Laporan dari Paris
Cerita Perajin dari Gresik yang Promosikan Batik di UNESCO Paris
Daniel Ngantung - wolipop
Minggu, 10 Jun 2018 03:50 WIB
Paris
-
Pameran 'Batik for the World' yang berlangsung 6-12 Juni 2018 di Paris, Prancis, turut melibatkan perajin yang didatangkan langsung dari Indonesia. Pengunjung pun antusias belajar membatik bersama perajin.
Siti Zunaiyah Budy Arty dan suaminya, Bambang Israwan, adalah perajin asal Gresik, Jawa Timur, yang diminta untuk berpartisipasi di pameran yang digelar di markas UNESCO tersebut.
UNESCO adalah organisasi PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Batik sendiri diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009 silam.
Ini bukan kali pertamanya, Arty dan Bambang terlibat dalam misi budaya mempromosikan batik di luar negeri. Sebelum di Paris, mereka pernah ikut pameran di Jerman dan Malaysia. Namun, gelaran di Paris membawa kesan tersendiri.
Siti mengatakan, pengunjung di UNESCO datang dari berbagai negara, bukan hanya Prancis. Mereka sangat antusias mengenal lebih jauh tentang batik, bahkan tak sedikit pula yang mencoba membatik. "Pengunjung yang ikut membatik ada dari Amerika, Jepang, Meksiko, dan Nigeria," ujar Arty kepada Wolipop.
Banyak dari mereka yang terkagum dengan proses pembatikan, khususnya terkait pewarnaan alami. "Mereka selama ini hanya tahu batik dibuat dengan pewarnaan kimiawi," tambah perempuan yang membatik sejak 2009 itu.
Saking terkagumnya, tak sedikit pengunjung yang ingin membeli karya Arty dan Bambang, khususnya batik gresik biru indigo yang khas dengan motif bandengannya.
Namun, para pengunjung harus menahan hasratnya karena tidak diperbolehkan terjadi transaksi selama pameran berlangsung. "Tapi, satu boks kartu nama habis dalam sehari," kata Arty.
Sebelumnya, pembukaan 'Batik for the World' sukses digelar pada Rabu (6/6/2018). Sekitar seribuan tamu menghadiri acara yang diisi dengan fashion show koleksi tiga desainer kondang Indonesia, yakni Oscar Lawalata, Edward Hutabarat, dan Denny Wirawan. Mereka mengangkat batik karya perajin dari daerah yang berbeda-beda.
Adapun acara ini terlaksana berkat dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation. "Terharu sekali melihat koleksi para desainer sukses membuat tamu berdecak kagum. Mudah-mudahan sesuai harapan kami, acara ini dapat mengangkat derajat para pembatik menjadi artisan," ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian selepas acara. (dng/hst)
Siti Zunaiyah Budy Arty dan suaminya, Bambang Israwan, adalah perajin asal Gresik, Jawa Timur, yang diminta untuk berpartisipasi di pameran yang digelar di markas UNESCO tersebut.
UNESCO adalah organisasi PBB yang mengurusi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Batik sendiri diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perajin batik di pameran Batik For The World, Paris, Prancis. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Siti mengatakan, pengunjung di UNESCO datang dari berbagai negara, bukan hanya Prancis. Mereka sangat antusias mengenal lebih jauh tentang batik, bahkan tak sedikit pula yang mencoba membatik. "Pengunjung yang ikut membatik ada dari Amerika, Jepang, Meksiko, dan Nigeria," ujar Arty kepada Wolipop.
Banyak dari mereka yang terkagum dengan proses pembatikan, khususnya terkait pewarnaan alami. "Mereka selama ini hanya tahu batik dibuat dengan pewarnaan kimiawi," tambah perempuan yang membatik sejak 2009 itu.
Saking terkagumnya, tak sedikit pengunjung yang ingin membeli karya Arty dan Bambang, khususnya batik gresik biru indigo yang khas dengan motif bandengannya.
Namun, para pengunjung harus menahan hasratnya karena tidak diperbolehkan terjadi transaksi selama pameran berlangsung. "Tapi, satu boks kartu nama habis dalam sehari," kata Arty.
Pameran Batik For The World di kantor pusat UNESCO, Paris. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Sebelumnya, pembukaan 'Batik for the World' sukses digelar pada Rabu (6/6/2018). Sekitar seribuan tamu menghadiri acara yang diisi dengan fashion show koleksi tiga desainer kondang Indonesia, yakni Oscar Lawalata, Edward Hutabarat, dan Denny Wirawan. Mereka mengangkat batik karya perajin dari daerah yang berbeda-beda.
Adapun acara ini terlaksana berkat dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation. "Terharu sekali melihat koleksi para desainer sukses membuat tamu berdecak kagum. Mudah-mudahan sesuai harapan kami, acara ini dapat mengangkat derajat para pembatik menjadi artisan," ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian selepas acara. (dng/hst)
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Home & Living
Tidak Perlu Repot Bawa Setrika Besar! Setrika Ini Harus Kamu Bawa saat Traveling
Health & Beauty
Bulu Mata Lentik Instan Tanpa Ribet! Cek 3 Produk Ini, Praktis untuk Pemula
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Season of Elegance, Kolaborasi Metro-MegaFirst Padukan Mode dan Aksi Sosial
Justin Bieber Rilis Sneakers Cetak 3D, Harga Dibanderol Rp 22 Jutaan
Brand Fashion AS 'Serbu' Indonesia: Ekonomi Melambat, Minat Belanja Tak Surut
Beyonce Hingga Nicole Kidman Ditunjuk Sebagai Co-Chair MET Gala 2026
Outfit Lewis Hamilton Serba Dior di F1 Abu Dhabi 2025, Disebut Fashion Victim
Most Popular
1
6 Zodiak yang Paling Jago Menyembunyikan Perasaan, Terlihat Baik-Baik Saja
2
Most Pop: Malam Pertama Gagal, Istri Minta Cerai 3 Hari Setelah Menikah
3
7 Momen Manis Tiffany SNSD & Byun Yo Han, Terungkap Pakai Cincin Couple
4
Ramalan Zodiak 14 Desember: Libra Ekstra Sabar, Scorpio Jangan Agresif
5
MCM Rilis Parfum dengan Kemasan Gemas Bentuk Beruang Hingga Gajah
MOST COMMENTED












































Perajin batik di pameran Batik For The World, Paris, Prancis. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Pameran Batik For The World di kantor pusat UNESCO, Paris. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop