ADVERTISEMENT

Kisah Founder Buttonscarves yang Sukses Buka Toko Offline Saat Pandemi Corona

Rahmi Anjani - wolipop Kamis, 13 Okt 2022 21:00 WIB
Foto Linda Anggrea, Founder Buttonscarves. Foto: Dok. Instagram @lindaanggrea.
Jakarta -

Buttonscarf menjadi salah satu brand fashion lokal yang justru semakin berkembang saat masa pandemi Corona. Tak hanya barangnya cepat sold out, brand tersebut bahkan bisa merambah toko offline di berbagai mal ternama saat masa pandemi. Sang founder, Linda Anggraeningsih, mengungkap resep suksesnya.

Buttonscraves telah membuka belasan toko di sejumlah pusat perbelanjaan di Indonesia dan Malaysia. Diakui Linda, awalnya banyak orang mempertanyakan keputusan itu karena kontras dengan brand-brand fashion lain yang justru fokus ke online setelah pandemi melanda. Meski sempat diragukan, Linda percaya bahwa itu adalah strategi yang bisa mengembangkan pasarnya.

"Buttonscarves naik di era-era brand offline jadi online tapi kami malah sebaliknya. Orang-orang tanya kenapa malah buka toko offline. Menurutku, kalau kita mau bikin sesuatu yang besar nggak boleh ikut arus. Kalau kita pakai resep yang sama kita masuk ke arus yang sama untuk itu kita perlu tambahkan sesuatu yang beda," ujarnya di acara Indonesia Brand Founders Summit 2022 di Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis, (13/10/2022).

Menurut Linda secanggih apapun belanja online tetap tidak bisa menggantikan pengalaman beli barang di toko. Ia pun ingin memberikan kesan mendalam secara offline sebelum akhirnya pelanggan yakin akan kualitas produk mereka yang dijual secara online.

"Di toko ada vibe-nya dan ada baunya tersendiri dan aku sendiri orang yang menghargai shopping di store. Jadi aku ingin membawa keyakinan dulu kepada customer mengenai produk kami supaya next time bisa beli online. Apalagi pelanggan Indonesia kebanyakan lebih suka touch and feel (sebelum membeli)," tambah Linda.

Kesuksesan Linda membangun Buttonscarves tidak lepas dari motivasinya sejak awal. Dikatakan jika wanita itu memang ingin membuka toko hijab di mal sehingga brand lokal tidak kalah dengan brand-brand luar.

"2015 itu aku baru pakai hijab pergi ke shopping mall di Jakarta Selatan. Waktu itu aku melihat banyak sekali wanita yang pakai hijab lalu aku bertanya apa ada toko scraf atau hijab di sana dan nggak ada,"

"Padahal Indonesia adalah market terbesar modest fashion tapi kenapa kalau beli hijab aku harus ke pasar. Lalu aku bertekad hari itu bahwa one day brand hijab dari Indonesia akan berjejer dengan brand internasional (dalam mal)," katanya.

Tak ingin sukses sendiri, Linda pun membawa brand-brand lain, termasuk Ria Miranda untuk menjual produk mereka di mal-mal ternama. "Karena aku nggak enak sendiri aku ajak yang lain untuk bersama-sama (jualan di mal) agar brand lokal naik level," tambah Linda.

(ami/ami)