Denny Wirawan Hidupkan Lagi Motif Batik Kudus yang Belum Pernah Terekspos
Daniel Ngantung - wolipop
Jumat, 29 Sep 2017 10:18 WIB
Jakarta
-
Banyak keragaman motif batik kudus yang belum pernah terungkap. Keindahan motif tersebut lantas hidup kembali di 'Wedari', peragaan tunggal desainer Denny Wirawan yang turut menandai 20 tahun dirinya berkarya.
Peragaan 'Wedari' yang dihelat di Kempinski Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (28/9/2017), merupakan kelanjutan dari proyek kolaborasi Denny bersama Bakti Budaya Djarum Foundation untuk memopulerkan kembali batik kudus yang sempat berjaya sebelum era 1950-an.
Sukses mengangkat motif beras kecer khas batik kudus di peragaan perdana kolaborasinya yang bertajuk 'Pasar Malam' pada 2015 silam, Denny kali ini menghadirkan sesuatu yang berbeda.
Ia mencoba menelusuri kembali motif-motif batik kudus yang belum pernah terekspos. Dari risetnya, terungkaplah bahwa batik kudus kaya akan motifnya yang bernuansa alam.
"Rupanya inspirasi dari kain batik kudus itu sendiri banyak bercirikan flora dan fauna," kata desainer anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) itu jelang peragaan.
Motif alamnya sangat variatif, mulai dari bunga-bungan hingga berbagai macam burung. Semuanya dikemas ulang oleh Denny dengan sentuhan kekininan tanpa meninggalkan kekhasan batik kudus itu sendiri.
Berbada dari sebelumnya, Denny kali ini benar-benar terlibat secara langsung dalam proses pembatikan bersama dua kelompok pembatik binaan Bakti Budaya demi mendapatkan motif yang diinginkan.
Banyak tantangan yang mewarnai dalam proses kreatifnya. Namun berkat komitmen yang kuat serta kerja keras Denny dan para pembatik, koleksi pun dapat rampung sesuai target.
Maka, lahirlah 93 set busana pria dan wanita untuk label ready to wear Denny, BALIJAVA, yang ditampilkan dalam peragaan bertajuk 'Wedari'.
"Wedari diambil dari kata Sanskerta 'Wedara' yang berarti taman bunga di keraton dan istana. Seperti cantiknya bunga-bunga di istana, begitulah motif batik kudus," kata Denny yang sudah menyiapkan koleksi tersebut sejak setahun lalu.
Wedari tampil sebagai sebuah pentas mode yang penuh harmoni dengan memadukan elemen tradisional serta kemajuan teknologi masa kini.
Berbagai rupa taman eksotis yang diproyeksikan oleh kecanggihan video mapping menjadi latarnya. Alunan musik instrumental bergaya kontemporer gubahan Yovie Widianto dengan sisipan lirik berbahasa Jawa turut mengiringi langkah para model malam itu.
Peragaan terbagi menjadi empat sekuens. Sekuens pertama, 'Sekar Murni', menyuguhkan 15 set busana remake dari desain adibusana dan pola karya Denny yang terdahulu. Serba putih, koleksi ini tampil elegan dalam detail bordir kerancang khas Kudus.
Di sekuen berikutnya yang bertajuk 'Taman Sari', hadir pilihan busana dengan motif bunga lili, teratai, dan peony, dalam palet yang cerah. Permainan volume pada bagian lengan serta tampilan tailored-look membari sentuhan kekinian.
Berlanjut ke sekuen ketiga, 'Ganda Arum', Denny memadukan motif batik kudus dengan motif lereng berbentuk geometris untuk memberi kesan yang lebih modern. Diakui Denny, motif geomteris memiliki kesulitan tersendiri.
"Lebih berat karena setiap garis yang dibuat berisi isen-isen yang berbeda. Cukup merepotkan pembatik. Tapi saya cukup bangga dengan hasilnya," kata Denny.
Menutup peragaan malam itu, sekuen 'Ningrat' dengan suguhan gaun beraura 'ningrat' dalam sentuhan batik kelengan yang khas dengan latar hitamnya.
Untuk sekuens ini, Denny mengaplikasikan motif burung, salah satunya merak yang melambangkan kemegahan, dalam ukuruan di atas kain hitam, sehingga menciptakan kesan mewah dan glamor. Dalam siluet simpel, koleksi tersebut mencuri perhatian tanpa harus berteriak.
Koleksi ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa tangan-tangan para perajin batik yang dibina Bakti Budaya sejak enam tahun silam.
Diakui Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, trial and error masih terus mengiringi perjalanan program pembinaan sampai saat ini.
Salah satu tantangannya adalah membangun semangat masyarakat yang sudah terbiasa bekerja sebagai buruh dengan upah harian untuk membatik.
"Kudus termasuk kabupaten yang tingkat kesejahteraannya sudah membaik karena geliat sektor industri kretek. Masyarakat pun lebih tertarik bekerja di pabrik dengan upah harian, ketimbang membatik yang upahnya belum kelihatan," kata Renita.
Untuk menyiasatinya, para perajin diberikan upah harian selain dari insentif kain yang terjual. Maka itu, lanjut Renita, pembinaan terus digalakkan untuk menambah nilah kain batik kudus sehingga permintaan semakin meningkat dan mendatangkan kesejahteraan bagi para pembatik.
Batik kudus sebagai warisan Nusantara pun berjaya kembali. (dtg/kik)
Peragaan 'Wedari' yang dihelat di Kempinski Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (28/9/2017), merupakan kelanjutan dari proyek kolaborasi Denny bersama Bakti Budaya Djarum Foundation untuk memopulerkan kembali batik kudus yang sempat berjaya sebelum era 1950-an.
Sukses mengangkat motif beras kecer khas batik kudus di peragaan perdana kolaborasinya yang bertajuk 'Pasar Malam' pada 2015 silam, Denny kali ini menghadirkan sesuatu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koleksi Denny Wirawan di sekuen 1 dengan aplikasi bordir kerancang khas Kudus. (Foto: Moh. Abduh/Wolipop) |
Ia mencoba menelusuri kembali motif-motif batik kudus yang belum pernah terekspos. Dari risetnya, terungkaplah bahwa batik kudus kaya akan motifnya yang bernuansa alam.
"Rupanya inspirasi dari kain batik kudus itu sendiri banyak bercirikan flora dan fauna," kata desainer anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) itu jelang peragaan.
Foto: Moh. Abduh/Wolipop |
Motif alamnya sangat variatif, mulai dari bunga-bungan hingga berbagai macam burung. Semuanya dikemas ulang oleh Denny dengan sentuhan kekininan tanpa meninggalkan kekhasan batik kudus itu sendiri.
Berbada dari sebelumnya, Denny kali ini benar-benar terlibat secara langsung dalam proses pembatikan bersama dua kelompok pembatik binaan Bakti Budaya demi mendapatkan motif yang diinginkan.
Foto: Dok. Denny Wirawan |
Banyak tantangan yang mewarnai dalam proses kreatifnya. Namun berkat komitmen yang kuat serta kerja keras Denny dan para pembatik, koleksi pun dapat rampung sesuai target.
Maka, lahirlah 93 set busana pria dan wanita untuk label ready to wear Denny, BALIJAVA, yang ditampilkan dalam peragaan bertajuk 'Wedari'.
"Wedari diambil dari kata Sanskerta 'Wedara' yang berarti taman bunga di keraton dan istana. Seperti cantiknya bunga-bunga di istana, begitulah motif batik kudus," kata Denny yang sudah menyiapkan koleksi tersebut sejak setahun lalu.
Foto: Dok. Denny Wirawan |
Wedari tampil sebagai sebuah pentas mode yang penuh harmoni dengan memadukan elemen tradisional serta kemajuan teknologi masa kini.
Berbagai rupa taman eksotis yang diproyeksikan oleh kecanggihan video mapping menjadi latarnya. Alunan musik instrumental bergaya kontemporer gubahan Yovie Widianto dengan sisipan lirik berbahasa Jawa turut mengiringi langkah para model malam itu.
Foto: Dok. Denny Wirawan |
Peragaan terbagi menjadi empat sekuens. Sekuens pertama, 'Sekar Murni', menyuguhkan 15 set busana remake dari desain adibusana dan pola karya Denny yang terdahulu. Serba putih, koleksi ini tampil elegan dalam detail bordir kerancang khas Kudus.
Di sekuen berikutnya yang bertajuk 'Taman Sari', hadir pilihan busana dengan motif bunga lili, teratai, dan peony, dalam palet yang cerah. Permainan volume pada bagian lengan serta tampilan tailored-look membari sentuhan kekinian.
Foto: Dok. Denny Wirawan |
Berlanjut ke sekuen ketiga, 'Ganda Arum', Denny memadukan motif batik kudus dengan motif lereng berbentuk geometris untuk memberi kesan yang lebih modern. Diakui Denny, motif geomteris memiliki kesulitan tersendiri.
"Lebih berat karena setiap garis yang dibuat berisi isen-isen yang berbeda. Cukup merepotkan pembatik. Tapi saya cukup bangga dengan hasilnya," kata Denny.
Menutup peragaan malam itu, sekuen 'Ningrat' dengan suguhan gaun beraura 'ningrat' dalam sentuhan batik kelengan yang khas dengan latar hitamnya.
Foto: Dok. Denny Wirawan |
Untuk sekuens ini, Denny mengaplikasikan motif burung, salah satunya merak yang melambangkan kemegahan, dalam ukuruan di atas kain hitam, sehingga menciptakan kesan mewah dan glamor. Dalam siluet simpel, koleksi tersebut mencuri perhatian tanpa harus berteriak.
Koleksi ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa tangan-tangan para perajin batik yang dibina Bakti Budaya sejak enam tahun silam.
Diakui Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, trial and error masih terus mengiringi perjalanan program pembinaan sampai saat ini.
Salah satu tantangannya adalah membangun semangat masyarakat yang sudah terbiasa bekerja sebagai buruh dengan upah harian untuk membatik.
Foto: Dok. Denny Wirawan |
"Kudus termasuk kabupaten yang tingkat kesejahteraannya sudah membaik karena geliat sektor industri kretek. Masyarakat pun lebih tertarik bekerja di pabrik dengan upah harian, ketimbang membatik yang upahnya belum kelihatan," kata Renita.
Untuk menyiasatinya, para perajin diberikan upah harian selain dari insentif kain yang terjual. Maka itu, lanjut Renita, pembinaan terus digalakkan untuk menambah nilah kain batik kudus sehingga permintaan semakin meningkat dan mendatangkan kesejahteraan bagi para pembatik.
Batik kudus sebagai warisan Nusantara pun berjaya kembali. (dtg/kik)
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Home & Living
Tidak Perlu Repot Bawa Setrika Besar! Setrika Ini Harus Kamu Bawa saat Traveling
Health & Beauty
Bulu Mata Lentik Instan Tanpa Ribet! Cek 3 Produk Ini, Praktis untuk Pemula
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Season of Elegance, Kolaborasi Metro-MegaFirst Padukan Mode dan Aksi Sosial
Justin Bieber Rilis Sneakers Cetak 3D, Harga Dibanderol Rp 22 Jutaan
Brand Fashion AS 'Serbu' Indonesia: Ekonomi Melambat, Minat Belanja Tak Surut
Beyonce Hingga Nicole Kidman Ditunjuk Sebagai Co-Chair MET Gala 2026
Outfit Lewis Hamilton Serba Dior di F1 Abu Dhabi 2025, Disebut Fashion Victim
Most Popular
1
TikTok Viral Verificator
Viral Momen Haru Anak Bertemu Ayah dengan Baju Penuh Lumpur di Aceh Tamiang
2
Season of Elegance, Kolaborasi Metro-MegaFirst Padukan Mode dan Aksi Sosial
3
Ramalan Zodiak 13 Desember: Capricorn Ada Rintangan, Pisces Jangan Ambisius
4
Foto Blue Ivy yang Beranjak Dewasa Makin Mirip Beyonce
5
Foto: Miss Universe Thailand Pimpin Tim RI di SEA Games, Anggun Bersongket
MOST COMMENTED












































Koleksi Denny Wirawan di sekuen 1 dengan aplikasi bordir kerancang khas Kudus. (Foto: Moh. Abduh/Wolipop)
Foto: Moh. Abduh/Wolipop
Foto: Dok. Denny Wirawan
Foto: Dok. Denny Wirawan
Foto: Dok. Denny Wirawan
Foto: Dok. Denny Wirawan
Foto: Dok. Denny Wirawan
Foto: Dok. Denny Wirawan