Sensasi Paduan Rasa Jepang dan Peru di Resto Fat Shogun Jakarta
Daniel Ngantung - wolipop
Senin, 12 Jun 2017 17:26 WIB
Jakarta
-
Peru dan Jepang, dua kultur yang saling bertolak belakang. Namun saat kedua budaya tersebut menyatu di atas piring, bersiaplah terbuai olehnya.
Walau berbeda budaya, Peru dan Jepang bagai saudara lama. Menjelang akhir abad ke-19, orang Jepang berbondong-bondong datang ke Peru untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Kabarnya Peru kala itu disebut-sebagai ladang emas.
Masuknya budaya Jepang, lantas menciptakan asimilasi budaya, termasuk di ranah kuliner. Apa jadinya bila kuliner Peru yang khas akan rasa pedas dan rempah-rempahnya berpadu dengan makanan Jepang yang dikenal sehat dan banyak mengandalkan bahan-bahan mentah?
Cita rasa menu Jepang-Peru itu yang jadi tawaran utama restoran Fat Shogun di Rooftop Level Menara BTPN, Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Rasa Jepang-Peru sudah terasa ketika pertama kali menginjakkan kaki di restoran yang berkonsep casual dining tersebut berkat interior beserta dekorasinya.
Elemen kayu yang mewakili Jepang berpadu apik dengan elemen batu yang merepresentasikan alam vulkanik Peru dalam desain bergaya minimalis kontemporer nan chic.
Sentuhan Negeri Sakura juga kian terasa lewat dua gapura khas Jepang setinggi plafon yang berdiri di tengah area makan.
Sementara itu di salah satu sisi dinding yang memisahkan restoran dan dapurnya yang berkonsep open kitchen itu, tampak lukisan yang menampilkan sosok shogun atau diktator militer Jepang menunggang llama, mamalia berbulu khas Amerika Selatan.
Restoran ini terbagi menjadi dua area, indoor dan outdoor. Jika ingin bersantap sambil menikmati panorama deretan pencakar langit Jakarta, maka duduk di area outdoor bisa menjadi pilihan.
Tak hanya mata, lidah pun juga dimanja dengan jajaran menu-menu yang unik. Salah satunya Tuna Tartare yang dihidangkan sebagai appetizer atau menu pembuka.
Semacam salad, menu ini terbuat dari potongan seafood (tuna, salmon, atau undang - pilih sesuai selera Anda), yang dicampur dengan potongan sayuran, bawang bombay, mentimun, dan apokat segar. Bahan-bahan tersebut lalu dilumuri dengan saus creamy berbahan campuran wasabi dan rempah yang menggigit lidah. Tidak ketinggalan keripik ubi yang kerenyahannya membuat santapan terasa seimbang.
Jangan lewatkan pula Anticucho Barbecue yakni sate sapi khas Peru dengan saus cuka dan rempah. Cocok dinikmati pula sebelum menikmati hidangan utama.
Bersantap di restoran bergaya Jepang, tentu tak lengkap rasanya tanpa menyicip sushi. Di Fat Shogun, hadir pilihan menu sushi yang didominasi rasa pedas khas kuliner latin. Seperti Loco Maguro, sushi salmon bergaya aburi yang dilapis dengan tuna dan cabai jalapeno yang pedasnya terasa membakar lidah itu.
Menu-menu bowl khas Jepang juga hadir di Fat Shogun. Salah satunya Nagoya Bowl yaitu semangkuk hot plate yang berisi nasi yang sudah ditanak dengan bungan melati berikut belut panggang. Tidak ketinggalan sup bonito sebagai pendamping.
Di jajaran menu minuman, Anda patut mencoba Sake Dap De'i. Hidangan fushion ini terbuat dari sake dengan campuran madu, vanilla dan teh hijau yang dihidangkan dengan jeli dan puding tofu. Paduan segar untuk meredakan rasa pedas yang mendominasi hidangan di sini. Untuk bersantap berdua di sini, setidaknya Anda harus merogoh kocek sebesar Rp 600 ribuan.
(dng/hst)
Walau berbeda budaya, Peru dan Jepang bagai saudara lama. Menjelang akhir abad ke-19, orang Jepang berbondong-bondong datang ke Peru untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Kabarnya Peru kala itu disebut-sebagai ladang emas.
Fat Shogun Jakarta. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Masuknya budaya Jepang, lantas menciptakan asimilasi budaya, termasuk di ranah kuliner. Apa jadinya bila kuliner Peru yang khas akan rasa pedas dan rempah-rempahnya berpadu dengan makanan Jepang yang dikenal sehat dan banyak mengandalkan bahan-bahan mentah?
Cita rasa menu Jepang-Peru itu yang jadi tawaran utama restoran Fat Shogun di Rooftop Level Menara BTPN, Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fat Shogun Jakarta. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Elemen kayu yang mewakili Jepang berpadu apik dengan elemen batu yang merepresentasikan alam vulkanik Peru dalam desain bergaya minimalis kontemporer nan chic.
Sentuhan Negeri Sakura juga kian terasa lewat dua gapura khas Jepang setinggi plafon yang berdiri di tengah area makan.
Fat Shogun Jakarta. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Sementara itu di salah satu sisi dinding yang memisahkan restoran dan dapurnya yang berkonsep open kitchen itu, tampak lukisan yang menampilkan sosok shogun atau diktator militer Jepang menunggang llama, mamalia berbulu khas Amerika Selatan.
Restoran ini terbagi menjadi dua area, indoor dan outdoor. Jika ingin bersantap sambil menikmati panorama deretan pencakar langit Jakarta, maka duduk di area outdoor bisa menjadi pilihan.
Anticucho Barbecue, sate sapi khas Peru. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Tak hanya mata, lidah pun juga dimanja dengan jajaran menu-menu yang unik. Salah satunya Tuna Tartare yang dihidangkan sebagai appetizer atau menu pembuka.
Semacam salad, menu ini terbuat dari potongan seafood (tuna, salmon, atau undang - pilih sesuai selera Anda), yang dicampur dengan potongan sayuran, bawang bombay, mentimun, dan apokat segar. Bahan-bahan tersebut lalu dilumuri dengan saus creamy berbahan campuran wasabi dan rempah yang menggigit lidah. Tidak ketinggalan keripik ubi yang kerenyahannya membuat santapan terasa seimbang.
|
Bersantap di restoran bergaya Jepang, tentu tak lengkap rasanya tanpa menyicip sushi. Di Fat Shogun, hadir pilihan menu sushi yang didominasi rasa pedas khas kuliner latin. Seperti Loco Maguro, sushi salmon bergaya aburi yang dilapis dengan tuna dan cabai jalapeno yang pedasnya terasa membakar lidah itu.
Loco Maguro. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Menu-menu bowl khas Jepang juga hadir di Fat Shogun. Salah satunya Nagoya Bowl yaitu semangkuk hot plate yang berisi nasi yang sudah ditanak dengan bungan melati berikut belut panggang. Tidak ketinggalan sup bonito sebagai pendamping.
Nagoya Bowl. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Di jajaran menu minuman, Anda patut mencoba Sake Dap De'i. Hidangan fushion ini terbuat dari sake dengan campuran madu, vanilla dan teh hijau yang dihidangkan dengan jeli dan puding tofu. Paduan segar untuk meredakan rasa pedas yang mendominasi hidangan di sini. Untuk bersantap berdua di sini, setidaknya Anda harus merogoh kocek sebesar Rp 600 ribuan.
Sake Dap De'i. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop |
Home & Living
3 Pilihan Hampers Natal yang Praktis untuk Rayakan Momen Bersama Orang Terkasih
Home & Living
Carramica Hampers Xmas Pine Florette: Hadiah Natal yang Bikin Sesuatu Jadi Spesial!
Home & Living
Dekorasi Natal Simple tapi Estetik? Ini 3 Item yang Wajib Kamu Punya Biar Rumah Auto Meriah!
Home & Living
Bikin Suasana Natal Makin Hangat! Sentuhan Dekorasi Lampu Natal Ini Bikin Sudut Rumah Estetis
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
NIKA Coffee x Prose & Petals, Book Cafe Baru yang Stylish di Kelapa Gading
East Quarter Grand Indonesia, Restoran Pan-Asian dengan Interior Estetik
Rayakan Malam Natal dengan Festive Dining Berkelas di Incanto Restaurant
Jejak Coco Chanel di Secangkir Coklat Angelina Paris, Kafe Legendaris Favorit Turis
Sofra Turkish Cafe & Restaurant, Merasakan Hawa Istanbul di Kuningan, Jaksel
Most Popular
1
Nayeon TWICE Kena Angin Jakarta, Cantik Pakai Gaun Mini dan Makeup Natural
2
Ramalan Zodiak 20 Desember: Aries Saling Pengertian, Taurus Tak Umbar Janji
3
Foto: Ed Sheeran Pamer Transformasi Tubuh, Makin Kekar Setelah Jadi Ayah
4
SEMUA BUNDA DIRAYAKAN
Semarak Hari Ibu: Morinaga Ajak 250 Ibu dan Anak Nyanyi Bareng di PIK
5
Selamat! Shin Min Ah dan Kim Woo Bin Resmi Menikah Setelah 10 Tahun Pacaran
MOST COMMENTED












































Fat Shogun Jakarta. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Fat Shogun Jakarta. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Fat Shogun Jakarta. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Anticucho Barbecue, sate sapi khas Peru. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Tuna Tartare. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Loco Maguro. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Nagoya Bowl. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop
Sake Dap De'i. Foto: Daniel Ngantung/Wolipop