ADVERTISEMENT

Tampil Apik dengan Lurik

Tantangan Mengolah Lurik Jadi Busana Modern Menurut Para Desainer

Intan Kemala Sari - wolipop Jumat, 01 Apr 2016 11:07 WIB
Foto: Mohammad Abduh
Jakarta - Seiring dengan perkembangan dunia mode, banyak desainer yang memanfaatkan kain tradisional Indonesia seperti batik, tenun, dan lurik sebagai koleksinya. Berbicara tentang lurik, kain tersebut kini kembali eksis dan banyak dipakai oleh para pecinta mode, tidak terkecuali juga selebriti.

Awalnya, kain lurik digunakan untuk membuat pakaian pria saat menghadiri acara-acara adat tertentu. Lurik juga dipakai oleh prajurit keraton Yogyakarta hingga para supir andong. Namun kini oleh para percancang busana tersebut, lurik diolah menjadi busana siap pakai yang potongannya lebih kekinian dalam bentuk atasan, celana, rok, blazer, hingga dress.

Mengolah kain lurik menjadi busana modern, lantas adakah tantangan yang dialami para desainer? Desainer Lulu Lutfi Labibi mengungkapkan, tantangan terbesar yang dialaminya adalah mengolah lurik tersebut menjadi satu busana tanpa banyak menggunting kainnya.

"Sebisa mungkin saya tidak menggunting kain, palingan hanya bikin kerung lengan atau kerung leher saja. Menurut saya cara ini cukup bijaksana jadi kainnya tidak terbuang," paparnya saat dihubungi Wolipop, Selasa (29/3/2016).


Pria yang akrab disapa Lulu ini mengaku banyak terinspirasi dari beberapa desainer Jepang dalam menempatkan posisi kain agar tidak
mengguntingnya. Maka dari itu, banyak rancangannya yang menggunakan teknik drapping atau kain yang dilipit membentuk gelombang agar hasilnya terlihat lebih unik.

Diakui pria yang berkarya sejak 2005 itu, menciptakan pola desain untuk membuat sebuah busana dari kain lurik dibutuhkan perjuangan yang tidak sebentar. Terkadang ia harus begadang dan tidak tidur demi mengkreasikan pola tersebut menjadi busana siap pakai.


"Tapi saya sebagai seorang seniman justru menikmati prosesnya meskipun memang butuh perjuangan sekali, karena di situ letak seninya," lanjut Lulu.

Baca Juga: 30 Gaya Selebriti di Indonesia Fashion Week 2016

Menurutnya, sejauh mana kain lurik bisa dimodifikasi agar lebih kekinian adalah kembali lagi kepada desainernya masing-masing. Bagaimana desainer tersebut menuangkan 'sentuhan' pada rancangannya yang nantinya diharapkan bisa disukai oleh banyak orang, terutama oleh para pecinta kain tradisional Indonesia.



Berbeda dengan Lulu, desainer Didiet Maulana mengatakan bahwa tantangan terbesarnya dalam mengolah lurik ada pada inovasi bahan yang diolahnya. "Tantangannya ketika kami akan mengolah lurik di atas material yang sudah sering dipakai. Kami pernah membuat tenun lurik dari kain sutra juga," tuturnya ketika diwawancarai via e-mail, Rabu (30/3/2016).



Didiet mengaku saat awal-awal pembuatan, ia harus banyak membuang bahan akibat trial and error yang dicobanya. Namun demikian, ia merasa beruntung karena hasil akhirnya sepadan dengan yang diinginkannya. (itn/itn)