Liputan Khusus #KebayaGoesToUNESCO
Cerita yang Tak Terungkap di Balik Tagar Kampanye Kebaya Goes To UNESCO
Belakangan selebriti Indonesia ramai-ramai mengunggah foto berkebaya di media sosial. Unggahan mereka juga berisi ajakan kepada para wanita Indonesia untuk ikut memakai kebaya dengan tagar 'Kebaya Goes To UNESCO'. Lantas bagaimana gerakan tersebut bermula?
Dari euforianya, Kebaya Goes To UNESCO bisa dimaknai sebagai seruan untuk mendukung pendaftaran kebaya menjadi warisan budaya tak benda versi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu. Kebaya hendak menyusul batik yang sudah mendapat pengakuan UNESCO sejak 2 Oktober 2009.
Batik sempat diklaim Malaysia sebelum akhirnya UNESCO mengukuhkan kain buah teknik membatik itu sebagai warisan asli Indonesia. Cerita yang sama mungkin juga memicu upaya pendaftaran kebaya segera ke UNESCO ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Rahmi Hidayati termasuk perempuan yang bersemangat menantikan kebaya bisa terdaftar di UNESCO. Ia bahkan ikut sibuk mempersiapkan dokumen-dokumen penyerta dossier, yakni semacam naskah proposol ke UNESCO.
Kebaya kutubaru koleksi Bin House rancangan Obin di Jakarta Fashion Week 2020 (Foto: Rachman/detikcom) |
Diungkapkan Rahmi, PBI adalah satu dari 26 organisasi pecinta budaya yang diundang pemerintah melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk pertemuan sosialasi pendaftaran kebaya ke UNESCO. Pertiwi Indonesia, sebuah organisasi pemberdayaan dan kemajuan perempuan, yang mengumpulkan PBI dan kawan-kawan.
"Disampaikan bahwa Indonesia berkolaborasi dengan tiga negara dan pemerintah katanya sudah bergerak dari tahun lalu. Mereka meminta dukungan dari kami," ujar Rahmi saat berbincang dengan Wolipop belum lama ini melalui sambungan telepon.
Negara yang dimaksud adalah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Ada aturan di UNESCO yang memperbolehkan beberapa negara bersatu untuk mengajukan satu warisan budaya yang sama. Jalur pangajuan ini disebut multination.
Ke-26 organisasi, lanjut Rahmi, menyatakan siap mendukung dengan semangat Indonesia yang harus memimpin kolaborasi ini. Namun di tengah perjalanan, mereka mengubah haluan.
"Setelah berdiskusi, kami sepakat bahwa kebaya harus didaftarkan Indonesia sebagai singlenation karena kami meyakini bahwa kebaya adalah warisan asli Indonesia," ucap Rahmi.
Sejumlah perempuan yang mengenakan kebaya berbincang seusai mengikuti Parade Kebaya Nusantara di Keraton Kasunanan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (4/6/2022). (Foto: Antara Foto/Mohammad Ayudha) |
Pertiwi Indonesia lalu bersurat ke anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Putri Kuswisnu Wardani untuk meminta dukungan. Gayung bersambut, putri pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo itu mengundang Pertiwi Indonesia untuk berdiskusi pada Senin (8/8/2022).
Pertemuan itu semakin membulatkan tekad mereka untuk mendorong pemerintah Indonesia agar bergerak sebagai single nation dalam mendaftarkan kebaya. "Kami siap maju bersama-sama, tapi kami juga ingin dukungan yang lebih luas supaya gaungnya makin besar lagi," ungkap Rahmi.
Malaysia Pencetus Usulan Pendaftaran Kebaya Lewat Multination?
Menurut Rahmi, sudah sepatutnya 'Kebaya Goes To UNESCO' menjadi proyek mandiri Indonesia mengingat sudah banyak kajian ilmiah dan dokumen sejarah yang menguatkan fakta bahwa kebaya lahir di Indonesia ratusan tahun lalu.
"Masalahnya, dari penjelasan pejabat Kemendikbudristek waktu pertemuan itu, UNESCO melihat bahwa warisan budaya kalau sudah 25 tahun di suatu negara, negara tersebut bisa mengajukannya ke UNESCO," katanya.
Berlanjut ke halaman berikutnya...
Maka tak menutup kemungkinan Malaysia atau Singapura bisa mengklaim kebaya sebagai produk budayanya jika para wanita di sana sudah terbukti memakainya sejak 25 tahun lalu.
Bahkan konon, penggagas ide untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO lewat jalur multination adalah Malaysia. "Dari info yang didapat, justru dari Malaysia," ucap Rahmi.
Wolipop sudah menghubungi Direktur Perlindungan Kebudayaan Irini Dewi Wanti yang mengurusi pendaftaran kebaya ke UNESCO untuk mencari informasi lebih lanjut. Namun, belum ada respons sampai berita ini terbit.
Kegiatan Gerakan Kebaya Goes To UNESCO (Foto: Dok. Rahmi Hidayati) |
Sebenarnya, keinginan untuk melihat kebaya diakui UNESCO sudah terikrarkan jauh sebelum ajakan Malaysia. PBI mengikrarkan usulan kebaya ke UNESCO saat gerakan 1.000 Perempuan Berkebaya pada 3 Maret 2017 silam.
"Saya menyampaikan dua usulan saat itu. Pertama, hari berkebaya nasional. Berikutnya pendaftaran kebaya ke UNESCO," katanya. Dua usulan tersebut lalu dibahas lagi saat kongres Berkebaya Nasional pada April 2021 yang turut dihadiri beberapa kementerian, termasuk Kemendikbudristek, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Koperasi dan UKM.
Lalu datang tawaran menominasikan kebaya ke UNESCO lewat jalur multination pada akhir 2021. Setelah mengiyakan, baru pemerintah mensosialiasikannya kepada PBI dan organisasi terkait belum lama ini. "Waktu itu kami nggak tahu kalau pemerintah sudah bergerak dan memutuskan untuk ikut multination," ujar Rahmi.
Multination vs. Singlenation
Setiap negara berhak menominasikan warisan budayanya ke UNESCO, baik itu secara singlenation ataupun multination. Sehemat Rahmi, masing-masing pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Jika maju dengan singlenation, negara tersebut hanya diperbolehkan UNESCO mengajukan warisan budayanya sekali dalam dua tahun.
Indonesia baru mendaftarkan jamu ke UNESCO pada awal tahun ini. Itu berarti, pendaftaran warisan budaya selanjutnya harus menunggu sampai 2024. "Dari penjelasan Kemendikbudristek, kalau multination bebas. Dalam satu tahun bisa lebih dari sekali," kata Rahmi yang dulu berprofesi sebagai jurnalis ekonomi bisnis ini.
Adapun batas pendaftaran kebaya secara multination jatuh pada Oktober ini. Namun, Rahmi dan para pegiat kebaya yang terlibat dalam gerakan Kebaya Goes To UNESCO masih menunggu kepastian dari pemangku kebijakan. "Belum ada keputusan resmi dari pemerintah ya untuk singlenation atau multination," ucapnya.
Namun, ia menegaskan bahwa PBI dan organisasi lain siap mendukung apapun keputusan pemerintah. Menurutnya, keputusan tersebut tentu sudah melalui pertimbangan yang matang.
Apa saja jenis kebaya yang didaftarkan ke UNESCO? Baca di halaman berikutnya
Langgam Kebaya
Jenis kebaya yang diajukan juga masih dalam pembahasan. Diungkapkan Rahmi, setidaknya ada empat langgam (model) kebaya di Indonesia: kutubaru, kartini, kebaya encim, dan kebaya noni.
"Ini masih dibahas, apakah kata kebayanya saja yang didaftarkan - artinya keempat model kebaya tersebut masuk selama sesuai pakem-, atau salah satu model kebaya saja," jelas Rahmi.
Kebaya kutubaru koleksi Bin House rancangan Obin di Jakarta Fashion Week 2020 (Foto: Rachman/detikcom) |
Adapun kebaya yang sesuai pakem artinya harus memiliki bukaan pada bagian depan dan berlengan pendek atau panjang. Kata kebaya hanya merujuk pada bagian atasan, terpisah dari kain tradisional yang melengkapinya sebagai bawahan.
Kebaya selalu identik dengan kain. Nenek moyang kita selalu memakai kain sebagai bawahan. Seiring perkembangan zaman, kebiasaan berkebaya dengan kain mulai terganti dengan pilihan bawahan yang lebih modern seperti celana atas nama kepraktisan.
Kebaya modifikasi rancangan Anne Avantie di Indonesia Fashion Week 2018. (Foto: Mohammad Abduh/Wolipop) |
"Kita sih maunya kebaya tetap dipadukan dengan kain tradisional seperti batik dan tenun agar masyarakat, terutama perajin kain, bisa merasakan dampak ekonominya," kata Rahmi.
Dr. Yuliarma, M.Ds, dosen Tata Busana dan Desain, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang, mengklasifikasi kebaya menjadi tiga jenis yakni Kebaya baju panjang, kebaya biasa, dan variasi kebaya.
"Bentuk kebaya tergolong kaftan. Semua yang dibelah di depan, pada dasarnya berasal dari kaftan," kata Yuliarma di kesempatan berbeda. Ia menambahkan, kelahiran kebaya tak lepas dari pengaruh masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7.
Wanita yang tadinya hanya menggunakan kemben atau bertelanjang dada harus ditutupi dengan pakaian lain untuk menyesuaikan dengan ajaran Islam. Baju penutup itu yang akhirnya dikenal sebagai kebaya.
Aspek Ekonomi
Pemberian status warisan budaya tak benda UNESCO untuk kebaya diyakini bisa memberi dampak positif kepada aspek perekonomian Indonesia. Apalagi jika masyarakat ikut tergerak membiasakan diri memakai kebaya.
"Efeknya, akan semakin besar nilai ekonomi kebaya. Produksi kebaya semakin banyak, produksi kain juga. Begitu pula aksesori pelengkapnya seperti anting, gelang, selop," kata Rahmi.
Proses membatik (Foto: Pradita Utama/detikcom) |
Itu mengapa Rahmi dan rekan-rekannya tiada lelah menggaungkan gerakan berkebaya dan 'Kebaya Goes To UNESCO'. Ajakan mereka sampai ke mancanegara. Pekan lalu, para ekspatriat Indonesia berpartisipasi di acara Cantik Berkebaya yang digelar di Washington D.C. untuk mendukung upaya pendaftaran kebaya ke UNESCO.
Di Indonesia, para selebriti mengisi halaman Instagram dengan foto-foto berkebaya. Kebanyakan dari mereka mewakili generasi muda seperti Dian Sastrowardoyo dan Andien. Setidaknya sampai Selasa (16/8/2022) malam sudah ada 4.381 unggahan bertagar #KebayaGoesToUNESCO.
Menurut Rahmi, gerakan seperti ini penting sebagai bukti untuk meyakinkan UNESCO bahwa kebaya merupakan warisan budaya Indonesia yang dipakai oleh wanita Indonesia dari generasi ke generasi.
Aksi Dian Sastrowardoyo, Andien, dan beberapa selebriti lainnya dalam berkebaya untuk mendukung Kebaya Goes To UNESCO. (Foto: Instagram@andienaisyah) |
Home & Living
Ravelle Airy Premium Air Purifier HEPA13 + Aromatherapy: Udara Bersih, Mood Tenang, Hidup Lebih Nyaman
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Kain Antik 100 Tahun Jadi Primadona di Koleksi 4 Dekade Adrian Gan Berkarya
Belum Setahun, Desainer Baru Versace Keluar Setelah Prada Resmi Akuisisi
Pantone Umumkan Tren Warna 2026: Cloud Dancer, Warna Putih Jernih
Prada Resmi Akuisisi Rivalnya, Versace, Senilai Rp22,2 Triliun
A$AP Rocky Jadi Brand Ambassador Terbaru Chanel
Rumor Pacaran Winter aespa & Jungkook BTS Mencuat, Disorot Punya Tato Sama
Penampilan Terbaru Vanness Wu Bikin Khawatir Penggemar, Disebut Turun 20 Kg
7 Artis Korea Adu Outfit di Acara LV, Lisa BLACKPINK Hingga Jun Ji Hyun
3 Tips Rawat Dispenser agar Tidak Cepat Bau dan Rusak















































Kebaya kutubaru koleksi Bin House rancangan Obin di Jakarta Fashion Week 2020 (Foto: Rachman/detikcom)

