Riset Buktikan Kerja Lembur Bisa Jadi Penyebab Kebotakan
Vina Oktiani - wolipop
Jumat, 25 Okt 2019 18:35 WIB
Jakarta
-
Kamu mungkin sering mendengar bahwa orang-orang yang mengalami kerontokan rambut atau bahkan kebotakan biasanya karena mereka stres. Kini riset mengungkapkan, penyebab seseorang mengalami kebotakan adalah karena mereka bekerja lembur lebih dari 52 jam per minggu.
Umumnya, orang bekerja hanya sekitar 40 jam per minggu. Namun di beberapa negara memang ada yang mengharuskan seseorang untuk bekerja lebih lama atau lembur. Salah satunya di negara Korea Selatan.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari Sungkyunkwan University of Medicine di Korea Selatan dan melibatkan 13 ribu pria berusia 20 sampai 59 tahun sebagai respondennya. Para responden dalam riset ini dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jam kerja mereka. Setelah itu peneliti melakukan pengamatan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti, status pernikahan, pendapatan, kebiasaan merokok, dan faktor-faktor lain yang terkait.
Riset yang dilakukan selama empat tahun dari 2013 hingga 2017 itu menemukan bahwa bekerja dengan waktu yang lebih lama secara signifikan berkaitan dengan kebotakan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pria yang bekerja dalam waktu lama berpotensi meningkatkan perkembangan alopecia atau kerontokan rambut. Mengapa demikian?
Hal ini karena stres yang mungkin dialami bisa menyebabkan perubahan level hormon di beberapa area tubuh, salah satunya di kulit kepala. Perubahan hormon yang terjadi saat kamu mengalami stres dapat menghambat pertumbuhan folikel rambut pada kulit kepala. Stres menyebabkan sistem kekebalan tubuh justru menyerang folikel rambut. Selain itu stres juga mengubah katagen atau fase istirahat sehingga membuat rambut berhenti tumbuh.
Oleh karena itu, batasan waktu bekerja sangat diperlukan bagi mereka yang berusia antara 20 hingga 30 tahunan, di mana gejala kerontokan rambut mulai muncul. Tak hanya penelitian ini, banyak riset lain yang juga mengatakan bawa alopecia atau kerontokan rambut disebabkan oleh stres. Dalam penelitian yang menjadikan tikus sebagai percobaannya ditemukan bahwa stres menghambat pertumbuhan rambut, siklus katagen, dan dapat merusak folikel rambut. Sayangnya, penelitian ini tidak memasukkan wanita sebagai respondennya. (vio/eny)
Umumnya, orang bekerja hanya sekitar 40 jam per minggu. Namun di beberapa negara memang ada yang mengharuskan seseorang untuk bekerja lebih lama atau lembur. Salah satunya di negara Korea Selatan.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari Sungkyunkwan University of Medicine di Korea Selatan dan melibatkan 13 ribu pria berusia 20 sampai 59 tahun sebagai respondennya. Para responden dalam riset ini dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jam kerja mereka. Setelah itu peneliti melakukan pengamatan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti, status pernikahan, pendapatan, kebiasaan merokok, dan faktor-faktor lain yang terkait.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Manfaat Menangis Bagi Kesehatan |
Riset yang dilakukan selama empat tahun dari 2013 hingga 2017 itu menemukan bahwa bekerja dengan waktu yang lebih lama secara signifikan berkaitan dengan kebotakan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pria yang bekerja dalam waktu lama berpotensi meningkatkan perkembangan alopecia atau kerontokan rambut. Mengapa demikian?
Hal ini karena stres yang mungkin dialami bisa menyebabkan perubahan level hormon di beberapa area tubuh, salah satunya di kulit kepala. Perubahan hormon yang terjadi saat kamu mengalami stres dapat menghambat pertumbuhan folikel rambut pada kulit kepala. Stres menyebabkan sistem kekebalan tubuh justru menyerang folikel rambut. Selain itu stres juga mengubah katagen atau fase istirahat sehingga membuat rambut berhenti tumbuh.
Oleh karena itu, batasan waktu bekerja sangat diperlukan bagi mereka yang berusia antara 20 hingga 30 tahunan, di mana gejala kerontokan rambut mulai muncul. Tak hanya penelitian ini, banyak riset lain yang juga mengatakan bawa alopecia atau kerontokan rambut disebabkan oleh stres. Dalam penelitian yang menjadikan tikus sebagai percobaannya ditemukan bahwa stres menghambat pertumbuhan rambut, siklus katagen, dan dapat merusak folikel rambut. Sayangnya, penelitian ini tidak memasukkan wanita sebagai respondennya. (vio/eny)
Hobbies & Activities
Penggemar Gitar Akustik Perlu Coba! Donner DAG-1CE Bisa Jadi Gitar Andalanmu
Health & Beauty
Dilema Pilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif? 2 Sunscreen Ini Bisa Jadi Pilihanmu
Hobbies & Activities
iReborn Treadmill Elektrik Paris: Biar Olahraga Jadi Lebih Praktis, Nyaman, dan Konsisten
Health & Beauty
Lip Care Goals! 3 Produk Andalan Untuk Bibir Halus dan Sehat Sepanjang Hari
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Peneliti Ungkap Manfaat Tersembunyi Dark Chocolate untuk Memori
6 Detox Water untuk Diet: Turunkan Berat Badan dan Tingkatkan Metabolisme
11 Sayuran yang Bagus untuk Diet, Kenyang Tahan Lama
Cara Membedakan Lapar Asli dan Lapar Emosional, Penting Saat Diet
Dilraba Dilmurat Ungkap Cara Turunkan Berat Badan untuk Film, Tuai Perdebatan
Most Popular
1
Potret Pernikahan Selebgram Amanda Zahra yang Trending, Jadi Pengantin Sunda
2
Cher Siap Menikah Lagi Menjelang Usia 80 dengan Pria 39 Tahun
3
Tampak Kaya Raya Ternyata Gelandangan, Pria Tipu 5 Wanita Berakhir Ditangkap
4
Ramalan Zodiak 8 Desember: Libra Harus Jujur, Sagitarius Lebih Bijak
5
Karyawan Gugat Perusahaan Setelah Dipecat karena Masuk Kantor Terlalu Pagi
MOST COMMENTED











































