Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Less Is More, Tren Gaya Hidup Minimalis yang Jadi Pilihan Gen Z

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Minggu, 08 Des 2024 10:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Wardrobe storage system. Clean up clothes with konmari method (Marie Kondo). Clothes neatly folded in bedroom
Ilustrasi gaya hidup minimalis. Foto: Getty Images/iStockphoto/Damian Lugowski
Jakarta -

Gaya hidup minimalis kian populer di kalangan Gen Z. Menurut survei terbaru, kini banyak anak muda memprioritaskan kualitas dibandingkan kuantitas saat belanja, serta mengurangi membeli barang pribadi demi keseimbangan finansial dan emosional.

Berdasarkan studi dari Deloitte Global 2024 Gen Z and Millennial Survey, banyak Gen Z yang menunjukkan minat besar terhadap hidup minimalis. Hal ini didorong oleh keinginan untuk mengurangi stres, mendukung keberlanjutan, dan mengelola keuangan dengan lebih baik.

Selain itu, penelitian oleh GlobalWebIndex mencatat banyak Gen Z memilih minimalisme sebagai bagian dari usaha untuk menciptakan keseimbangan antara kesehatan mental dan tuntutan kehidupan modern.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Minimalisme berakar pada filosofi hidup sederhana yang mulai dikenal luas pada tahun 2010-an, dengan inspirasi dari budaya Jepang seperti Marie Kondo Method. Tren ini menekankan fokus pada kebutuhan esensial, mengurangi konsumsi berlebihan, dan menata hidup lebih rapi.

Tren ini juga diperkuat pengaruh media sosial, di mana konten tentang decluttering, tiny living, dan mindfulness mulai mendominasi platform seperti TikTok dan Instagram. Esensi dari gaya hidup minimalis adalah membuat pilihan secara sadar untuk menyederhanakan hidup kita dan fokus pada hal yang benar-benar penting.

ADVERTISEMENT

"Jadi punya mindset quality over quantity di mana kita lebih milih barang-barang yang memang berkualitas, tapi bisa pemakaiannya lebih lama dibanding mungkin barang-barang yang kurang berkualitas tapi secara quantity bisa dapat banyak," ujar praktisi gaya hidup minimalis dan pendiri Lyfe With Less, seperti dilansir detikNews.

Untuk kamu yang ingin mencoba hidup minimalis, bisa mencobanya dengan melakukan lima langkah berikut:

1. Rapikan Ruangan

Ruangan di mana kamu menghabiskan waktu sehari-hari adalah cerminan dari pikiran. Ketika kamar berantakan, pikiran sering kali mengikuti hal yang sama.

Ucapkan selamat tinggal pada tumpukan pakaian yang sudah bertahun-tahun tidak kamu pakai atau pernak-pernik berdebu. Dengan menyederhanakan ruang, kamu akan menciptakan 'sudut tenang' sebagai suaka untuk dapat berpikir, berkreasi, dan memulihkan energi.

2. Lemari: Less Is More

Daripada memiliki lusinan pakaian yang sebagian besar jarang terpakai, lebih baik investasi di beberapa koleksi klasik yang dapat dipadupadankan. Cara ini tidak hanya memudahkan kamu menentukan busana apa yang akan dipakai ngampus atau ke kantor di pagi hari, tapi juga mendorong pilihan mode ramah lingkungan.

3. Digital Detox

Minimalisme tidak terbatas pada ruang fisik, tapi juga digital. Sudah saatnya kamu menyingkirkan 'produk digital' yang jarang diakses maupun dipakai.

Setop mengikuti akun yang tidak menginspirasi, hapus aplikasi yang jarang digunakan, dan berhenti berlangganan buletin email yang tak terhitung jumlahnya. Ruang virtual harus mencerminkan cita-cita minimalis kamu, memungkinkan kamu fokus pada konten yang benar-benar memperkaya hidup.

4. Pentingkan Kualitas Dibandingkan Kuantitas

Di dunia mode yang serba cepat dan tren yang lekas berlalu, gaya minimalis mendorong kita untuk menjadi konsumen yang penuh kesadaran. Berinvestasilah pada barang-barang berkualitas tinggi yang bertahan lama, daripada mengejar mode terkini. Dengan melakukan hal ini, kamu dapat mengurangi limbah dan berkontribusi terhadap masa depan yang lebih berkelanjutan.

5. Pakai Barang Selama Mungkin

Cynthia mengimbau agar kita menggunakan suatu barang dengan maksimal sampai tidak bisa berfungsi lagi. Baik itu pakaian, skincare, gadget, maupun perabotan rumah tangga.

"Pakai yang ada, ada di rumah kita. Pakai sampai habis, pakai yang sudah kita beli sebelumnya, pakai sampai rusak. Manfaat dari barang yang kita punya sampai dengan barang itu habis manfaatnya, sampai dengan ia rusak," pungkasnya.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads