Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Volume Eating, Diet Viral Makan Banyak tapi Tetap Rendah Kalori

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Jumat, 03 Okt 2025 19:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Diet
Ilustrasi diet. Foto: Getty Images/iStockphoto/anon-tae
Jakarta -

Lagi viral di media sosial, tren diet 'volume eating'. Jika biasanya diet identik dengan porsi kecil dan menahan rasa lapar, tren ini justru kebalikannya.

Diet ini menekankan makan dalam jumlah lebih banyak, tapi dengan kalori yang tetap rendah. Di Instagram, ada lebih dari 45 ribu unggahan terkait topik ini.

Volume eating fokus pada konsumsi makanan berkalori rendah tapi berukuran besar (high-volume foods). Biasanya makanan tersebut kaya air, serat, atau bahkan mengandung udara sehingga membuat perut terasa kenyang lebih lama tanpa harus menambah banyak kalori.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tren ini sebenarnya bukan hal baru. Volumetrics Diet sudah diperkenalkan sejak tahun 2000 oleh Profesor Barbara Rolls dari Pennsylvania State University, AS. Namun sejak setahun belakangan, tren diet ini ramai diperbincangkan dan diikuti banyak orang.

Menurut Barbara, makanan yang tinggi volume bisa meningkatkan rasa kenyang sehingga efektif membantu menurunkan berat badan.

ADVERTISEMENT

"Idenya adalah memenuhi perut dengan makanan rendah kalori secara alami, sehingga ada lebih sedikit ruang untuk makanan yang bisa mengacaukan diet," jelas Shyla Cadogan, seorang ahli gizi, seperti dikutip dari New York Post.

Dalam diet volume eating, makanan dibagi dua kategori. Pertama adalah high-volume foods atau boleh dimakan dalam porsi banyak. Makanan ini terdiri dari semangka, selada, zucchini, jeruk, bayam, putih telur, timun, seledri, oatmeal, apel, dan buah beri.

Sementara itu, low-volume foods adalah makanan tinggi kalori yang harus dibatasi. Beberapa di antaranya minyak, buah kering, madu, sirup maple, keju, kacang-kacangan, dan selai kacang.

Apakah Volume Eating Bisa Bikin Berat Badan Turun?

Healthy food selection on white background. Detox and clean diet concept. Foods high in vitamins, minerals and antioxidants. Anti age foods. Top view.

Foto: Getty Images/bit245

Jika dilakukan dengan benar, jawabannya bisa. Kuncinya ada pada perencanaan. Banyak orang gagal diet karena setelah makan tetap merasa lapar.

Makanan high-volume yang kaya serat, vitamin, dan mineral akan 'mengisi ruang' di perut, membuat kenyang lebih lama. Selain itu, volume eating bisa jadi cara mudah untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

Untuk yang biasanya jarang makan sayur, diet ini secara tidak langsung memaksa kita untuk mulai terbiasa. Hasilnya, porsi makan junk food atau kue manis jadi berkurang.

Risiko Diet Volume Eating

Woman eating fresh rainbow colored salad. Multicolored fruits and vegetables background. Healthy eating and dieting concept. High resolution 42Mp studio digital capture taken with SONY A7rII and Zeiss Batis 40mm F2.0 CF lens

Foto: Getty Images/fcafotodigital

Namun di sisi lain, volume eating juga ada sisi negatifnya. Shyla mengingatkan, "Tidak ada diet yang seharusnya membuat kualitas makan jadi berkurang. Kuncinya bukan cuma kuantitas, tapi kualitas."

Contohnya, Diet Coke memang nol kalori dan secara teknis bisa masuk volume eating, tapi tidak punya nilai gizi sama sekali. Sementara jus jeruk memang lebih tinggi kalori, tapi kaya vitamin C dan antioksidan, sehingga jelas lebih bermanfaat. Kelsey Kunik, ahli gizi lain, menambahkan risiko lain.

"Makanan high-volume sering kali tinggi serat. Kalau terlalu banyak, bisa menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, bahkan kekurangan mikronutrien tertentu," jelasnya.

Selain itu, rasa kenyang bukan satu-satunya faktor kepuasan makan. Jika kamu hanya makan sesuatu karena rendah kalori tapi sebenarnya tidak suka rasanya, justru bisa memicu craving dan akhirnya berujung binge eating atau makan berlebihan.

"Tidak ada alasan untuk sepenuhnya menghindari lemak, karbohidrat, atau makanan lain yang kamu pikir tidak cocok dengan diet. Menambahkan sedikit minyak zaitun atau bumbu ke makanan tetap bisa masuk dalam volume eating," kata Shyla.

Jamie Nadeau, seorang ahli gizi, juga memperingatkan bahwa volume eating bisa memicu overthinking soal makanan.

"Fokus berlebihan pada makanan rendah kalori bisa menimbulkan craving dan overeating," tuturnya.

Volume eating bisa jadi strategi menyenangkan untuk menurunkan berat badan, asal tetap seimbang. Perlu diingat, makanan rendah kalori bukan berarti lebih penting daripada makanan bernutrisi tinggi. Jangan takut menyisipkan makanan berkalori lebih tinggi, selama porsinya wajar dan tidak jadi menu utama.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads