Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Viral di TikTok, 'Cougar Puberty' Jadi Istilah Baru Jelang Menopause

Kiki Oktaviani - wolipop
Sabtu, 26 Jul 2025 07:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

BEVERLY HILLS, CALIFORNIA - OCTOBER 25: Gwyneth Paltrow attends Veuve Clicquot Celebrates 250th Anniversary with Solaire Exhibition on October 25, 2022 in Beverly Hills, California. (Photo by Kevin Winter/Getty Images)
Foto: Getty Images/Kevin Winter
Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir, isu seputar menopause mulai banyak disorot publik, terlebih setelah sejumlah selebriti ternama seperti Gwyneth Paltrow, Brooke Shields, Halle Berry, Drew Barrymore, hingga Salma Hayek secara terbuka membagikan pengalaman mereka melewati fase tersebut. Kini tahapan hidup yang kerap tidak nyaman bagi banyak wanita kini mendapat julukan baru yang lebih menarik yakni istilah cougar puberty atau sebuah fase menuju menopause.

Istilah ini merujuk pada perimenopause, yaitu masa transisi sebelum seorang perempuan resmi memasuki menopause. Di periode ini, berbagai gejala mulai dirasakan, seperti haid tidak teratur, hot flashes, perubahan suasana hati, dan gejala lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"You know what the cool kids are calling it now? ougar puberty. Aku suka konsep ini sebagai momen reset buat kita, bukan akhir dari segalanya," ujar kreator TikTok @radiant.rewind dalam sebuah video yang viral.

Komentar tersebut disambut banyak pengguna TikTok lainnya yang merasa istilah itu lebih menggambarkan pengalaman mereka.

ADVERTISEMENT

"Saya 37 tahun dan sedang berada di fase perimenopause sepenuhnya. Menurut saya, ini rasanya benar-benar seperti pubertas kedua," tulis netizen.

"Saya merasa seperti sedang melewati masa pubertas, tapi dengan gejala yang sangat berbeda. Saya merasa seperti kehilangan kendali, tubuh saya mengalami banyak hal yang tidak saya pahami," komentar lainnya.

Bahkan komedian dan penulis Kristina Kuzmic bersama temannya Amy membuat kaus dengan tulisan 'cougar puberty,' menjadikan istilah ini semakin populer untuk menggambarkan fase menuju atau bahkan saat menopause.

Ilustrasi Siklus HaidIlustrasi Siklus Haid Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur

Apa Itu Perimenopause dan Apa Bedanya dengan Menopause?

Banyak orang mengira perimenopause dan menopause adalah hal yang sama, padahal keduanya berbeda. Menopause adalah kondisi saat seorang wanita sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Namun sebelum mencapai titik itu, tubuh akan mengalami masa transisi yang cukup panjang, inilah yang disebut perimenopause.

Selama perimenopause, menstruasi bisa menjadi tidak teratur, misalnya seorang wanita bisa tidak mengalami haid selama beberapa bulan, lalu kembali mendapatkannya, dan kemudian berhenti lagi. Pada masa ini, tubuh juga mulai menunjukkan sejumlah gejala lainnya.

Wanita dapat mengalami gangguan tidur, sensasi panas (hot flashes) dan keringat malam, penurunan gairah seksual, perubahan suasana hati, serta kekeringan pada area vagina. Beberapa perempuan juga mengalami menstruasi yang sangat berat, dorongan untuk buang air kecil yang lebih sering, serta munculnya perasaan cemas dan depresi. Selain itu, perimenopause juga dapat memengaruhi fungsi kognitif, seperti menurunnya daya ingat jangka pendek dan kesulitan berkonsentrasi.

Kapan Perimenopause Terjadi?

A young woman is sitting on a sofa by the window and looking outside through the window at home.

Foto: Getty Images/recep-bg

Perimenopause umumnya terjadi pada usia pertengahan 40-an, namun bisa dimulai lebih awal di usia pertengahan 30-an atau lebih lambat hingga awal 50-an. Durasi fase ini pun bervariasi. Ada yang mengalaminya hanya beberapa bulan, ada pula yang berlangsung hampir satu dekade, meski rata-rata berlangsung sekitar empat tahun. Di Amerika Serikat, wanita umumnya memasuki menopause pada usia 51.

Apa Penyebabnya?

Perimenopause terjadi karena ovarium mulai memproduksi lebih sedikit hormon estrogen seiring bertambahnya usia. Penurunan estrogen, disertai dengan perubahan hormon progesteron, memicu rangkaian perubahan lain di dalam tubuh yang memengaruhi sistem reproduksi serta keseimbangan hormonal secara keseluruhan.

Bagaimana Cara Meredakan Gejalanya?

Meskipun tidak bisa dicegah, gejala perimenopause dapat dikelola dengan berbagai pendekatan. Perubahan gaya hidup seperti menjaga pola makan sehat, berolahraga secara teratur, serta membatasi konsumsi kafein dan alkohol terbukti membantu. Meningkatkan asupan kalsium dan memastikan waktu tidur yang cukup juga dapat memberikan manfaat.

Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan pengobatan medis seperti penggunaan antidepresan, pil kontrasepsi hormonal, atau krim vagina untuk mengatasi gejala tertentu. Terapi hormon juga bisa menjadi opsi, tergantung pada kondisi dan kebutuhan individu.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads