Kisah Najelaa Shihab, Sang Ibu Pendidikan
Minggu, 22 Des 2019 09:00 WIB
Jakarta - Najelaa Shihab dikenal sebagai penggiat pendidikan di Indonesia. Mendirikan Sekolah Cikal pada 1999, Najelaa banyak memberikan kontribursi pada perkembangan pendidikan di Indonesia.
Selain mendirikan Sekolah Cikal, Najelaa juga mencoba memberikan solusi agar akses terhadap pendidikan semakin mudah. Kakak Najwa Shihab itu pun mendirikan situs Inibudi.org pada 2012. Pada situs tersebut tersedia video pendidikan yang dibuat oleh guru dan juga siswa. Selanjutnya, Inibudi bisa mengirim DVD atau flash drive ke manapun di Indonesia bagi mereka yang tidak bisa mengunduh isinya.
Pada 2016, Najelaa menginisasi jaringan 'Semua Murid Semua Guru'. Ini merupakan gerakan bersama yang mengajak masyarakat untuk memajukan pendidikan di Indonesia terutama daerah pelosok.Dalam realisasinya, gerakan Semua Murid Semua Guru ingin menanamkan kepada masyarakat bahwa setiap orang akan selalu menjadi guru bagi sesama, dan di saat yang bersamaan juga menjadi murid yang terus belajar dan berkembang.
Dan pada 2019, Najelaa kembali membuat terobosan dengan menggagas platform digital Sekolahmu. Putri dari Quraish Shihab itu menyebut Sekolahmu merupakan aplikasi blended learning pertama di Indonesia. Aplikasi Sekolahmu menjadi platform kolaborasi antara sekolah dan korporasi untuk menghadirkan program-program yang mendukung kompetensi para murid.
Pada Hari Ibu yang jatuh hari ini, Minggu (22/12/2019), Wolipop pun menghadirkan wawancara khusus dengan Najelaa Shihab, sosok ibu tiga anak yang begitu peduli pada pendidikan anak-anak. Pada awal perbincangan, Najelaa menceritakan sejak kapan dia tertarik pada dunia pendidikan
"Sebetulnya sih jika ditanya sejak kapan tertarik dengan dunia pendidikan? Sebenarnya kalau teman-teman sekolah bilangnya, saya kelas 2 SD cita-citanya mau menjadi guru," ujarnya seraya tertawa.
"Jadi saya itu senang belajar, bukan senang sekolah. Sehingga dari awal membayangkan melakukan sesuatu di dunia belajar mengajar, ya jadi guru dan mendidik. Kebayangnya akan berkarier di situ dari dulu," tambah Najelaa saat ditemui Wolipop di Senayan City, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2019).
Najelaa memulai karier sebagai guru dengan menjadi staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Wanita yang meraih gelar S-1 dan S-2 dari Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia itu menjadi anggota tim dosen untuk mata kuliah Psikologi Perkembangan, Kognitif dan Belajar pada Anak, Perkembangan Keluarga, Metode Respons Skala Psikologi, dan seminar skripsi.
Setelah lulus kuliah, Najelaa mengaku sudah berpikir untuk terjun mengurusi pendidikan di Indonesia. Dia merasa tertantang melakukan hal tersebut karena merasa dirinya 'korban' pendidikan di Indonesia.
Wanita yang berusia 43 tahun ini mengatakan bahwa memang sejak awal ia berpikir untuk berkarier di bidang pendidikan Indonesia.
"Saya suka bercanda sih saya suka bilang, saya ini korban pendidikan Indonesia. Setengah becanda karena saya nggak pernah sekolah di luar negeri. Saya dari dulu sekolah di Indonesia. Sempat di Madrasah Ibtidaiyah sebentar tetapi selalu negeri mulai dari SD , SMP dan SMA Negeri," jelasnya.
Menyelesaikan sekolah dari kecil hingga dewasa di Indonesia, Najelaa merasa ada yang salah dengan sekolah di sini. Menurutnya banyak anak-anak Indonesia yang tidak tumbuh dengan segala potensinya pada saat mereka ada di sekolah.
"Banyak sekali yang melihat pendidikan itu dengan sangat sederhana, seolah-olah itu hanya menjajal pengetahuan, soal apa yang dilakukan guru," tuturnya.
Najelaa pun memantapkan langkah untuk mendirikan Rumah Main Cikal di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Cikal. Dia mendirikan sekolah karena ingin masuk dan mengambil peran untuk mengatasi kegawat daruratan dunia pendidikan.
"Nah, tapi caranya bagaimana itu, selama 20 tahun ini saya masih belajar terus. Belajar terus kenapa? Karena bekerja dengan pemangku kepentingan yang berbeda dengan saya, karena banyak sekali inisiatif kegiatan ini. Saya sendiri merasakan bagaimana sih kalau bikin sekolah, kurikulum, melatih guru, di Kampus Guru Cikal dengan puluhan ribu guru dari seluruh daerah itu juga pengalaman buat saya," katanya.
Putri dari Muhammad Quraish Shihab dan Fatmawati Assegaf itu mengatakan yang membuatnya terdorong untuk melakukan perubahan terhadap dunia pendidikan karena rasa penasarannya.
"Masa sih pendidikan Indonesia itu nggak bisa diperbaiki. Sementara saya tahu masalahnya itu besar sekali. Daripada menunggu orang lain yang melakukan, yang bergerak, yang mengambil tanggung jawab, dari awal saya percaya banget, sama seperti yang selalu saya bilang di Semua Murid Semua Guru, semua tanggung jawab kita, kita semua harus ambil peran. Jadi why not me?" urai wanita yang juga mendirikan Komunitas Guru Belajar Nusantara pada 2014 itu.
Baca artikel berikutnya mengenai jatuh-bangun Najelaa Shihab melakukan berbagai hal demi pendidikan anak-anak di Indonesia.
Simak Video "Ibu-ibu Muda Bandung yang Tak Pernah Berhenti Bermimpi"
[Gambas:Video 20detik]
(gaf/eny)
Selain mendirikan Sekolah Cikal, Najelaa juga mencoba memberikan solusi agar akses terhadap pendidikan semakin mudah. Kakak Najwa Shihab itu pun mendirikan situs Inibudi.org pada 2012. Pada situs tersebut tersedia video pendidikan yang dibuat oleh guru dan juga siswa. Selanjutnya, Inibudi bisa mengirim DVD atau flash drive ke manapun di Indonesia bagi mereka yang tidak bisa mengunduh isinya.
Pada 2016, Najelaa menginisasi jaringan 'Semua Murid Semua Guru'. Ini merupakan gerakan bersama yang mengajak masyarakat untuk memajukan pendidikan di Indonesia terutama daerah pelosok.Dalam realisasinya, gerakan Semua Murid Semua Guru ingin menanamkan kepada masyarakat bahwa setiap orang akan selalu menjadi guru bagi sesama, dan di saat yang bersamaan juga menjadi murid yang terus belajar dan berkembang.
Dan pada 2019, Najelaa kembali membuat terobosan dengan menggagas platform digital Sekolahmu. Putri dari Quraish Shihab itu menyebut Sekolahmu merupakan aplikasi blended learning pertama di Indonesia. Aplikasi Sekolahmu menjadi platform kolaborasi antara sekolah dan korporasi untuk menghadirkan program-program yang mendukung kompetensi para murid.
![]() |
Pada Hari Ibu yang jatuh hari ini, Minggu (22/12/2019), Wolipop pun menghadirkan wawancara khusus dengan Najelaa Shihab, sosok ibu tiga anak yang begitu peduli pada pendidikan anak-anak. Pada awal perbincangan, Najelaa menceritakan sejak kapan dia tertarik pada dunia pendidikan
"Sebetulnya sih jika ditanya sejak kapan tertarik dengan dunia pendidikan? Sebenarnya kalau teman-teman sekolah bilangnya, saya kelas 2 SD cita-citanya mau menjadi guru," ujarnya seraya tertawa.
"Jadi saya itu senang belajar, bukan senang sekolah. Sehingga dari awal membayangkan melakukan sesuatu di dunia belajar mengajar, ya jadi guru dan mendidik. Kebayangnya akan berkarier di situ dari dulu," tambah Najelaa saat ditemui Wolipop di Senayan City, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2019).
Najelaa memulai karier sebagai guru dengan menjadi staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Wanita yang meraih gelar S-1 dan S-2 dari Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia itu menjadi anggota tim dosen untuk mata kuliah Psikologi Perkembangan, Kognitif dan Belajar pada Anak, Perkembangan Keluarga, Metode Respons Skala Psikologi, dan seminar skripsi.
Setelah lulus kuliah, Najelaa mengaku sudah berpikir untuk terjun mengurusi pendidikan di Indonesia. Dia merasa tertantang melakukan hal tersebut karena merasa dirinya 'korban' pendidikan di Indonesia.
Wanita yang berusia 43 tahun ini mengatakan bahwa memang sejak awal ia berpikir untuk berkarier di bidang pendidikan Indonesia.
"Saya suka bercanda sih saya suka bilang, saya ini korban pendidikan Indonesia. Setengah becanda karena saya nggak pernah sekolah di luar negeri. Saya dari dulu sekolah di Indonesia. Sempat di Madrasah Ibtidaiyah sebentar tetapi selalu negeri mulai dari SD , SMP dan SMA Negeri," jelasnya.
Menyelesaikan sekolah dari kecil hingga dewasa di Indonesia, Najelaa merasa ada yang salah dengan sekolah di sini. Menurutnya banyak anak-anak Indonesia yang tidak tumbuh dengan segala potensinya pada saat mereka ada di sekolah.
"Banyak sekali yang melihat pendidikan itu dengan sangat sederhana, seolah-olah itu hanya menjajal pengetahuan, soal apa yang dilakukan guru," tuturnya.
Najelaa pun memantapkan langkah untuk mendirikan Rumah Main Cikal di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Cikal. Dia mendirikan sekolah karena ingin masuk dan mengambil peran untuk mengatasi kegawat daruratan dunia pendidikan.
"Nah, tapi caranya bagaimana itu, selama 20 tahun ini saya masih belajar terus. Belajar terus kenapa? Karena bekerja dengan pemangku kepentingan yang berbeda dengan saya, karena banyak sekali inisiatif kegiatan ini. Saya sendiri merasakan bagaimana sih kalau bikin sekolah, kurikulum, melatih guru, di Kampus Guru Cikal dengan puluhan ribu guru dari seluruh daerah itu juga pengalaman buat saya," katanya.
Putri dari Muhammad Quraish Shihab dan Fatmawati Assegaf itu mengatakan yang membuatnya terdorong untuk melakukan perubahan terhadap dunia pendidikan karena rasa penasarannya.
"Masa sih pendidikan Indonesia itu nggak bisa diperbaiki. Sementara saya tahu masalahnya itu besar sekali. Daripada menunggu orang lain yang melakukan, yang bergerak, yang mengambil tanggung jawab, dari awal saya percaya banget, sama seperti yang selalu saya bilang di Semua Murid Semua Guru, semua tanggung jawab kita, kita semua harus ambil peran. Jadi why not me?" urai wanita yang juga mendirikan Komunitas Guru Belajar Nusantara pada 2014 itu.
Baca artikel berikutnya mengenai jatuh-bangun Najelaa Shihab melakukan berbagai hal demi pendidikan anak-anak di Indonesia.
Simak Video "Ibu-ibu Muda Bandung yang Tak Pernah Berhenti Bermimpi"
[Gambas:Video 20detik]
(gaf/eny)