Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Viral Klaim Tas Mewah Eropa Dibuat di China, Pakar: Konsumen RI Perlu Bijak

Daniel Ngantung - wolipop
Jumat, 18 Apr 2025 08:05 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

(FromR) Chief Executive of LVMH (Louis Vuitton Moet Hennessy) Bernard Arnault, CEO of Louis Vuitton Michael Burke and US President Donald Trump visit the new Louis Vuitton factory in Alvarado (40 miles south of Fort Worth), Johnson County, Texas on October 17, 2019. - A workshop of the French brand Louis Vuitton will be inaugurated in Texas by Donald Trump, in the presence of Bernard Arnault, CEO of LVMH, who had indicated to the American President in 2017 that he was ready to invest more in the United States. (Photo by Nicholas Kamm / AFP)
Presiden AS Donald Trump saat mengunjungi pabrik Louis Vuitton di Texas pada 2019. (Foto: Nicholas Kamm / AFP)
Jakarta -

Belakangan marak konten di TikTok berupa ajakan untuk membeli produk luxury brand Eropa yang diklaim dibuat di China menyusul kontroversi tarif dagang dari Presiden AS Donald Trump. Di tengah ketidakpastian keaslian barang tersebut, fenomena ini perlu disikapi dengan bijak oleh konsumen.

Trump sempat memberlakukan tarif impor baru ke negara-negara mitra dagangnya, tanpa terkecuali Uni Eropa, termasuk Italia dan Prancis yang terkenal citranya sebagai produsen produk fashion mewah. Untuk negara Eropa, tarif mengalami kenaikan hingga 20 persen sehingga memicu spekulasi akan terjadi penyesuaian harga untuk produk mode yang masuk ke AS.

Meski Trump pada akhirnya menunda kebijakan tersebut, pasar sudah terlanjur memberi reaksi. Muncul berbagai penawaran sebagai alternatif dari barang mewah Eropa yang harganya jauh lebih murah. Seperti yang ditawarkan oleh mereka yang mengaku sebagai pembuat tas branded di China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam unggahan yang tengah viral itu, mereka mengaku kebanyakan dari barang tersebut sebetulnya diproduksi di China sebelum akhirnya dikirim ke Eropa dan dilabeli 'made in France' atau 'made in Italy'.

TO GO WITH AFP STORY BY REGINE LAMOTHEA photo taken on June 11, 2015 shows Hermes Birkin bags at the Maroquinerie de la Tardoire, a Hermes workshop specialized in products made with calfskin, in Montbron, southwestern France. AFP PHOTO / MEHDI FEDOUACH (Photo by Mehdi FEDOUACH / AFP) (Photo by MEHDI FEDOUACH/AFP via Getty Images)Workshop tas Hermes di Montbron, Prancis. (Foto: MEHDI FEDOUACH/AFP via Getty Images)

Dari sisi konsumen, memverifikasi kebenaran klaim tersebut adalah keniscayaan. "Kita tidak tahu mereka bikin (versi) aslinya atau bukan. Itu yang orang perlu ingat," kata konsultan bisnis Lynda Ibrahim kepada Wolipop, Kamis (17/4/2025), saat menanggapi fenomena yang muncul di tengah perang dagang antara China-AS tersebut.

ADVERTISEMENT

Salah satu konten seperti yang diunggah akun @NewsNexusOfficial tampak begitu meyakinkan. Pria di video tersebut secara detail menjelaskan material hingga teknik pembuatan tas Hermes Birkin. Latar video menampilkan suasana para pekerja sedang membuat tas tersebut.

"Modal membuat tas Birkin hanya US$ 1.000. Di butik, harganya minimal US$ 10.000. Beli di sini saja," ujar pria itu.

Dilansir dari The Independent, muncul pula video yang menampilkan seorang kreator mengklaim bisa menjual celana yoga dari pabrik yang sama dengan pemasok Lululemon seharga US$ 5-US$ 6 atau sekitar Rp 75.000-Rp 90.000, alih-alih US$ 100 seperti di tokonya. Video tersebut telah disaksikan lebih dari 10 juta kali.

PARIS, FRANCE - SEPTEMBER 24: A model, bag detail, walks the runway during the Christian Dior Womenswear Spring/Summer 2020 show as part of Paris Fashion Week on September 24, 2019 in Paris, France. (Photo by Pascal Le Segretain/Getty Images)Model menenteng tas keluaran rumah mode Balmain. (Foto: Pascal Le Segretain/Getty Images)

Terlepas dari asli atau tidak, Lynda tak memungkiri bahwa kemunculan produk fashion dupe alias 'KW' dari China sebenarnya sudah sangat lumrah, termasuk di pasar Indonesia.

"To be perfectly honest, barang palsu dari China sebenarnya bukan barang baru di ITC kita. Oleh karena itu, kalau akhirnya ternyata barang yang muncul di TikTok itu adalah versi dupe, sebenarnya tidak akan terlalu mengubah pasar yang ada sekarang. Paling hanya muncul sebuah cluster baru. Kalau kita ke Mangga Dua, mungkin akan ditemui banyak barang dijual dengan embel-embel 'produk yang lagi tren di TikTok'," jelas Lynda yang juga seorang kolumnis budaya dan gaya hidup itu.

Belum ada tanggapan dari sejumlah induk perusahaan luxury brand seperti LVMH (pemilik 75 merek termasuk Louis Vuitton, Dior, Loewe), ataupun Kering (yang menaungi nama-nama seperti Gucci, Balenciaga, dan Saint Laurent), terkait klaim yang membanjiri TikTok belakangan ini. Namun, keduanya memastikan tidak ada satupun tas atau barang mereka lainnya dibuat di China.

Adapun Lululemon menyebut memang ada beberapa barang yang diproduksi di China, tapi hanya tiga persen. Jurubicara Lululemon, seperti dikutip dari The Independent, menyebut perusahaan tersebut secara transparan memperlihatkan daftar mitra kerja mereka, termasuk dari China, dan dapat diakses di situsnya.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads