Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Ukir Sejarah, Desainer Edward Hutabarat Pamer Kain Nusantara di Louvre Paris

Daniel Ngantung - wolipop
Kamis, 30 Nov 2023 21:17 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Pameran Selimut Nusantara di Museum Louvre
Pameran fotografi 'Selimut Nusantara' di Museum Louvre Paris (Foto: Dok. Kemendikbudristek)
Paris -

Keindahan kain tradisional dan pesona Candi Borobudur hadir di Museum Louvre, Paris, Prancis lewat ekshibisi fotografi bertajuk 'Selimut Nusantara'. Pameran ini sekali lagi menunjukkan apresiasi dunia terhadap warisan budaya Indonesia yang terkadang dilupakan oleh bangsanya sendiri.

Bertempat di Carrousel du Louvre pada Selasa (28/11/2023), 'Selimut Nusantara' persembahan desainer Edward Hutabarat yang didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), resmi dibuka. Deretan potret hasil bidikan Edo, demikian Edward akrab disapa, menghiasi langit-langit selasar area belanja di museum yang menjadi rumah bagi lukisan 'Mona Lisa' yang tersohor itu.

"Kita bangga, kebudayaan Indonesia bisa tampil dengan berkelas di salah satu museum seni terbesar di dunia," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/11/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Momen tersebut turut mengukir prestasi tersendiri. Disebutkan bahwa, Indonesia menjadi negara Asia pertama yang mendapatkan kesempatan untuk berpameran di museum yang berusia 230 tahun tersebut.

ADVERTISEMENT
Pameran Selimut Nusantara di Museum LouvrePameran Selimut Nusantara di Museum Louvre (Foto: Dok. Kemendikbudristek)

Edo memilih tema 'Selimut Nusantara' karena dapat merepresentasikan pesona Indonesia sebagai negara dengan ragam wastranya yang sarat filosofi.

"Peradaban Indonesia sangat erat kaitannya dengan 'selimut' (kain). Namun, 'selimut' di Indonesia dikenal dengan nama-nama lain seperti sarung (selembar kain yang kedua ujungnya dijahit menjadi satu), jarit (kain katun tipis, biasanya berupa Batik atau Lurik), dan masih banyak lagi," ujar pria berdarah Batak yang selalu berapi-api saat berbicara soal budaya Tanah Air ini.

Pameran Selimut Nusantara di Museum LouvreDesainer Edward Hutabarat (ketiga dari kiri) bersama Ketua Bidang 1 OASE KIM Franka Makarim, Duta Besar Indonesia untuk Prancis Mohamad Oemar, dan Izabel Jahja di pembukaan pameran 'Selimut Nusantara'. (Foto: Dok. Kemendikbudristek)

Sejumlah fotonya menampilkan para model berbalut kain tradisional, khususnya dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), di Candi Borobudur.

Keindahannya semakin nyata ketika pembukaan pameran yang turut dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Prancis Mohamad Oemar dan Ketua Bidang 1 OASE KIM Franka Makarim (istri Mendikbudristek Nadiem Makarim) turut menyuguhkan peragaan busana Edo dengan kain-kain tersebut.

Pameran yang berlangsung hingga 3 Januari 2024 mendatang melanjutkan kesuksesan peragaan busana kain Sumba di Candi Borobudur tahun lalu.

Presentasi yang dinamai 'Kabakil' itu menandai 20 tahun sejak Edo pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Sumba. Ia datang pada 2001 bersama model Izabel Jahja untuk melakukan pemotretan. Izabel pun hadir di acara pembukaan 'Selimut Nusantara' yang turut dimeriahkan oleh penampilan Anggun itu.

Pameran Selimut Nusantara di Museum LouvrePameran Selimut Nusantara di Museum Louvre Foto: Dok. Kemendikbudristek

Selain peragaan, sebuah rumah Sumba didirikan sebagai instalasi yang memamerkan berbagai jenis kain Sumba beserta produk kerajinan lainnya yang sebagian besar merupakan koleksi pribadi Edo.

Kala itu, Edo menjelaskan bawah dalam lembaran kain Sumba tergambar hubungan manusia dengan alam dan leluhurnya lewat corak-coraknya. Kain tersebut hadir sebagai penanda siklus kehidupan masyarakat Sumba, mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian.

"Saat peperangan terjadi, para tentara membungkus tubuhnya dengan kain Sumba berlapis-lapis sebagai perisai untuk melindungi diri dari tusukan tombak lawan," cerita Edo yang juga pernah mementaskan busana batik kreasinya di markas UNESCO Paris pada 2018 lalu.

Pria yang telah menekuni profesi desainer mode sejak empat dekade lalu ini berharap, kehadiran 'Kabakil' serta instalasi Rumah Sumba dapat menginspirasi masyarakat luas, terutama kaum muda, agar semakin sadar bahwa Indonesia seperti yang disebutnya, "is the masterpiece of God". Bahwa Tuhan menciptakan alam dan budaya Indonesia dengan segala keunikan dan keindahannya yang tak dapat ditemui di negara lain.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads