ADVERTISEMENT

Liputan Khusus Wanita Inspiratif Saat Pandemi

Kisah Ghina Ghaliya Buat Gerakan Donasi Ponsel Bekas untuk Siswa Tak Mampu

Gresnia Arela Febriani - wolipop Senin, 16 Agu 2021 07:00 WIB
Foto Ghina Ghaliya yang mengagas ide donasi ponsel bekas. Foto: Dok. Instagram @wartawanlintasmedia.
Jakarta -

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI. Salah satunya di masa pandemi ini yaitu dengan menolong sesama yang membutuhkan. Seperti kisah wanita inspiratif ini yang menolong siswa kurang mampu mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh.

Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diterapkan pemerintah di sektor pendidikan selama COVID-19 agar mencegah penyebaran virus Corona. Namun dalam penerapannya metode PJJ masih banyak muncul kendala. Tak semua siswa bisa menjalankn PJJ. Salah satunya tidak adanya ponsel yang bisa digunakan siswa kurang mampu untuk PJJ.

Masalah siswa tidak mampu yang tidak memiliki ponsel ini terjadi di beberapa daerah Tanah Air. Untuk itu sejumlah wartawan membuat gerakan donasi ponsel bekas. Inisiatornya adalah Ghina Ghaliya, jurnalis di salah satu media ternama di Indonesia.

Aksi donasi ponsel bekas.Aksi donasi ponsel bekas. Foto: Dok. Instagram @wartawanlintasmedia.

Ghina tak menyangka jika pandemi Corona akan terus berlanjut. Ghina Ghaliya juga melihat banyak pedagang yang terdampak karena pandemi Corona dan kehilangan mata pencahariannya.

"Saat itu aku pribadi sebenarnya tidak menyangka pandemi ini terjadi sampai sekarang. Aku mikirnya oh ini hanya beberapa bulan, tidak berlarut-larut. Saat itu aku bersama wartawan lintas media kepikiran soalnya teman-teman pada bikin liputan pedagang yang pendapatannya terdampak pandemi," kata Ghina kepada Wolipop, Jumat (13/8/2021).

Awalnya Ghina dan 11 orang rekan sesama jurnalis yang bergabung dalam komunitas wartawan lintas media, menggalang donasi. Dana yang terkumpul untuk membeli makanan siap saji, masker, vitamin, dan hand sanitizer yang kemudian disumbangkan kepada masyarakat yang terdampak pandemi.

"Awal Corona hand sanitizer dan masker medis kan sulit. Kita menggalang dana. Awalnya itu untuk beli makanan jadi dan lain-lain, dengan tujuan pekerja yang ada di jalanan bisa mendapatkan barang-barang yang saat itu masih langka dan kita kasih uang tunai juga ke mereka," jelas Ghina.

Gerakan Donasi Ponsel Bekas

Setelah beberapa bulan menjalani program bantu sesama selama pandemi bersama wartawan lintas media, Ghina dan teman-temannya berusaha mendengarkan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarkat kurang mampu selama pandemi. Dari sanalah kemudian donasi tersebut semakin berkembang peruntukannya.

"Selama kita membuat gerakan semakin berkembang dari pembagian makanan, sembako dan uang tunai. Kemudian berkembang lagi donasi uang kontrakan dan handphone bekas untuk siswa kurang mampu," tuturnya.

Ghina menyadari ponsel bekas merupakan salah satu benda yang dibutuhkan di masa pandemi saat dia sedang sarapan di rumah. Pada saat itu seorang pemulung bertanya pada ibunya apakah mereka memiliki ponsel bekas yang bisa digunakan untuk anaknya bersekolah.

"Nah, waktu itu momen tersadarnya aku lagi sarapan di rumah. Ibuku lagi memberikan barang-barang bekas ke pemulung," kenang Ghina.

Foto Ghina Ghaliya yang mengagas ide donasi ponsel bekas.Foto Ghina Ghaliya yang mengagas ide donasi ponsel bekas. Foto: Dok. pribadi Ghina Ghaliya.

Peristiwa itulah yang membuat Ghina kemudian mengajak teman-temannya untuk membuat gerakan donasi ponsel bekas. Momen pemulung meminta ponsel bekas itu menyadarkannya banyak masyarakat terdampak pandemi yang merasakan hal serupa.

"Kayaknya banyak yang butuh dan masyarkat yang menerima bantuan itu dalam satu rumah, cuma ada satu handphone. Pas kita datang ke rumahnya, kok sering susah dikonfirmasi karena handphonenya dipakai oleh salah satu anggota keluarga untuk bekerja," ucap Ghina.

Selain itu Ghina juga pernah menemukan ada seorang ibu single parent, anak-anaknya tidak ada di rumah karena menumpang belajar di rumah tetangga. Ada juga berbagai kondisi memprihatinkan lainnya yang ditemukan Ghina dan teman-temannya di lapangan.

"Pernah juga kita ke rumah salah satu penerima donasi dan saat itu belum kepikiran. Ternyata ada pengemudi ojol yang mendaftar kartu prakerja dan tak bisa medaftarkan istrinya karena hanya mempunyai satu handphone dan gantian simcard dengan istrinya," imbuhnya.

Aksi donasi ponsel bekas.Aksi donasi ponsel bekas. Foto: Dok. Instagram @wartawanlintasmedia.

Mulai saat itu Ghina membuat gerakan donasi ponsel bekas di akun Twitter pribadinya. Ia pun tak mengira jika gerakan yang digagasnya mendapatkan reaksi positif dari warganet.

"Awalnya ekspektasi aku tidak menerima banyak handphone bekas. Kalau ada 10-15 sudah cukup buat memulai. Kemudian animonya besar dan yang menyumbang ada 129 ponsel bekas. Ada banyak yang berkontribusi juga untuk menggalang dana bagi yang tidak punya ponsel bekas, untuk dibelikan handphone baru dan kuota untuk anak-anak kurang mampu," terangnya.

Ghina menjelaskan di masa awal gerakan donasi ponsel bekas masih menggunakan rekening pribadinya. Dan ketika donatur gerakan tersebut semakin bertambah, dia langsung bekerjasama dengan Kita Bisa agar bisa menjangkau nominal terkecil Rp 10 ribu - Rp 20 ribu.

"Lalu kita bikin akun dan terkumpul Rp 500 juta. Kita beliin handphone dan kuota untuk anak-anak yang kurang mampu. Sampai sekarang kita sudah memberikan 423 anak di dari ujung Aceh hingga Papua," ungkap Ghina yang selama membuat gerakan donasi ponsel bekas ini, dia dan teman-temannya mendapatkan ponsel bekas dengan beragam. Misalnya saja ada ponsel yang speakernya dan volumenya tidak berfungsi.

Aksi donasi ponsel bekas.Aksi donasi ponsel bekas. Foto: Dok. Instagram @wartawanlintasmedia.

Sebelum kini sudah menjangkau siswa tidak mampu dari Aceh hingga Papua, Ghina awalnya hanya membantu siswa tidak mampu di kawasan Jabodetabek. Siswa yang mendapatkan bantuan ponsel tersebut harus menyerahkan foto raport sekolah dan persyaratan lainnya, seperti menjelaskan kondisi rumahnya.

"Diperhatikan unit handphone akan digunakan RAM besar atau kecil. Handphone yang digunakan berdua akan diberikan RAM yang besar dalam satu rumah. Kalau PAUD dan masih TK kita minta bikin karya si anak. Dan handphone sesuai tingkatan kelas," kata Ghina.

Dalam menyalurkan bantuan ponsel bekas ini, Ghina dan teman-temannya memilih masyarakat yang kurang mendapatkan perhatian, seperti kaum difabel, kelompok transpuan dan buruh perempuan yang single parent. Dan mencari kelompok masyarakat tersebut tidaklah mudah.

Perjuangan Ghina dan timnya dalam menolong sesama dengan mendonasikan ponsel bekas terbayar saat melihat reaksi penerima bantuan. Mereka ada yang terharu, menangis dan mengucapkan rasa terimakasih.

Ghina Ghaliya berharap di tengah pandemi ini, ada lebih banyak masyarakat yang lebih peka terhadap lingkungan sekitar, peduli kepada sesama yang membutuhkan.

"Kita harus membuka mata dan telinga untuk mengetahui di sekitar kita sedang membutuhkan apa. Karena kita kan membutuhkan interaksi dengan orang lain. Jangan sampai di tengah pandemi ini menutup perhatian kita terhadap sekitar," tutupnya dengan ramah.

(gaf/eny)