Banjir Kritik, Prada Akhirnya Akui Sendal di Catwalk Terinspirasi India
Prada baru-baru ini menjadi bulan-bulanan netizen India. Kemunculan sendal kulit di peragaan koleksi busana pria teranyar rumah mode Italia itu menjadi musababnya.
Sendal tersebut, yang ditampilkan dalam ajang Milan Fashion Week pekan lalu, memiliki bentuk terbuka dengan anyaman kulit yang mirip dengan sandal Kolhapuri buatan perajin di negara bagian Maharashtra dan Karnataka, India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sendal dari koleksi Prada Menswear Spring/Summer 2026. (Foto: Pietro D'Aprano/Getty Images) |
Dalam peluncuran resminya, Prada hanya menyebut alas kaki ini sebagai "sandal kulit", tanpa menyebut inspirasi ataupun asal-usul desain yang kental dengan nuansa tradisional India tersebut.
BBC mengabarkan, koleksi tersebut lantas memicu kritik dari berbagai pihak di India yang menilai Prada mengkomersialkan warisan budaya tanpa memberi penghargaan layak kepada para insan kreatif lokal.
Menanggapi protes publik, Prada yang digawangi duo desainer Miuccia Prada dan Raf Simons akhirnya mengakui bahwa desain tradisional khas India menjadi sumber inspirasi untuk sendal tersebut.
Perajin membuat sendal Kolhapuri Chappals di Maharashtra, India. (Foto: Mahendra Parikh and Vidya Subramanian/Hindustan Times via Getty Images) |
Seorang juru bicara Prada menambahkan bahwa perusahaan "selalu merayakan keahlian, warisan, dan tradisi desain." Mereka juga telah berkomunikasi dengan Kamar Dagang, Industri, dan Pertanian Maharashtra (MCCIA) terkait isu ini.
Sebelumnya, Ketua MCCIA telah bersurat kepada Prada untuk melayangkan keberatannya. Ia menyayangkan Prada tidak memberikan akreditasi yang selaiknya bagi perajin India.
menyoroti bagaimana desain sandal Kolhapuri telah dikomersialkan tanpa kredit terhadap komunitas pengrajin yang telah menjaga warisan tersebut selama berabad-abad.
Miuccia Prada dan Raf Simons di fashion show Prada Ready to Wear Spring/Summer 2026. (Foto: Victor VIRGILE/Gamma-Rapho via Getty Images) |
Dalam tanggapannya, Lorenzo Bertelli selaku Kepala Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Prada, menyebut bahwa produk tersebut masih berada dalam tahap awal pengembangan desain.
Ia juga menyatakan keterbukaan Prada untuk berdialog secara langsung dengan para perajin lokal India demi pertukaran yang bermakna. Prada turut berencana menggelar pertemuan lanjutan untuk membahas kolaborasi lebih jauh.
Sesuai namanya, kerajinan sendal ini dari kota Kolhapur di Maharashtra, tempat asal pembuatannya. Sejarahnya dapat ditelusuri hingga abad ke-12. Terbuat dari kulit yang terkadang diberi pewarna alami, sendal ini terkenal karena ketahanannya dan kenyamanannya di iklim tropis India.
Bentuk asli sendal khas Maharashtra. (Foto: Mahendra Parikh and Vidya Subramanian/Hindustan Times via Getty Images) |
Pada 2019, sendal Kolhapuri mendapatkan status Indikasi Geografis (GI) dari pemerintah India, sebuah pengakuan resmi terhadap keaslian dan asal-usul produk. Menurut Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), label GI diberikan pada barang yang memiliki ciri khas berdasarkan lokasi geografis tertentu dan dianggap sebagai penanda autentisitas.
Para perajin Kolhapuri pun merasa kecewa karena karya mereka digunakan tanpa penghargaan yang semestinya. "Sendal ini dibuat dari kerja keras para perajin kulit di Kolhapur. Mereka pantas mendapatkan pengakuan. Jangan mengambil keuntungan dari jerih payah orang lain," ujar Prabha Satpute, salah satu perajin sendal tersebut, kepada BBC Marathi.
Meski harga sendal Kolhapuri di India hanya berkisar beberapa ratus rupee, versi Prada diperkirakan dijual dengan harga premium meskipun tidak tercantum di situs resmi mereka. Sendal-sendal Prada umumnya dijual antara 600 hingga 1.000 pound sterling (setara Rp 12-21 juta) di Inggris.
Margin penjualan tersebut mendapat kritikan industrialis India Harsh Goenka, yang menyoroti ketimpangan antara pendapatan para perajin dan keuntungan besar yang diraup oleh merek global. "Para perajin kita rugi, sementara merek global meraup untung dari budaya kita," katanya.
Ini bukan kali pertama merek internasional dituding mengapropriasi budaya India. Pada Festival Film Cannes 2025, Gucci mendapat kecaman setelah menyebut sari yang dikenakan aktris Bollywood Alia Bhatt sebagai gaun. Sebelumnya, tren TikTok sempat menuai protes karena menyebut dupatta, selendang tradisional Asia Selatan, sebagai "scarf Skandinavia".
Namun di tengah kritik, beberapa warga Kolhapur melihat sisi positifnya. "Para perajin merasa bangga karena akhirnya ada yang mengenali karya mereka," ujar Dileep More, seorang pelaku usaha lokal, kepada Reuters.
Kontroversi ini membuka percakapan penting soal pengakuan, kredit budaya, dan kolaborasi yang etis dalam dunia mode global.
(dtg/dtg)
Home & Living
Ravelle Airy Premium Air Purifier HEPA13 + Aromatherapy: Udara Bersih, Mood Tenang, Hidup Lebih Nyaman
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Kain Antik 100 Tahun Jadi Primadona di Koleksi 4 Dekade Adrian Gan Berkarya
Belum Setahun, Desainer Baru Versace Keluar Setelah Prada Resmi Akuisisi
Pantone Umumkan Tren Warna 2026: Cloud Dancer, Warna Putih Jernih
Prada Resmi Akuisisi Rivalnya, Versace, Senilai Rp22,2 Triliun
A$AP Rocky Jadi Brand Ambassador Terbaru Chanel
Transformasi Asmirandah Before-After Sedot Lemak, Makin Cantik dan Langsing
Kisah Hidup Zhang Xin, dari Buruh Pabrik Jadi Wanita Terkaya Dunia
Park Seo Joon Ungkap Tekanan Beda Usia dengan Pasangan di Surely Tomorrow
Jakarta x Beauty 2025
Berburu Skincare Viral di Jakarta X Beauty 2025, Skintific Diskon 50%

















































Bentuk asli sendal khas Maharashtra. (Foto: Mahendra Parikh and Vidya Subramanian/Hindustan Times via Getty Images)