Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Viral Lulusan S2 Jual Sosis di Jalanan: Gaji Tinggi Tak Jamin Kebahagiannya

Rahmi Anjani - wolipop
Selasa, 23 Jul 2024 08:32 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

penjual sosis viral
Foto: Dok. Douyin via SCMP
Jakarta -

Sebuah kedai sosis bakar pinggir jalan jadi viral. Bukan karena rasa atau harganya tapi karena para penjualnya. Dikatakan jika mereka yang menjajakan adalah lulusan perguruan tinggi bahkan bergelar PhD. Meski pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, mereka menyebut bahwa gaji tinggi tidak menjamin kebahagiaan.

Sekumpulan mahasiswa PhD membuka kedai sosis di Provensi Guangdong, China. Mereka diketahui sama-sama berasal dari Universitas Sun Yat-sen jurusan filosofi. Sembilan lulusan S2 tersebut kompak membuat usaha tapi bukan demi uang tapi hanya ingin bersosialisasi selagi bertukar pikiran secara intelek.

"Silahkan membeli sosis enak dan bertukar pikiran dalam hal akademis filosofis dengan kami," tulis mereka di depan kedainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ziheng adalah mahasiswa PhD yang menginisiasi bisnis sampingan tersebut. Kepada Yangtse Evening Post, Ziheng mengaku jika menjual dan menyajikan sosis digunakan sebagai wadah berdiskusi. "Kami semua terlibat dalam riset filosofis dan berharap sosis bisa digunakan sebagai medium untuk bertukar pikiran dengan pelanggan dan berteman baik dengan mereka," katanya.

penjual sosis viralpenjual sosis viral Foto: Dok. Douyin via SCMP

Kumpulan siswa berprestasi tersebut berniat mengubah penjualan sosis mereka menjadi dialog bergaya Socrates yang santai dan fleksibel mengenai topik-topik filosofis. Selama menyiapkan sosis, mereka sering kali menjawab pertanyaan pelanggan tentang isu sosial, teori, atau sekadar pengalaman pribadi.

ADVERTISEMENT

Kedengarannya sulit tapi para penjual sosis mengaku merasa senang. Terlebih dijalankan saat malam, mereka mendapat 'healing' setelah penat karena bekerja dan belajar. "Bagi mahasiswa yang biasanya kuliah di kampus, berjualan sosis di pinggir jalan memungkinkan kami bertemu berbagai macam orang, menjadi cara unik untuk berhubungan dengan masyarakat," ujar Ziheng.

Setiap malam para mahasiswa itu menghasilkan rata-rata Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Dengan gelar PhD, mereka tentu bisa memilih pekerjaan yang lebih prestis dan menghasilkan. Tapi meski tidak mendulang banyak keuntungan, mereka bertekad untuk meneruskan jualan sosis karena membawa kebahagiaan.

"Gaji tinggi tidak selalu membawa kebahagiaan. Orang muda harus punya minat. Bahkan hal-hal kecil bisa membawa kesenangan," kata Pangda.

Kedai sosis filosofis ini mengundang berbagai komentar publik. Ada yang memuji tapi tak sedikit yang mencibir. "Mereka seharusnya dapat pujan karena mau berbagi dengan rendah hati," "Ini buang-buang sumber edukasi. Mereka seharusnya menggunakan waktu untuk kontribusi yang lebih berarti," kata netizen.

(ami/ami)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads