Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Shafira Tampilkan Busana Muslim Bergaya New York dengan Kain Tradisional

Hestianingsih - wolipop
Selasa, 08 Mar 2016 17:09 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Hestianingsih
Jakarta - Kota New York menjadi inspirasi dalam rancangan busana muslim Shafira, yang Jumat (11/3/2016) mendatang akan melangsungkan show tahunannya di Indonesia Fashion Week 2016. Meskipun 60 set busana yang ditampilkan bernuansa metropolis, brand busana muslim yang berbasis di Bandung ini tetap mengangkat kekayaan kain Nusantara di koleksi terbarunya.

Kali ini giliran wastra asal Sumatera Barat, songket Silungkang, yang menjadi highlight koleksi bertema Twenties Metropolis tersebut. Menurut Pendiri dan Pemilik Shafira Corporation Fenny Mustafa, songket Silungkang masih belum banyak diangkat menjadi salah satu material dalam kreasi busana modern.

Padahal songket yang terkenal dengan kerumitan motifnya tersebut bisa menjadi elemen yang menambah keindahan busana khususnya untuk pakaian pesta glamor. Di koleksi terbaru Shafira, songket Silungkang hadir dalam bentuk cropped jacket, vest, cape hingga aksen pada gaun malam.

"Songket Silungkang itu termasuk kain yang mahal. Harganya bisa Rp 6 jutaan per kain," ujar Head Designer Shafira Shetyawan, saat konferensi pers di Dapoer Ciragil, Jl. Ciragil, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (8/3/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karakteristik songket yang cenderung 'berat', dipadukan dengan berbagai material ringan namun mewah seperti organza dan chiffon silk. Ada pula penggabungan songket Silungkang dengan motif dari bordiran bernuansa art deco. Tambahan Swarovksi serta mutiara di beberapa bagian menambah gaya glamor dari rangkaian koleksi ini.

Baca Juga: 50 Inspirasi Busana untuk Kondangan

Tak hanya songket, brand busana muslim yang berdiri sejak 27 tahun lalu ini juga menghadirkan sarung Majalaya. Jika songket Silungkang merupakan tekstil dengan harga yang cukup tinggi, maka kain sarung khas Bandung ini terbilang jauh lebih murah. Shetyawan mengaku, mengolah sarung Majalaya menjadi tantangan tersendiri untuknya dan tim desain Shafira.

"Sarung Majalaya kan murah sekali ya. Teksturnya juga kaku, keras. Tapi di sini kami berusaha membuatnya jadi busana yang stylish," ujar Sethyawan.

Sarung Majalaya pun diolah menjadi jaket dengan aksen bebatuan dan kristal Swarovski. Sarung ini juga hadir dalam bentuk harem pants dan aksen pada penutup kepala.

Sethyawan mengatakan, Shafira memiliki misi tersendiri ketika memutuskan mengangkat dua tekstil tradisional ini ke dalam rancangan busana muslim. Salah satunya adalah mengangkat perekonomian para pengrajin yang kini mulai minim sumber pendapatan.

"Pengrajin songket Silungkang banyak terdapat di Sawahlunto. Dulu income penduduk di Sawahlunto adalah tambang tapi sekarang tambangnya sudah habis. Jadi agar pendapatan tetap masuk kami berusaha giatkan lagi kerajinan songket dan pariwisatanya," jelas Fenny.

Hal yang sama juga terjadi pada produsen sarung Majalaya. Dijelaskan Fenny, para pembuat sarung ini cukup kewalahan bersaing dengan industri sarung berskala besar. Maka dari itu lewat kreasi Shafira di koleksi terbarunya, ia berharap industri kain tradisional bisa lebih menggeliat.

"Kami coba angkat dengan nuansa dunia. Tahun 2016 ini kami buat koleksi yang modern tapi tetap ada muatan lokal," pungkas Fenny.  (hst/hst)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads