Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

'Nepo Kids Nepal' Viral Disebut Pemicu Demonstrasi Berdarah, Ini Artinya

Rahmi Anjani - wolipop
Kamis, 11 Sep 2025 16:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Smoke rises from the Supreme Court of Nepal after being torched by people during a protest against Mondays killing of 19 people after anti-corruption protests that were triggered by a social media ban, which was later lifted, during a curfew in Kathmandu, Nepal, September 9, 2025. REUTERS/Navesh Chitrakar
Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar
Jakarta -

Demonstrasi di Nepal yang memicu kekacauan jadi sorotan dunia. Aksi yang dipelopori anak-anak muda tersebut ikut menyoroti anak-anak dari pejabat pemerintahan di sana. Diduga keturunan dari para politisi menggunakan fasilitas dan hidup nyaman dari hasil korupsi. Disebut sebagai 'Nepo Kids Nepal', mereka ramai-ramai di-spill di media sosial.

'Nepo Kids Nepal' jadi perbincangan di media sosial. Sebelum aksi unjuk rasa jadi sorotan dunia, kaitan nepo dan Nepal mungkin tidak terpikirkan. Namun berdasarkan konten-konten yang tersebar, terungkap banyak anak dari tokoh politik dan pemerintahan di sana yang bergelimang harta padahal kondisi rakyat sedang tidak baik-baik saja.

'Nepo kids' atau yang sering disebut sebagai 'nepo baby' merupakan istilah yang sering dikaitkan dengan anak dari orang terkenal. Tidak semua mendapat predikat demikian, mereka yang disebut nepo biasanya dianggap melanggengkan nepotisme atau memanfaatkan privilese dan kemudahan dari pengaruh keluarga tapi tidak memiliki banyak prestasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT


Dalam kasus serangkaian unjuk rasa berdarah yang sedang terjadi di Nepal, kehadiran 'nepo baby' ini menjadi salah satu pemicu para demonstran. Dalam berbagai postingan, banyak netizen Nepal yang membandingkan gaya hidup mewah mereka dengan kondisi negara yang menyedihkan. Apalagi sebagian 'nepo kids Nepal' dituduh menggunakan uang korupsi yang seharusnya digunakan untuk menyejahterakan rakyat.

Dalam postingan yang viral, netizen membuat kolase perbandingan kehidupan 'nepo kids' dengan rakyat Nepal. Sepasang pria dan wanita diperlihatkan menikmati liburan ke Eropa, makan enak di restoran hingga menggelar pernikahan mewah.


Sebagai perbandingannya, video kemudian beralih menampilkan potret orang-orang miskin di Nepal. Adapun berita tentang penyakit, kelaparan, dan kemiskinan yang membunuh rakyat kecil. Para 'nepo' dianggap memanfaatkan fasilitas yang tidak seharusnya di tengah situasi Nepal yang jauh dari kata nyaman.

"Mereka hidup dalam kemewahan sementara kita kesulitan untuk bertahan. Mereka bisa membeli hotel Hilton bahkan kita saja kesulitan bayar sewa. Pohon Natal dari Gucci, Chanel, Birkin. Dari mana uangnya? Kalau itu uang bersih, mengapa hanya dimiliki segelintir orang kaya? Mengapa beberapa orang telanjang kaki dan yang lain hidup mewah. Ini adalah perjuangan kita," tulis sebuah video.

Aksi Gen Z untuk mengungkap keburukan pejabat dan anak-anaknya ini lah yang memotori demonstrasi besar-besaran hingga Perdana Menteri Sharma Oil akhirnya mengundurkan diri. Rangkaian protes tersebut awalnya dipicu oleh keputusan pemerintah minggu lalu untuk melarang 26 platform media, termasuk WhatsApp, Instagram, dan Facebook. Para demonstran menuduh hal itu dilakukan pemerintah berusaha membungkam kampanye antikorupsi.

(ami/ami)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads