Terobsesi Pencet Jerawat dan Komedo? Hati-hati, Bisa Jadi Gangguan Mental
Hestianingsih - wolipop
Senin, 23 Okt 2017 20:00 WIB
Jakarta
-
Memencet jerawat atau komedo mungkin dianggap sebagai kebiasaan sepele bagi kebanyakan orang. Tapi tahukah kamu, pada beberapa orang, kebiasaan ini bisa jadi merupakan gejala sakit mental?
Obsesi memencet jerawat, komedo, atau apapun yang ada pada kulit dikenal juga dengan istilah excoriation disorder atau dermatillomania. Kondisi ini membuat seseorang selalu ingin memencet, menggaruk atau mencongkel kulitnya sendiri sebagai cara untuk 'memperbaiki' ketidaksempurnaan pada kulit yang dia lihat.
Para dokter mengklasifikasikan kebiasaan memencet atau mencongkel kulit sebagai gangguan BFRB (body-focused repetitive behavior). Gangguan ini juga terjadi pada orang yang secara terus-menerus mencabuti rambut, menggigiti kuku, mencongkel kuku dan menggigiti bibir.
Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu langka. Menurut International OCD Foundation, satu dari 20 orang mengidap BFRB. Dan obsesi untuk memencet jerawat atau komedo lebih banyak terjadi pada wanita.
Keberadaan gangguan jiwa ini makin naik ke permukaan sejak booming-nya video operasi pengangkatan jerawat dan kista oleh Dr. Sandra Lee, M.D. Jika kamu familiar dengan Dr. Pimple Popper, Sandra Lee lah orang yang berada di balik nama populer itu.
Sandra Lee baru menyadari kalau ternyata cukup banyak orang yang mengalami excoriation disorder atau dermatillomania setelah video yang ia buat viral. Hal itu kemudian membuat ia ingin mempelajari lebih banyak tentang kondisi tersebut.
"Faktanya, orang-orang dengan kondisi ini (memencet kulit) bilang padaku ketika mereka melihat video ku, dorongan untuk memencet kulitnya sendiri berkurang," ujar Sandra Lee, seperti dikutip dari Women's Health Mag.
Oleh karena itulah Sandra Lee merasa perlu mengedukasi orang tentang bahaya perilaku memencet kulit yang sudah menjurus ke arah obsesif.
"Orang-orang yang punya kondisi ini menjelaskan padaku kalau mereka punya dorongan yang sangat besar untuk memencet, dan dengan emosi yang kuat, sensasi ganjil, dan/atau ketidaksukaan melihat cela (di kulit) yang bisa membuat mereka benar-benar memencetnya," jelas anggota American Academy of Dermatology ini.
Mungkin kesannya tidak terlalu berbahaya. Tapi kebiasaan memencet jerawat atau komdeo secara terus menerus adalah sebuah bentuk lain dari OCD (obsessive compulsive disorder). Beberapa orang menyebut kondisi ini bisa berkembang menjadi body dysmorphic disorder atau BDD. Namun sebenarnya itu adalah dua hal yang terpisah.
Sandra Lee menjelaskan, BDD adalah gangguan di mana penderitanya selalu melihat ada cela atau noda pada penampilan mereka, sehingga harus melakukan sesuatu untuk menghilangkannya. Kondisi ini bisa jadi masalah ketika seseorang terlalu terobsesi 'memperbaiki' penampilan fisiknya hingga justru berujung pada kerusakan kulit.
"Memenceti jerawat di sana sini atau mengopeki kulit yang berkeropeng sangat biasa bagi hampir semua orang, tapi lain hal nya pada orang yang secara kompulsif mencabuti kulit mereka sampai membuat tubuh mereka sendiri rusak," jelas Sandra Lee.
Hal yang sering terjadi, penderita gangguan ini tidak hanya mengopek atau memenceti bagian kulit yang bermasalah. Tapi juga area kulit yang sebenarnya masih sehat dan mulus.
"Memenceti kulit bisa menimbulkan luka menganga, meninggalkan bekas luka, infeksi, warna kulit tidak rata, kerusakan jaringan bahkan cacat permanen," katanya.
Lantas, bagaimana cara mengenali apakah kebiasaan memenceti atau mengopek kulit masih terbilang normal atau sudah menjurus pada gangguan mental?
"Setelah mengopek kulit, mereka akan merasa puas dan lega tapi juga punya kesulitan bersosialisasi dan jadi produktif, mereka merasa malu dan ingin menghindar. Mereka tidak akan mau ke pantai atau kolam renang, dan mereka akan menghindari perawatan medis karena tidak ingin teman-teman atau tenaga profesional melihat tubuh mereka," tuturnya.
Orang dengan kebiasaan memencet dan mengopek kulit juga cenderung akan menutupi atau menyembunyikan tubuh dan/atau kulit mereka. Wah, ngeri juga ya?
(hst/ays)
Obsesi memencet jerawat, komedo, atau apapun yang ada pada kulit dikenal juga dengan istilah excoriation disorder atau dermatillomania. Kondisi ini membuat seseorang selalu ingin memencet, menggaruk atau mencongkel kulitnya sendiri sebagai cara untuk 'memperbaiki' ketidaksempurnaan pada kulit yang dia lihat.
Para dokter mengklasifikasikan kebiasaan memencet atau mencongkel kulit sebagai gangguan BFRB (body-focused repetitive behavior). Gangguan ini juga terjadi pada orang yang secara terus-menerus mencabuti rambut, menggigiti kuku, mencongkel kuku dan menggigiti bibir.
Foto: Dok. Getty Images |
Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu langka. Menurut International OCD Foundation, satu dari 20 orang mengidap BFRB. Dan obsesi untuk memencet jerawat atau komedo lebih banyak terjadi pada wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sandra Lee baru menyadari kalau ternyata cukup banyak orang yang mengalami excoriation disorder atau dermatillomania setelah video yang ia buat viral. Hal itu kemudian membuat ia ingin mempelajari lebih banyak tentang kondisi tersebut.
"Faktanya, orang-orang dengan kondisi ini (memencet kulit) bilang padaku ketika mereka melihat video ku, dorongan untuk memencet kulitnya sendiri berkurang," ujar Sandra Lee, seperti dikutip dari Women's Health Mag.
Oleh karena itulah Sandra Lee merasa perlu mengedukasi orang tentang bahaya perilaku memencet kulit yang sudah menjurus ke arah obsesif.
"Orang-orang yang punya kondisi ini menjelaskan padaku kalau mereka punya dorongan yang sangat besar untuk memencet, dan dengan emosi yang kuat, sensasi ganjil, dan/atau ketidaksukaan melihat cela (di kulit) yang bisa membuat mereka benar-benar memencetnya," jelas anggota American Academy of Dermatology ini.
Foto: Dok. Getty Images |
Mungkin kesannya tidak terlalu berbahaya. Tapi kebiasaan memencet jerawat atau komdeo secara terus menerus adalah sebuah bentuk lain dari OCD (obsessive compulsive disorder). Beberapa orang menyebut kondisi ini bisa berkembang menjadi body dysmorphic disorder atau BDD. Namun sebenarnya itu adalah dua hal yang terpisah.
Sandra Lee menjelaskan, BDD adalah gangguan di mana penderitanya selalu melihat ada cela atau noda pada penampilan mereka, sehingga harus melakukan sesuatu untuk menghilangkannya. Kondisi ini bisa jadi masalah ketika seseorang terlalu terobsesi 'memperbaiki' penampilan fisiknya hingga justru berujung pada kerusakan kulit.
"Memenceti jerawat di sana sini atau mengopeki kulit yang berkeropeng sangat biasa bagi hampir semua orang, tapi lain hal nya pada orang yang secara kompulsif mencabuti kulit mereka sampai membuat tubuh mereka sendiri rusak," jelas Sandra Lee.
Hal yang sering terjadi, penderita gangguan ini tidak hanya mengopek atau memenceti bagian kulit yang bermasalah. Tapi juga area kulit yang sebenarnya masih sehat dan mulus.
"Memenceti kulit bisa menimbulkan luka menganga, meninggalkan bekas luka, infeksi, warna kulit tidak rata, kerusakan jaringan bahkan cacat permanen," katanya.
Lantas, bagaimana cara mengenali apakah kebiasaan memenceti atau mengopek kulit masih terbilang normal atau sudah menjurus pada gangguan mental?
"Setelah mengopek kulit, mereka akan merasa puas dan lega tapi juga punya kesulitan bersosialisasi dan jadi produktif, mereka merasa malu dan ingin menghindar. Mereka tidak akan mau ke pantai atau kolam renang, dan mereka akan menghindari perawatan medis karena tidak ingin teman-teman atau tenaga profesional melihat tubuh mereka," tuturnya.
Orang dengan kebiasaan memencet dan mengopek kulit juga cenderung akan menutupi atau menyembunyikan tubuh dan/atau kulit mereka. Wah, ngeri juga ya?
(hst/ays)
Hobbies & Activities
Penggemar Gitar Akustik Perlu Coba! Donner DAG-1CE Bisa Jadi Gitar Andalanmu
Health & Beauty
Dilema Pilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif? 2 Sunscreen Ini Bisa Jadi Pilihanmu
Hobbies & Activities
iReborn Treadmill Elektrik Paris: Biar Olahraga Jadi Lebih Praktis, Nyaman, dan Konsisten
Health & Beauty
Lip Care Goals! 3 Produk Andalan Untuk Bibir Halus dan Sehat Sepanjang Hari
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
6 Detox Water untuk Diet: Turunkan Berat Badan dan Tingkatkan Metabolisme
11 Sayuran yang Bagus untuk Diet, Kenyang Tahan Lama
Cara Membedakan Lapar Asli dan Lapar Emosional, Penting Saat Diet
Dilraba Dilmurat Ungkap Cara Turunkan Berat Badan untuk Film, Tuai Perdebatan
5 Sayuran yang Lebih Sehat saat Dimasak, Menurut Ahli Gizi
Most Popular
1
Sosok Influencer 'Human Barbie' yang 27 Kali Oplas, Kematiannya Mencurigakan
2
Ramalan Zodiak 7 Desember: Libra Lebih Peka, Sagitarius Hati-hati Terjebak
3
TikTok Viral Verificator
Pernikahan Viral Serba 9, Mahar Emas 99 Gram Hingga Uang Jujuran Rp 99,9 Juta
4
Jakarta X Beauty 2025
Yuk Daur Ulang Kemasan Kosmetik dan Skincare Bekas di Jakarta X Beauty 2025
5
Konsultasi Tarot
Suka Sama Suka Tapi Belum Juga 'Ditembak', Kapan Kami Resmi Pacaran?
MOST COMMENTED












































Foto: Dok. Getty Images
Foto: Dok. Getty Images