Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Diet 'Slow Aging' Jadi Tren di Korea, Benarkah Bisa Perlambat Penuaan?

Kiki Oktaviani - wolipop
Selasa, 09 Sep 2025 05:12 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Beauty concept of asian girl. Skin care.
Foto: iStock
Jakarta -

Keinginan untuk memperlambat proses penuaan sebenarnya bukan hal baru. Namun belakangan, tren slow aging justru menarik perhatian lintas generasi di Korea Selatan. Jika dulu isu penuaan hanya identik dengan orang tua, kini generasi milenial dan Gen Z pun mulai serius menjaga kesehatan agar tidak "tua sebelum waktunya".

Asal Mula Tren

Tren ini dipopulerkan oleh Profesor Jung Hee-won, dokter spesialis geriatri di Asan Medical Center, Seoul. Ia memperkenalkan MIND diet, gabungan pola makan Mediterania dan DASH (diet untuk mengontrol hipertensi). Konsepnya menekankan konsumsi makanan utuh, lebih sedikit olahan, serta keseimbangan biji-bijian dengan protein.

Aturan Makan Slow Aging

Prinsip dasar diet ini adalah menghindari gula sederhana dan biji-bijian olahan, lalu menggantinya dengan sumber makanan sehat seperti biji-bijian utuh, kacang-kacangan, sayuran, buah beri, unggas, ikan, dan minyak zaitun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam bukunya Slow Aging Diet, Prof. Jung merumuskan enam prinsip utama. Ia menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi dari biji-bijian dan kacang-kacangan, memperbanyak konsumsi sayur serta buah, dan menggunakan minyak zaitun sebagai bahan utama memasak. Pola makan ini juga mendorong masyarakat untuk lebih sering mengonsumsi ikan dan unggas, sambil membatasi daging merah, produk olahan, serta keju.

Selain itu, Jung menyarankan agar masyarakat mengurangi gorengan, camilan manis, dan minuman bersoda karena mengandung gula sederhana dan lemak trans yang bisa memicu peradangan.

ADVERTISEMENT

Sama seperti di Indonesia, untuk orang Korea yang terbiasa makan nasi, Prof. Jung menyarankan untuk mencampur beras putih, beras merah, gandum, dan lentil dengan perbandingan 2:2:2:4. Campuran ini dinilai dapat membantu gula darah naik lebih perlahan, sekaligus menambah asupan protein nabati.

Apakah Efektif Memperlambat Penuaan?

Healthy food selection on white background. Detox and clean diet concept. Foods high in vitamins, minerals and antioxidants. Anti age foods. Top view.

Foto: Getty Images/bit245

Menurut Prof. Jung, slow aging bukanlah solusi instan melainkan gaya hidup menyeluruh. Pola makan sehat hanyalah salah satu bagian, sementara faktor seperti stres, tidur, dan keseimbangan hidup memiliki peran jauh lebih besar.

"Penuaan itu bukan hal sederhana. Pola makan dan olahraga hanyalah hasil dari prinsip hidup yang kita jalani. Faktor fundamental seperti stres, tidur, dan keseimbangan hidup jauh lebih menentukan," ujarnya kepada The Korea Times.

Ia memberi contoh sederhana: kurang tidur bisa mengacaukan hormon, membuat seseorang lebih sensitif terhadap stres, dan akhirnya mendorong keinginan untuk mengonsumsi makanan manis. Hal ini memicu lingkaran setan yang justru merusak kebiasaan sehat.

Alasan Generasi Muda Peduli Penuaan

Survei Embrain Trendmonitor pada Juli 2024 menunjukkan 55% responden usia 20-an dan 49,5% usia 30-an aktif menjaga kesehatan. Lebih dari 80% di antaranya bahkan rela meluangkan waktu dan uang demi menunda penuaan.

Prof. Jung menilai perubahan ini muncul karena kesadaran generasi muda terhadap risiko gaya hidup modern. Jika dulu anak muda merasa bebas dari masalah kesehatan, kini mereka justru menghadapi obesitas dan penyakit gaya hidup sejak dini. Hal itu menimbulkan rasa krisis bahwa mereka bisa menua lebih cepat daripada generasi sebelumnya.

Generasi Milenial dan Gen Z juga menganggap menjaga kesehatan sebagai bagian dari self-development sekaligus bentuk rekreasi. Konsep ini selaras dengan gaya hidup mereka yang menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Respon Pasar

Ilustrasi Diet

Foto: Getty Images/iStockphoto/anon-tae

Tren slow aging langsung dilirik industri makanan di Korea. CJ CheilJedang misalnya, meluncurkan nasi instan Hetbahn dengan campuran biji-bijian ala Prof. Jung dan berhasil terjual hingga 18,6 juta kemasan pada akhir 2024.

Perusahaan makanan lain, Ottogi, menghadirkan rice ball berbahan oat, sementara 7-Eleven bekerja sama dengan Jung untuk merilis menu seperti sandwich gandum, gimbap ayam, dan rice ball kacang lentil. Bahkan jaringan kopi Mega MGC Coffee ikut meramaikan tren ini dengan meluncurkan acai bowl yang mencatat penjualan 300 ribu porsi hanya dalam sebulan. Menurut Jung, langkah ini menunjukkan bahwa makanan praktis pun bisa tetap sehat.

"Saya ingin menunjukkan bahwa makanan dari toko serba ada pun bisa lezat sekaligus sehat. Dengan begitu, orang sibuk pun tetap bisa mempraktikkan slow aging," tuturnya.

Tren Sementara atau Gaya Hidup Jangka Panjang?

Meski popularitasnya terus meningkat, sejumlah pakar menilai slow aging bisa saja hanya tren sementara. Prof. Choi Chul dari Sookmyung Women's University menilai ketertarikan generasi muda pada isu penuaan sebagai fenomena yang unik.

"Biasanya penuaan jadi perhatian orang tua. Fakta bahwa anak muda tertarik pada isu ini adalah hal yang istimewa. Namun, saya melihatnya lebih sebagai tren sementara ketimbang perubahan permanen," ujarnya.

Meski begitu, ia meyakini gaya hidup sehat dan pencarian well-being akan tetap memiliki pasar yang kuat.

"Pada dasarnya, baik muda maupun tua, semua orang ingin mencegah penuaan. Jadi minat terhadap produk dan menu yang mendukung kesehatan akan terus berlanjut," pungkasnya.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads