Bawah 200 Ribu
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
Vivo iQOO 15: Flagship Baru Super Kencang dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 & Layar 144Hz
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Nggak Cuma Enak Jadi Camilan, Dark Chocolate Juga Bisa Memperlambat Penuaan
Studi Ungkap Bawang Putih Ternyata Bisa Jadi Mouthwash Alami Lawan Bakteri
Tipe Orang Saat Olahraga Berdasarkan Zodiaknya: Mana yang Kamu Banget?
Bukan karena Pewarnaan, 80% Rambut Wanita Indonesia Rusak karena Ini
Fakta! Kentut Wanita Lebih Bau Dibanding Pria, Ada Penjelasan Ilimiahnya
Foto Sean Anak Olla Ramlan, Berwajah Blasteran dan Seumuran Tristan Molina
Ivan Gunawan Gelar Garis Poetih 2026, 12 Desainer Rilis Koleksi Lebaran
Ramalan Zodiak 16 Desember: Libra Introspeksi Diri, Scorpio Kerja Keras
9 Potret Thalia 'Rosalinda' Tak Menua Bak Vampir, Ini Rahasia Awet Mudanya











































