ADVERTISEMENT

Red Flag dalam Hubungan, Ini Tanda-tanda Mengalami Kekerasan dalam Pacaran

R Chairini Putong - wolipop Sabtu, 18 Mar 2023 16:01 WIB
Young couple solves problems on the street Ilustrasi kekerasan dalam pacaran. Foto: iStock
Jakarta -

Saat menjalani suatu hubungan, mungkin kamu tidak menyadari tengah mengalami dating violence atau kekerasan dalam pacaran. Hal itu dapat membuatmu merasa tertekan bahkan mempertanyakan diri sendiri.

Tindak kekerasan dalam pacaran berupa kekerasan verbal dan psikologis. Seperti perhatian yang berlebihan dan kata-kata sindiran yang menjatuhkan.

Namun hubungan seharusnya membuatmu merasa aman dan nyaman. Jika melihat red flag dari pasangan, sudah saatnya kamu mengambil tindakan.

Dalam acara konferensi pers peluncuran kampanye Rollover Reaction 'Uncover Your Stories' pada Jumat (17/3/2023), psikolog Tara Adhisti memaparkan tanda-tanda mengalami dating violence atau kekerasan dalam pacaran.

Psikolog Tara AdhistiPsikolog Tara Adhisti Foto: dok. R Chairini Putong/Wolipop

"Yang pertama, normalnya relationship (hubungan) itu menimbulkan rasa aman dan nyaman. 'Tetapi kok aku malah merasa takut? Aku merasa cemas. Aku merasa tertekan'. Itu sudah menjadi tanda pertama."

"Tanda kedua, normalnya tujuan kita punya relationship itu kan untuk happy. 'Tetapi kok gini ya? Lebih banyak nggak happy-nya ya? Lebih banyak nangis. Lebih banyak cemasnya'," jelas psikolog Tara Adhisti.

Orang yang mengalami kekerasan dalam pacaran juga merasa terkekang oleh pasangannya. Duniamu seakan hanya tentang kamu dan dia.

Pada akhirnya hal itu dapat membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Kamu mulai kehilangan fokus saat melakukan rutinitas kuliah dan kerja.

IU saat berperan dalam drama Korea My MisterIlustrasi mengalami kekerasan dalam pacaran Foto: dok. tvN

"Yang ketiga, ada keterbatasan. Jadi misalnya 'Aku mau begini nggak bisa. Aku mau begitu nggak bisa'. Dibatasi. Mau pergi sama keluarga nggak bisa. Mau pergi sama teman-teman nggak bisa. 'Duniaku menjadi terbatas'."

"Kemudian fungsiku sehari-hari itu jadi berubah. Misal pengen fokus kuliah atau fokus kerja, aku kepikiran terus. Emotionally kebawa-bawa terus. Jadi nggak konsentrasi, jadi suka flashback. Mungkin kadang-kadang emosinya bisa meledak-ledak. Jadi artinya itu sudah mempengaruhi keseharian kita."

Kekerasan dalam pacaran yang terus berlanjut akhirnya membuat kita mempertanyakan diri sendiri, atas apa yang telah dilakukan pasangan. Kita merasa tidak cukup dan bernilai. Sampai-sampai merasa tak pantas dicintai.

Setelah mengalami satu tanda dating violence atau kekerasan dalam pacaran, mulailah mengambil tindakan. Dengan menyuarakan hal itu kepada teman terdekat, keluarga, atau mendapat professional help dari psikolog.

"Dan yang terakhir, itu membuat kita jadi bertanya-tanya tentang diri kita sendiri. 'Am I good enough? Am I worthy? Kok aku diginiin ya? Emang aku selemah itu? Emang aku nggak berhak untuk dicintai? Aku tuh orang yang kayak gimana sih. Kayaknya dulu aku nggak kayak gitu. Tetapi kok aku sekarang kayak gini ya?' Kita mulai mempertanyakan diri sendiri karena (hubungan) itu sudah mempengaruhi diri kita dan harga diri."

"Jadi kalau ada tanda-tanda itu, ceklis-ceklis. Jangan tunggu ceklis semua. Satu ceklis aja sudah perlu kita lakukan sesuatu. 'Ini something to talk about. Aku merasa nggak nyaman. Aku perlu lakukan sesuatu'," tegas Tara Adhisti.



Simak Video "Selena Gomez Ungkap Hailey Bieber Dapat Ancaman Pembunuhan"
[Gambas:Video 20detik]
(rcp/rcp)