ADVERTISEMENT

Cerita Handayani Jadi Direksi Perempuan di Perusahaan Perbankan

Khoirul Anam - wolipop Selasa, 31 Agu 2021 11:19 WIB
CXO Media Foto: CXO Media
Jakarta -

Merintis karier di industri perbankan bukan menjadi hal yang mudah, apalagi bagi para perempuan. Kepada Putri Tanjung, Direktur Konsumer BRI Handayani mengungkapkan perjalanannya selama berkarier di dunia perbankan.

Handayani menempuh pendidikan di jurusan kedokteran gigi. Meski demikian, ia lebih tertarik terhadap industri perbankan sehingga mengawali karier sebagai management development di salah satu bank swasta.

"Dan (tahun) '88 ada Pakto 88, itu perbankan, kan, menerima, membuka, semua lulusan dari jurusan apa pun. Seperti biasa, kan dari SMA sering diajak ke bank gitu ya, melihat di bank swasta, anaknya keren-keren, cantik-cantik. Kayaknya enak deh kerja di bank," terang Handayani dalam Ngobrol Sore Semaunya Season 2 yang disiarkan di kanal CXO Media.

Dengan latar belakang pendidikan kedokteran gigi, ia merasa harus belajar lebih giat untuk memahami segala hal yang ada di perbankan. Oleh karena itu, Handayani memilih bidang development program sehingga mendapatkan pelatihan mengenai perbankan.

Di samping itu, ia juga menceritakan bahwa dirinya merasa tertantang agar bisa meraih peringkat tertinggi di antara kolega lainnya. Peringkat tersebut, kata Handayani, akan menentukan besaran gaji yang diterima dari para pegawai.

"Dari situ saya ngelihat berarti enggak ada yang enggak bisa kalau kita sungguh-sungguh. Meskipun harus belajar tiga kali lipat karena jurnal debit/kredit di kedokteran gigi enggak ada ya," ungkapnya.

Selanjutnya, Handayani menegaskan bahwa dalam setiap perjalanan kariernya, ia menantang diri sendiri supaya lebih berkembang. Cara ini salah satunya adalah dengan menentukan target untuk beberapa tahun ke depannya.

"Jadi itu membentuk kebiasaan seperti itu. Itu menjadi sebuah pola dalam meniti karier. Jadi punya milestone. Saya tuh enggak boleh lebih dari 10 tahun untuk bisa di posisi A atau saya harus umur 30 sudah harus jadi AVP/EVP, di bawah 40 harus sudah jadi VP," katanya.

Handayani juga menceritakan tentangan-tantangan yang dihadapinya selama berkarier di perbankan. Ia mengatakan sepanjang kariernya di perbankan kerap dipandang sebelah mata sebagaimana stereotip masyarakat terhadap para perempuan.

"Kita lihat dari dulu pasti bankir itu pria semua dan buat perempuan memang harus ekstra untuk kita menempati sebuah posisi. Biasanya perempuan dikonotasikan di customer service saja, di teller saja, selalu gitu, supaya jadi pemanis," kata dia.

Menurutnya, pandangan umum terhadap perempuan yang cenderung mengedepankan detail merupakan naluri alamiah.

"Sebetulnya kita adalah kalau perempuan memang lebih by naturally. Kita kalau di rumah selalu ngurusin, menjadi sebuah kebiasaan yang menurut saya tidak buruk. Tapi, justru lebih detail sehingga lebih antisipatif," tegasnya.

Hal ini, tutur Handayani, mungkin dianggap kekurangan. Meski demikian ini menjadi kelebihan bagi para perempuan. Handayani juga menegaskan kesempatan berkarier bagi perempuan terbuka lebar. Hanya saja, kata dia, perempuan harus dapat membuktikannya.

Dalam dunia karier, ia juga menuturkan kebiasaan para perempuan mudah merasa tersaingi dengan perempuan lainnya yang lebih berprestasi. Hal ini, kata dia, merupakan sikap yang keliru. Menurutnya sesama perempuan semestinya harus saling mendukung, terutama dalam situasi di mana perempuan selalu dipandang remeh oleh lingkungan sekitar.

Lebih lanjut, Handayani mengatakan di Bank BRI ia merasakan dukungan terhadap para perempuan melalui edukasi terhadap para pelaku UMKM perempuan dan ibu rumah tangga yang unbankable atau belum tersentuh akses perbankan. Dukungan dan edukasi diberikan agar perempuan memiliki pengetahuan dalam manajemen keuangan.

Ia juga berpesan kepada perempuan agar tidak pantang menyerah dan tidak berhenti belajar. Ia mengatakan kunci untuk mengejar kompetisi adalah dengan dua tipsnya tersebut. Karena itu, kata dia, kompetensi bukan dengan orang lain, melainkan dengan diri sendiri.

"Kita punya mimpi itu menjadi kita punya sesuatu yang ingin kita capai. Kalau kita enggak punya mimpi, itu kita kebingungan sendiri, kita sebenarnya mau jadi apa," ungkapnya.

(akn/eny)