ADVERTISEMENT

Kelahiran Baru Era Soekamto yang Membuahkan NFT Batik Pertama di Dunia

Daniel Ngantung - wolipop Rabu, 27 Jul 2022 16:45 WIB
Jenama Kain Batik Era Soekamto Desainer Era Soekamto merilis jenama kain batik dan NFT batik pertama di dunia. (Foto: Dok. Era Soekamto)
Jakarta -

Banyak desainer Indonesia yang menunjukkan kepeduliannya terhadap kelestarian wastra Nusantara seperti batik dengan menggarapnya menjadi sebuah pakaian modis nan kekinian. Namun, mungkin hanya segelintir yang mau menekuni kain batik seintens Era Soekamto. Sebuah jenama kain batik yang diluncurkannya baru-baru ini menjadi bukti.

Pengetahuan Era Soekamto tentang batik dan filosofinya yang berkaitan dengan budaya leluhur tak lepas dari peran mendiang maestro batik Iwan Tirta. Saat mendapat amanah sebagai direktur kreatif Iwan Tirta Private Collection pada 2012, ia semakin mendalami arsip motif batik Iwan Tirta yang terilhami oleh local wisdom Nusantara.

Komitmen Era untuk terus menggarap batik tetap berlanjut selepas berpisah dari Iwan Tirta Private Collection. Ia meluncurkan jenama Era Soekamto yang khusus menawarkan kain batik kreasinya.

Kehadiran jenama ini dimaknai Era bagai sebuah kelahiran baru dari cintanya pada batik yang telah terjalin sejak 1997.

Jenama Kain Batik Era SoekamtoJenama Kain Batik Era Soekamto (Foto: Dok. Era Soekamto)

Sebenarnya, Era sudah beberapa kali memperkenalkan koleksinya sendiri sembari berkarya untuk Iwan Tirta. Namun, kebanyakan dalam rupa kebaya untuk menghindari conflict of intrerest. Kini, ia seperti menemukan jati dirinya kembali.

"Ini adalah karya saya yang jujur dari hati. DNA-nya pun berbeda dari yang sebelumnya saya garap. Mungkin sebelumnya lebih gagah, sekarang turn out-nya lebih feminin dan mendetail," ujar Era kepada Wolipop, Selasa (26/7/2022).

Berkarya mandiri memberi ruang ekspresi yang sebebasnya bagi Era untuk menyampaikan idealisme tanpa terlalu barpaku kepada kepentingan komersial. Jenama Era Soekamto memberi kesempatan bagi Era untuk mengedukasi khalayak akan keindahan batik bila ditelusuri dari kisah keagungan alam semesta dan relasinya dengan kemanusiaan yang tersirat pada motif.

"Setiap berkarya, saya menitikberatkan pada tanggung jawab saya sebagai individu yang mengupas sebuah wacana atau wisdom yang sudah ada di Nusantara tapi jarang diketahui masyarakat luas," kata desainer anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) ini.

Jenama Kain Batik Era SoekamtoJenama Kain Batik Era Soekamto Foto: Dok. Era Soekamto

Maka 'Adi Manungsa' dipilih Era sebagai tajuk koleksi perdana kainnya. Dalam bahasa Sansekerta, manungsa adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

"Adi Manungsa sebenarnya bentuk keprihatinan saya atas pandemi. Manusia banyak yang takut, khawatir, sampai berunjung stres dan depresi. Lalu, kita jadi terlalu bergantung pada teknologi, kita memang terbantu tapi tetap disconnected. Manusia jadi tidak percaya diri lagi," ujar Era.

'Adi Manungsa' lantas mau mengingatkan lagi tentang kodrat manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Bahwa, manusia tetap berdaya meski diterpa berbagai tantangan. Sebuah wejangan dari nenek moyang yang tetap relevan dengan situasi saat ini. "Secanggih-canggihnya teknologi, manusia masih lebih canggih," ujar Era.

Kehadiran koleksi ini ditandai dengan sebuah instalasi khusus di The Apurva Kempinski, Bali, yang sepanjang tahun ini mengusung tema 'Unity in Diversity' dengan menggandeng sejumlah desainer lokal untuk memamerkan karya yang terinspirasi dari keberagaman budaya di Indonesia.

Jenama Kain Batik Era SoekamtoJenama Kain Batik Era Soekamto Foto: Dok. Era Soekamto

Dalam kaitannya dengan 'Unity in Diversity', kata Era, koleksi ini merefleksikan kesempurnaan yang hakiki dari penyatuan unsur fisik dan rohani. Dalam filosofi Jawa, konsep ini dengan istilah Papat Sedulur Limo Pencer, yaitu empat elemen yang diciptakan (air, api, udara, dan tanah), dan satu yang ditiupkan (roh).

"Papat Sedulur Limo Pencer merupakan benang merah dari semua budaya Jawa kuno, dari Medang Bumi Mataram yang berupa konsep arsitektur pembuatan Candi Borobudur, sampai Majapahit dengan konsep Surya Majapahitnya," ungkap Era.

Inspirasi tersebut lalu ia tuangkan dalam lembaran kain batik tulis yang berhiaskan motif bernuansa klasik yang menonjolkan corak alam. Memberdayakan 60 perajin batik di Pekalongan, Jawa Tengah, Era membuahkan 120 kain dengan 70 desain yang delapan di antaranya motif utama untuk kain di instalasi Apurva.

Jenama Kain Batik Era SoekamtoJenama Kain Batik Era Soekamto Foto: Dok. Era Soekamto

"Mempersiapkan jenama ini saat pandemi dengan segala keterbatasannya menjadi tantangan tantangan tersendiri. Awal-awal, saya harus memantau proses pewarnaan lewat video call. Beruntung perajin saya banyak anak muda," ungkap Era.

Keterlibatan anak muda juga menjadi pertanda baik, bahwa regenerasi pembatik mulai terjadi. Dulu, jarang anak muda yang tertarik untuk mencari sumber penghasilan dari membatik. "Sekrang mulai banyak pembatik-pembatik muda," tambahnya.

Ia pun berharap, koleksi ini setidaknya dapat turut membantu mensejahterakan para pembatik sehingga tujuan manusia sebagai Adi Manungsa semakin sempurna, yakni menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong orang lain.

Luncurkan NFT Batik

Menariknya, Era Soekamto juga memperkenalkan koleksi batik dalam versi non-fungible token (NFT) buah kolaborasinya dengan NFT Purpose. Setengah atau 50 persen dari hasil penjualan NFT ini akan didonasikan untuk SOS Children's Village yang misi utamanya memberdayakan anak-anak dan keluarga rentan di Indonesia.

Koleksi NFT batik yang diklaim sebagai yang pertama di dunia ini dijual dengan harga beragam, mulai dari US$ 10 (sekitar Rp 150 ribu) untuk 100 ribu NFT Prasadhana Digital Collection (dekorasi). Lalu ada 10 ribu NFT Vastra Digital Collection (kain) berharga US$ 100 dolar AS (sekitar Rp 1,5 juta).

Disusul seribu NFT Purwarupa Digital Collection (prototipe), yaitu sebuah sketsa kain dan kolase dengan lanskap candi, seharga US$ 1.000 (Rp 15 juta). Tidak ketinggalan 100 NFT Rekhacitra Digital Collection (sketsa) senilai US$ 10.000 AS (sekitar Rp 150 juta).

Tidak ketinggalan, 10 NFT batik Tunggal Trimatra Digital Collection (3D) yang dipasarkan senilai US$ 100.000 (Rp 1,5 miliar). Termahal, satu NFT Trimanunggal Trimatra Digital Collection (3D) seharga US$ 1 juta ( Rp 15 miliar).



Simak Video "Wanita Indonesia Ini Konsisten Kenalkan Batik ke Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(dtg/dtg)