Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Robert Redford Meninggal, Warisan Fashion-nya Menginspirasi Desainer Dunia

Daniel Ngantung - wolipop
Rabu, 17 Sep 2025 16:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

American actor Robert Redford as Johnny Hooker in the crime caper The Sting, directed by George Roy Hill, 1973.   (Photo by Silver Screen Collection/Getty Images)
Robert Redford pada 1973. (Foto: Silver Screen Collection/Getty Images)
Jakarta -

Aktor legendaris Hollywood Robert Redford, meninggal dunia. Kepergiannya menyisakan duka sekaligus meninggalkan warisan besar. Di luar bakatnya sebagai seniman dan sineas film, gaya busana juga menjadi cetak biru mode pria Amerika.

Dengan rambut tergerai tertiup angin dan pilihan gaya santai tapi tetap rapi, gaya Redford mencitrakan elegansi klasik yang sederhana sepanjang dekade 1960-an dan 1970-an. Popularitasnya melesat berkat film-film seperti 'All the President's Men' dan 'The Way We Were', menjadikannya bintang utama layar lebar Amerika.

Seperti dilansir dari CNN, salah satu penampilan ikonis Redford adalah setelan pastel dalam film drama-romantis 'The Great Gatsby' (1974). Sementara itu, dalam film thriller 'Three Days of the Condor' (1975), ia mengenakan coat tweed herringbone yang dipadukan dengan kemeja chambray biru, dasi wol bergaris, dan jeans biru muda. Gaya preppy berlapis yang kembali relevan di era tren Ivy League saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Robert Redford Leaning on a Brick Wall (Photo by Herbert Dorfman/Corbis via Getty Images)Penampilan Robert Redford. (Foto: Herbert Dorfman/Corbis via Getty Images)

Redford yang juga dikenal sebagai sutradara dan aktivis lingkungan ini berhasil menjembatani berbagai arketipe busana pria Amerika, dari gaya preppy hingga western. Ia akrab dengan kemeja button-down, kacamata aviator, hingga celana denim. Bahkan, jauh sebelum tren muncul, Redford sudah mempopulerkan gaya "double denim" dengan memadukan kemeja dan celana jeans serupa.

Meski terlihat effortless, Redford sangat detail dalam berpakaian. Untuk 'Three Days of the Condor', misalnya, ia meminta potongan khusus untuk jeans Levi's miliknya dengan teknik "Hollywood hem". Permintaannya mencangkup pemangkasan inseam 36 inci lalu menyambungkan kembali bagian bawah asli celana, menurut penuturan desainer kostum Joseph Aulisi.

ADVERTISEMENT

Begitu detailnya, gaya Redford sampai sulit ditiru. Nicolas Gabard, desainer Prancis sekaligus pendiri brand Husbands Paris, yang membuat blazer tweed abu-abu untuk Redford dalam Three Days of the Condor, mengatakan, "Semua pria pecinta busana, bahkan Ralph Lauren sekalipun, pernah mencoba meniru jaket itu. Tak ada yang berhasil."

PARK CITY, UT - JANUARY 22:  Sundance Institute President Robert Redford during the Day One Press Conference for 2015 Sundance Film Festival on January 22, 2015 in Park City, Utah.  (Photo by George Pimentel/Getty Images for Sundance)Robert Redford pada 2015. (Foto: George Pimentel/Getty Images for Sundance)

Inspirasi Redford banyak memengaruhi dunia mode. Michael Kors, misalnya, mengacu pada peran Redford sebagai atlet ski flamboyan dalam 'Downhill Racer' (1969) saat merancang koleksi pria 2016 bertema "apres-ski." Ralph Lauren-yang mendesain kostum pria dalam 'The Great Gatsby', juga pernah menyatakan kekagumannya pada gaya para aktor Hollywood era keemasan, termasuk Redford.

"Robert Redford adalah bintang film Amerika, dari 'Gatsby' hingga 'The Sundance Kid'. Namun komitmennya menjaga seni dan alam yang ia cintai akan menjadi warisan abadi. Kami akan merindukan semangat hidup dan pandangannya yang optimistis," ujar Ralph Lauren melalui email kepada CNN.

Meski dianggap simbol seks di masanya, Redford justru mengaku terkejut dengan label itu. Dalam wawancara dengan The Telegraph pada 2018, di usianya yang ke-82 tahun, ia berkata, "Saat kecil, tak ada yang pernah bilang saya tampan. Rambut saya merah dan sulit diatur, penuh freckles, gigi saya terlalu besar. Julukan itu datang belakangan, dan saat itu saya tidak siap menerimanya."

Daya tarik Redford juga sempat menjadi hambatan. Ia kehilangan kesempatan membintangi 'The Graduate' (1967) karena sutradara Mike Nichols menilai Redford "terlalu sempurna" untuk berperan sebagai tokoh yang dianggap pecundang.

Lebih dari lima dekade berlalu, pesona Redford tetap hidup. Dan seiring wafatnya sang aktor, warisan gaya dan kharismanya dipastikan akan terus dikenang jauh melampaui zamannya.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads