Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tak Bisa Dipakai Semua Desainer, Ini Arti di Balik Konsep Haute Couture

Alissa Safiera - wolipop
Kamis, 19 Nov 2015 13:08 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Getty Images
Jakarta - Konsep haute couture dalam dunia fashion Indonesia mungkin tidak sefamiliar ready to wear atau lini siap pakai. Sejumlah desainer Indonesia bahkan dunia, bahkan tak sedikit yang mengklaim dirinya sebagai perancang haute couture, tanpa mengerti makna di baliknya.

Tak banyak yang tahu jika haute couture bukan sembarang predikat yang hanya diberikan pada gaun-gaun megah senilai puluhan sampai ratusan juta rupiah dari segala perancang. Hanya mereka yang mendapat pengesahan dari Paris oleh asosiasi The Chambre Syndicale de la Couture Parisienne yang masuk dalam daftar itu. Kenapa harus di Prancis? Karena hanya di negara ini, konsep dan industri ini lahir dan berkembang.

Namun saat ini, banyak orang yang menyebut busana couture dengan istilah haute couture. Padahal, dua konsep ini adalah berbeda. Keduanya memang melalui proses pengerjaannya dengan bahan-bahan berkualitas tinggi dan dijahit dengan tingkat ketelitian tinggil. Namun pengerjaan gaun haute couture yang bisa sampai seharga rumah mewah itu juga sangat detail diproduksi sendiri, dari mulai kancing, resleting hingga payet. Proses kurasi untuk menjadi bagian dari desainer haute couture pun jauh lebih ketat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hanya desainer di Prancis dan mereka yang termasuk asosiasi di Paris yang bisa dikatakan haute couture. Dan hanya 13 rumah mode di dunia yang memiliki predikat itu. Kata 'couture' itu hanya mengacu pada teknik menjahit yang berkualitas, sedangkan 'haute couture' adalah kata yang dilindungi. Kamu bisa dituntut jika sembarang memakai kata haute couture," ujar Pendiri Asian Couture Federation, Dr. Frank Cintamani saat pembukaan pameran di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Rabu (18/11/2015) malam.

Sama halnya dengan minuman Champagne. Jika bukan diproduksi dari wilayah Champagne di Paris, minuman itu hanyalah sparkling wine meski botolnya berharga jutaan rupiah.

Beberapa rumah mode dunia yang tergolong dalam konsep Haute Couture adalah Chanel, Christian Dior, Jean Paul Gaultier, Givenchy, dan masih banyak lainnya. Di Indonesia, hanya ada beberapa desainer yang diakui sebagai desainer couture, antara lain Sebastian Gunawan, Tex Saverio dan yang terakhir bergabung adalah Rinaldy A. Yunardi; ketiganya menjadi anggota dari Asian Couture Federation. Selebihnya, mungkin perlu dipertanyakan kembali kualitas jahitan hingga materialnya tak biasa yang mereka gunakan.

"Paris seperti kiblat fashion, dan kita tidak dapat memungkirinya. Menjadi desainer haute couture adalah tantangan bagi orang-orang seperti kita di Asia. Couture terbuka bagi mereka yang memiliki kreativitas dan talenta tinggi di fashion. Mereka bukan desainer haute couture, mereka couture. Ini adalah kata terbaik untuk menggambarkannya," tambah Frank.

Haute Couture pun dipatenkan di tahun 1945 dan diremajakan tahun 1992. Bagi para anggota Chambre syndicale de la Haute Couture, harus mengikuti sejumlah peraturan, di antaranya:
- Desain harus bisa diakomodir untuk para klien pribadi sesuai permintaan, dengan satu atau lebih dari dua kali pengepasan.
- Harus memiliki atelier (workshop) di Paris dan memperkerjakan minimal 15 orang staff tetap.
- Harus memiliki setidaknya dua puluh pekerja teknis di satu workshop (atelier).
- Setiap musim harus mempresentasikan sebuah koleksi yang terdiri dari minimal 50 desain asli kepada publik, baik gaun siang maupun malam, di bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.





(asf/asf)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads