×
Ad

Kiat Sukses UMKM Juara BRILianpreneur 2022: Karya Harus Keren dan Berdampak

Daniel Ngantung - wolipop
Senin, 29 Mei 2023 05:00 WIB
Melie Indarto, pendiri KaIND dan juara pertama Pengusaha Muda BRILian 2022. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)
Jakarta -

Bagi Melie Indarto, merintis usaha bukan perkara mensejahterakan diri sendiri. KaIND, label sustainable fashion besutannya yang berhasil meraih juara pertama Pengusaha Muda BRILian (PMB) 2022, berangkat dari kepeduliannya pada pelestarian wastra serta nasib perajin hingga petani sutra eri di kampung halamannya.

Ide untuk mendirikan KaIND muncul saat Melie 'blusukan' ke desa-desa di sekitar Pasuruan, Jawa Timur, pada 2015. Cerita perajin keset di Karangrejo soal produk mereka yang tak lagi diekspor karena kalah bersaing dengan negara lain menggugah hati Melie untuk membantu.


Serat sutra eri 'peace silk' dan kain tenun-batik olahannya dari KaIND, label sustainable fashion besutan Melie Indarto. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Singkat cerita, Melie yang sempat bekerja di sebuah media gaya hidup di Jakarta tanpa sengaja bertemu petani sutra eri dari Purwodadi. Serat sutra merupakan material alami yang tak merusak alam, sesuai dengan keinginan Melie untuk menawarkan produk yang ramah lingkungan.

Sebelum akhirnya berkolaborasi dengan mereka, perempuan kelahiran September 1989 ini memastikan pula bahwa pembudidayaan dilakukan secara etis. Pupa dikeluarkan dari kepompong sebelum direbus sehingga dapat bermetamorfosis secara penuh. "Bukan sustainable namanya kalau ada hewan yang disakiti," kata Melie kepada Wolipop di kawasan Grogol, Jakarta Barat, belum lama ini.

Serat sutra kemudian dikombinasikan dengan serat Tencel sehingga menjadi benang utuh. Kemudian, benang tersebut masuk dalam proses penenun, baik dengan ATBM (alat tenun bukan mesin), ataupun mesin, sebelum akhirnya diwarnai dengan pewarnaan alami.

Tahapan akhir adalah pembatikan. Untuk motif, inspirasi utama bersumber dari keindahan alam Pasuruan. Mulai dari tumbuhan khasnya, seperti sedap malam (Polianthes tuberosa) dan serunai (Chrysanthemum), hingga keindahan panoramanya.

Melie yang sempat mengambil kursus fashion design di Surabaya sebelum hijrah ke Jakarta, mengembangkan motif Pasir Berbisik yang terilhami oleh hamparan pasir hitam di kaki Gunung Bromo.

Cara ibu satu anak ini menginterpretasikan motif tersebut dengan estetika minimalis sukses memikat konsumen yang kebanyakan anak muda. Apalagi harga untuk scarf yang menjadi produk pertama KaIND berada di kisaran Rp 200.000 - Rp 400.000.

Tak hanya konsumen, banyak pula anak muda Pasuruan yang tertarik bekerja untuk KaIND sebagai perajin tenun dan batik. Melie bahkan menuturkan tak sedikit di antara mereka sama sekali buta soal menenun dan membatik sehingga harus belajar dari awal.

Foto: Daniel Ngantung/detikcom

"Kesuksesan KaIND serta branding KaIND yang keanakmudaan sepertinya membuat mereka tertarik," ungkap Melie yang saat ini memberdayakan hampir 60 perajin. Regenerasi perajin selama ini menjadi salah satu tantangan terbesar dalam upaya pelestarian wastra Nusantara di berbagai daerah.

Kehadiran KaIND turut memperbaiki kesejahteraan karyawannya. Para perajin muda yang digandeng Melie kini sudah bisa membiayai adik atau anak-anaknya sekolah, atau membangun usaha sendiri.

Produk KaIND kini telah berekspansi ke ranah busana siap pakai, alas kaki, dan aksesori rumah. Ekspornya juga sudah menjangkau Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.


Model Bisnis Diutak-atik

Bisnis KaIND kian berkembang setelah Melie berpartisipasi di BRILianpreneur 2022. Digelar sejak 2019, BRILianpreneur merupakan bentuk komitmen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk mendukung pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) khususnya melalui transformasi digital.

Berbagai pembekalan dari para mentor ahli selama lima bulan semakin mengasah kemampuan Melie dalam berbisnis. "Aku belajar banyak tentang customer behavior, model bisnis, dan target pasar. KPI (key performance indicator) juga diperbaiki. Pokoknya, semua diutak-atik," kata Melie.

Ilmu yang didapat itu pula yang akhirnya memberanikan Melie untuk mengubah model bisnis, dari B2B (business-to-business) menjadi (business-to-consumer). Meski kini fokus pada pesanan dalam partai besar dari korporasi, Melie tetap menjual produknya secara eceran langsung ke konsumen. "Aku ingin KaIND tetap inklusif, tidak eksklusif," kata Melie.

Di BRILianpreneur 2022, Melie keluar sebagai juara pertama PMB dan berhak menerima pemodalan sebesar Rp 200 juta. Ia berencana menggunakannya untuk membantu pemulihan petani sutra eri yang usahanya sempat terdampak COVID-19.



Tahun ini, BRI kembali membuka pendaftaran BRILianpreneur. Melie pun berbagi kiat suksesnya bagi UMKM yang berniat mengikuti ajang tersebut.

"Rintislah usaha yang membantu menyelesaikan permasalahan di sekitar tempat tinggalmu. Tidak cuma sekadar bikin produk yang keren, tapi buatlah produk yang berdampak positif buat lingkungan sekitar," kata Melie.



Simak Video "Video: Konser Babyface Gandeng 4 Musisi Indonesia, Ada Raisa hingga Marcell"

(dtg/dtg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork