Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Penata Rambut Norwegia Terancam Penjara karena Tolak Hijabers Masuk ke Salon

Arina Yulistara - wolipop
Selasa, 06 Sep 2016 15:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Ist.
Jakarta - Sikap kurang menyenangkan masih dialami wanita berhijab di beberapa negara. Meski demikian kini pemerintah lebih peduli akan kasus rasis yang dialami para wanita karena penggunaan jilbabnya. Seperti yang terjadi di Norwegia beberapa waktu lalu. Seorang penata rambut wanita terancam hukuman penjara karena menolak hijabers masuk ke salonnya.

Penata rambut bernama Merete Hodne tidak mengizinkan wanita muda berjilbab untuk menginjak salonnya. Ia pun mengusir hijabers yang hendak melakukan perawatan rambut di salon miilknya tersebut. Hodne menganggap bahwa jilbab merupakan simbol dari penjahat.

Malika Bayan merupakan hijabers muda yang diusir oleh Hodne. Wanita 23 tahun itu mengatakan kalau ia pergi ke salon Hodne yang terletak di kawasan Bryne hanya untuk bertanya berapa biaya mewarnai rambutnya. Bukannya mendapat jawaban tapi malah respon kurang menyenangkan yang diperoleh Bayan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat mengganggu ketika dia (Hodne) memperlakukan orang dengan cara ini di negara yang bebas. Norwegia adalah negaraku. Ia mengatakan bahwa Islam menindas wanita tapi dia yang sebenarnya menindasku," tegas Bayan saat diwawancara oleh TV2.

Setelah Bayan melaporkan tindakan rasis tersebut ke pihak yang berwenang, Hodne digugat. Ia diminta membayar sejumlah denda untuk perilaku rasis yang diberikan kepada Bayan. Namun Hodne menolak dan dipanggil pengadilan untuk disidang atas kasus rasial.

Tak mau terpojokkan, Hodne berusaha menarik suara masyarakat untuk memihaknya lewat media maupun jejaring sosial pribadinya. Ia mengatakan kalau dirinya tidak bersalah. "Aku menolak untuk membiarkan gadis berhijab di dalam salonku. Aku tidak ingin kejahatan melewati pintu itu. Apakah ini wajar? Mungkin tidak. Tapi aku masih memiliki kebebasan untuk memilih dan berbicara," tulisnya di Facebook.

Hodne juga berbicara dengan TV2 bahwa Islam itu jahat. Ia membandingkan hijab sebagai simbol dari Nazi. Ia juga mengklaim bahwa dirinya akan mendiskriminasikan pelanggan pria di salonnya kalau menerima wanita berhijab karena tak mungkin perempuan yang mengenakan jilbab memperlihatkan rambutnya di depan mereka.

Hodne yang menolak membayar denda terancam hukuman enam bulan penjara. Namun ia akan mengajukan banding terhadap kasus ini. Hodne dilaporkan sebelumnya merupakan salah satu anggota anti-Islam Stop Islamisation of Norway. Maka dari itu, ia tidak takut untuk mengajukan banding. Kejadian ini disebut-sebut menjadi kasus hijab pertama yang terjadi di Norwegia. (ays/ays)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads