Intimate Interview
Pergulatan Batin Zsazsa Caesar Terima Diri Sebagai Pengidap Vitiligo
Hidup sebagai pengidap vitiligo bukan hal yang mudah bagi Zsazsa Caesar. Apalagi, penampilan fisik masih kerap dijadikan standar dalam menilai seseorang. Lalu, bagaimana akhirnya ia bisa menerima diri dengan kondisi kulitnya yang berbeda dari kebanyakan orang?
Kulit Zsazsa Caesar tak seperti orang pada umumnya. Hampir di sekujur tubuhnya, muncul bercak-bercak putih. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut vitiligo.
Vitiligo disebabkan oleh berhentinya sel tubuh memproduksi pigmen penghasil warna kulit. Akibatnya, warna kulit menjadi tidak merata. Kondisi tersebut diduga terkait beberapa faktor seperti kelainan genetik, penyakit autoimun, atau stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Model Zsazsa Caesar (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto) |
Menurut data Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), prevalensi vitiligo saat ini tercatat antara 0,1-2 persen, atau ada sekitar 5 juta penduduk Indonesia mengalami vitiligo.
Vitiligo bisa muncul dari lahir atau saat seseorang mulai beranjak dewasa. Zsazsa sendiri mulai mengalami vitiligo saat berusia lima tahun. Awalnya, bercak muncul di kaki. Namun, lama kelamaan bercak menjalar ke seluruh tubuh hingga ke muka.
Duduk di kelas lima SD menjadi masa kecil terberat bagi perempuan kelahiran Bandung, 1 Juni 1995 ini. Teman-teman sekelas Zsazsa mulai melihat ada keganjilan di kulitnya. Hari-harinya pun penuh dengan celaan dan Zsazsa bahkan sampai diejek mirip sapi. "Aku sampai nggak mau masuk sekolah karena malu," kenangnya.
Zsazsa Caesar (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto) |
Pernah juga suatu kali ada seorang ibu dan anak menjauh dari Zsazsa saat berpapasan di jalan seolah ia sedang membawa penyakit menular. "Stigma-stigma seperti vitiligo bisa menular, vitiligo aib atau kutukan masih sering ada. Padahal itu tidak benar sama sekali," katanya.
Ejekan dan pandangan miring orang terhadap Zsazsa membuatnya kehilangan rasa percaya diri dan menjadikannya pribadi yang insecure atau minder.
Dari kecil, ia selalu berusaha menutupi vitiligonya dengan pakaian tertutup. Saat mulai dewasa, ia memakai makeup tebal untuk menyamarkan warna kulitnya yang tak merata.
Namun, menutupi diri justru tak membuat situasi lebih baik. Puncaknya, ia sempat mencapai titik lelah dan ingin menyerah lalu berpikiran, sepertinya lebih mudah bila dirinya tak eksis lagi di dunia.
Sampai suatu saat, Zsazsa menemukan kembali makna hidup ketika bertemu teman lamanya. "Waktu itu temanku bilang, justru vitiligo ini yang membuat Zsazsa menjadi Zsazsa sebenarnya. Aku seperti ditampar. Selama ini aku jadi siapa ya? Seumuran hidup aku akan punya vitiligo dan mau sampai kapan aku menolak terus?" katanya.
Saksikan juga 'Zsazsa Caesar Pede Walau Kulit Vitiligo'
Memasuki tahun-tahun akhir kuliah, alumnus jurusan psikologi Universitas Maranatha Bandung ini mulai memberanikan diri untuk tampil terbuka.
Awalnya, Zsazsa sempat merasa takut bagaimana orang lain akan memandangnya nanti. Namun, ia mencoba untuk tak memusingkan hal tersebut.
"Kalau masih ada orang yang menolak aku, ya tidak apa-apa. Itu masalah mereka. Berarti mereka hanya menilai aku dari luar, tak mau melihat lebih dalam. They don't deserve me," katanya.
Foto: Grandyos Zafna/detikfoto |
Singkat cerita, tanpa disangka, Zsazsa mendapat tawaran untuk menjadi model dadakan di sebuah pemotretan. Sebuah agensi model pun tertarik untuk menggandeng Zsazsa sebagai salah satu talentanya.
Di dunia modeling, Zsazsa merasa menemukan suaranya. Beberapa kali ia diundang sebagai pembicara di sebuah forum untuk berbagi pengalamannya sebagai pengidap vitiligo.
Namun, terkadang perempuan yang bercita-cita menjadi psikolog ini merasa kurang percaya diri berbicara di depan umum. "Kalau lewat modeling, tanpa aku ngomong orang sudah bisa melihat," ungkap Zsazsa.
Foto: Grandyos Zafna/detikfoto |
Sebagai pendatang baru, ia mengaku masih harus banyak belajar. Zsazsa juga merasa masih dalam proses untuk lebih mencintai diri walau sudah mulai menerima kondisi fisiknya.
"Kepada mereka yang juga memiliki vitiligo, aku cuma mau bilang proses penerimaan diri butuh waktu. Kadang naik-turun. Akan tetapi, ingat lagi bahwa vitiligo gak selalu buruk. Vitiligo bisa menjadi berkat tersendiri karena kita belajar untuk nggak ngejudge orang lain dari luar, kita juga punya rasa empati lebih tinggi. Vitiligo bukan aib tapi sebuah keunikan," tutur Zsazsa.
Saksikan juga 'Zsazsa Caesar Pede Walau Kulit Vitiligo'
Home & Living
Ravelle Airy Premium Air Purifier HEPA13 + Aromatherapy: Udara Bersih, Mood Tenang, Hidup Lebih Nyaman
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Baby Ahnan: Penulis, Aktivis, Pengusaha Kuliner, hingga Pelukis
7 Fakta Greta Thunberg, Aktivis Ditangkap Israel saat Bawa Bantuan untuk Gaza
Kisah Hasna Hamida, dari Bantu Teman hingga Bangun Karir Impian ID
Kisah Nurhayati Subakat, Wanita di Balik Suksesnya Wardah & ParagonCorp
Ms. Rachel, YouTuber Tak Gentar Bela Anak Palestina Meski Diancam Boikot
TikTok Viral Verificator
Kisah Viral Wanita Bangun Rumah dari Nol, Sekejap Ludes Terbawa Banjir Padang
Rumor Pacaran Winter aespa & Jungkook BTS Mencuat, Disorot Punya Tato Sama
Penampilan Terbaru Vanness Wu Bikin Khawatir Penggemar, Disebut Turun 20 Kg
7 Artis Korea Adu Outfit di Acara LV, Lisa BLACKPINK Hingga Jun Ji Hyun












































Model Zsazsa Caesar (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Zsazsa Caesar (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Foto: Grandyos Zafna/detikfoto
Foto: Grandyos Zafna/detikfoto