Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

7 Cara Menghadapi Bos yang Terlalu Sering Menyuruh

Rahmi Anjani - wolipop
Selasa, 09 Des 2014 08:11 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Getty Images
Jakarta -

Memang wajar jika seorang bos sering memerintah anak buahnya. Namun atasan yang terlalu sering menyuruh pasti membuat kesal para karyawan. Terlebih jika ia kerap memerintah dengan permintaan di luar job desk si bawahan. Sebagai orang dengan posisi yang lebih rendah, tak sedikit pekerja yang enggan mengajukan keluhan. Mereka hanya kerap membicarakan bos di belakang bersama para rekan atau memendam sendiri dalam hati rasa kesalnya. Apakah Anda juga memiliki bos seperti itu? Jika iya, simaklah tujuh cara menghadapinya yang dikutip dari BBC berikut ini:

1. Cara Memandang Permasalahan
Sebenarnya apakah bos yang terlalu banyak menyuruh itu sebuah kesalahan atau tidak, tergantung dari bagaimana Anda memandangnya. Jika permintaan tersebut masih bisa ditolerir karena menyangkut kesempurnaan pekerjaan mungkin itu masih diterima. Namun jika ia kerap menyuruh di luar konteks pekerjaan seperti menjemput anak, membereskan meja, dan lain-lain tentu saja Anda harus bersikap. Namun sebagian orang merasa nyaman saja karena hal tersebut membuatnya terlihat seperti anak buah kesayangan. Anda termasuk yang mana?

2. Complain dengan Cara Halus
Bila memang ulah bos sudah keterlaluan, tentu Anda harus menentukan sikap. Jika Anda bukan tipe orang yang berani konfrontasi langsung lakukanlah pendekatan secara halus. Misalnya dengan mendiskusikannya. Ahli karier Scarborough Civitelli menyarankan agar Anda membicarakannya dengan kalimat seperti ini, "Aku ingin sekali menjadi orang yang banyak membantu tapi aku pikir kita memiliki ekspektasi yang berbeda. Bisa tidak kita mendiskusikannya sehingga kita bisa sinkron mengenai detail pekerjaanku," kata Scarborough.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian Scarborough juga mengingatkan jika semakin Anda bersikap ramah dan tidak emosional, percakapan mengenai suruh-menyuruh ini akan menjadi semakin baik. Jika dari diskusi tersebut tidak ada jalan keluar, mulailah berpikir untuk mencari pekerjaan baru.

3. Siapkan Rencana B
Sebagian pekerja tidak memiliki nyali untuk membicarakan hal seperti ini langsung dengan si bos karena takut kehilangan pekerjaan. Jika Anda memutuskan untuk sama sekali tidak menyinggungnya, siapkanlah rencana cadangan agar setidaknya suruhan bisa berkurang. Rencanalah strategi agar hal itu tak terulang lagi. Misalnya dengan mengajukan diri untuk transfer ke divisi lain.

4. Tulis
Setelah mencurahkan segala keluh kesah dengan bos, lanjutkan langkah berikutnya dengan mengingatkannya melalui e-mail. Scarborough menyarankan jika dengan mendokumentasikan percakapan, Anda bisa selalu mengungkit tentang perjanjian itu jika sewaktu-waktu ia kembali berulah. Berikan pula catatan yang berbunyi 'Ini yang aku tangkap dari diskusi tadi tentang apa yang seharusnya aku lakukan. Jika ada yang kurang atau salah artikan, tolong bilang saja.'

5. Minta Pendapat
Terkadang bos juga kurang sadar jika mereka sudah kelewat batas sehingga penting bagi Anda untuk menyampaikannya. Bila sungkan untuk menyatakan secara langsung, libatkan saja orang ketiga, misalnya saja mantan bos yang dekat dengan Anda secara personal. Anda tidak perlu menceritakan semua hal namun minta saja pendapatnya tentang kapan dan bagaimana Anda harus benar-benar bertindak. Atau langsung saja bicarakan dengan HRD.

6. Pahami Perbedaan Budaya
Di beberapa kebudayaan, tugas yang terlihat berlebihan bisa menjadi sebuah hal biasa sehingga tergantung dari kebiasaan. Steven Yeong, perekrut asal Singapura mengatakan hal ini sering terjadi namun biasanya para karyawan lebih memilih mundur daripada mendiskusikannya. Tapi berbeda dengan di Prancis yang memiliki batasan lebih jelas. Jadi pastikan jika Anda mengetahui budaya perusahaan.

7. Percaya Insting
Percaya lah dengan naluri. Jika menurut Anda hal tersebut merupakan sebuah masalah hindari menunda untuk menyelesaikannya. "Menunggu-nunggu mendiskusikan hanya akan menambah Anda marah dan frustasi, itu bisa meledak sewaktu-waktu. Untuk itu, penting untuk langsung dikomunikasikan." saran Dr Lorraine Tilbury, seorang pendiri firma asal Perancis.

(ami/asf)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads