Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Influencer Kesehatan Alami Depresi & Gangguan Makan, Terjebak Tuntutan Konten

Kiki Oktaviani - wolipop
Sabtu, 16 Agu 2025 21:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Lee Tilghman
Lee Tilghman. Foto: dok. Instagram @LeeFromAmerica
Jakarta -

Menjadi influencer wellness hampir merenggut nyawa Lee Tilghman. Dari 2014 hingga 2019, ia membangun citra hidup sehat di Instagram @LeeFromAmerica yang punya lebih dari 400 ribu pengikut. Dari smoothie bowl yang estetik, rutinitas skincare, hingga tubuh bugar, konten Lee tampak sempurna, dan menghasilkan hingga Rp 4,8 miliar setahun.

Namun di balik layar, hidupnya berantakan. Wanita 35 tahun itu menderita gangguan makan, diliputi kecemasan, dan merasa kesepian. Ia bisa menghabiskan 10 jam sehari menatap ponsel, tertekan oleh komentar followers dan tuntutan menjaga citra "sempurna."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu benar-benar membunuh jiwa saya," ujar Lee kepada The Post.

Dalam memoarnya If You Don't Like This Post, I Will Die, Lee menceritakan perjalanan hidupnya. Dari gadis biasa di Connecticut, party girl di Manhattan, hingga bertransformasi setelah terinspirasi influencer Australia, Loni Jane. Ia berhenti narkoba dan minum alkohol, mulai berolahraga, dan mengunggah smoothie bowl pertamanya, konten yang mendongkrak popularitasnya hingga pindah ke Los Angeles.

ADVERTISEMENT

Namun semakin tenar, semakin ekstrem pola hidupnya. Lee memangkas banyak jenis makanan dari dietnya hanya karena komentar followers, melakukan cleansing diet 21 hari berturut-turut, hingga menghabiskan ribuan dolar untuk ritual healing.

"Saya menghilangkan gluten, susu, kedelai, kacang, dan gula. Bahkan membayar ribuan dolar untuk breathwork dan moon circle," tulisnya.

Lee TilghmanLee Tilghman Foto: dok. Instagram @@LeeFromAmerica

Obsesi pada citra sehat membuatnya terisolasi, bahkan depresi. Ia bahkan takut makan di luar karena takut tidak bisa mengontrol kadar gula.

"Saya menempatkan kesehatan dan Instagram di atas segalanya, termasuk keluarga. Kalau tubuh sehat tapi kita kesepian karena terlalu mengontrol hidup, itu kehidupan yang gelap," ungkapnya.

Puncaknya terjadi pada 2018. Lee dituding memiliki white privilege setelah membuat workshop seharga Rp 5 juta. Sponsor mundur, apartemennya kebanjiran, dan ia sadar sebagian besar hidupnya hanyalah properti endorse.

"Saya hanyalah manekin tanpa jiwa yang dipakai perusahaan menjual barang," tulisnya.

Pada 2019, ia menghapus Instagram dan menjalani perawatan enam minggu untuk gangguan makan.

"Rasanya seperti pecandu yang akhirnya membuang obatnya," kenangnya.

Selama pandemi, Lee sempat bekerja di bidang media sosial dan kembali ke Instagram pada 2021 dengan persona lebih santai dan penuh humor. Meski sudah menulis buku tentang keluar dari dunia influencer, ia tak menutup kemungkinan kembali menerima kerja sama berbayar.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads