Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Hari Batik Nasional

Dikritik Karena Buat Motif Batik Modern, Ini Jawaban Bai 'Populo Batik'

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 02 Okt 2015 18:13 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto : M. Abduh/Wolipop
Jakarta -

Beragam motif batik hadir menjadi ciri khas setiap daerah di Indonesia. Sebut saja batik parang kusumo dari Jogjakarta, batik sidomulyo dari Solo, atau batik mega mendung dari Cirebon. Namun seiring dengan perkembangan industri mode, oleh para desainer motif-motif batik tersebut dimodifikasi hingga terkesan lebih modern dan tidak kaku.

Beberapa desainer tersebut membuat motif batik baru yang digabungkan dengan motif batik klasik. Salah satunya adalah Populo Batik, brand busana yang digawangi oleh Bai Soemarlono dan Joseph Lim ini pernah menampilkan batik bermotif jawa pesisiran, yakni Kawung dan Grinsing yang dikombinasikan dengan motif sisir, gunting, dan pipa rokok.

Namun motif batik buatannya ini tidak selamanya mendapat apresiasi yang bagus. Bai mengatakan, ia pernah dikritik lantaran menciptakan motif batik yang modern. "Pernah dibilang itu bukan batik dan melawan tradisi. Tetapi kita tenang saja menghadapinya karena sudah tahu jawabannya," ujar Bai saat dihubungi Wolipop via e-mail, Selasa, (29/9/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desainer yang berbasis di Berlin itu memaparkan, yang disebut dengan batik adalah proses pembuatannya dengan menggunakan canting dan lilin atau malam, serta proses pewarnaannya yang disebut dengan nglorot. Sedangkan untuk motif sebenarnya bisa berupa apa saja.

"Contohnya zaman dulu tahun '20-an, sebenarnya sudah ada revolusi batik seperti yang kita buat sekarang. Seperti batik Van Zuylen, di mana batik tersebut ada gambar buket bunga dan kupu-kupu. Ada juga batik Hokokai, juga batik dengan gambar kapal laut, kapal terbang, dan Cinderella," tutur desainer yang sudah berkarya lebih dari 20 tahun itu.

Baca Juga : 50 Inspirasi Batik Modern

Menurutnya, banyak sekali orang Indonesia yang masih belum memahami sepenuhnya tentang batik. Bahkan, banyak produser besar yang menggunakan ketidaktahuan masyarakat dengan membuat batik printing yang diproses melalui teknik komputerisasi.

"Tapi karena batik yang dibuat itu motifnya batik klasik, jadi pada diam saja. Kalau menurut saya sebenarnya itu bukan batik, itu hanya kain yang bermotif batik," lanjutnya.

Berbeda dengan Bai, desainer dan pemilik label Sejauh Mata Memandang, Chitra Subiyakto mengaku belum pernah mendapat kritikan saat menciptakan motif-motif batik yang terinspirasi dari ayam jago, jamur, polkadot, hingga rumput laut. Karena sebelum membuat motif tersebut, ia selalu berkomunikasi dengan para ahli kain.

"Sebelum mendesain, aku ngobrol-ngobrol dulu dengan pakarnya. Salah satunya dengan Edward Hutabarat, minta saran dan pendapat," katanya saat dihubungi Wolipop, Selasa, (29/9/2015).

Chitra mengatakan, seorang manusia pasti akan membuat suatu hal yang baru dan tidak selamanya akan menggunakan batik klasik. Terlebih lagi bagi para kaum muda yang ingin tampil lebih trendi, batik bermotif modern tersebut bisa menjadi pilihan bagi mereka untuk tetap menggunakan batik.

(itn/itn)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads