Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Astronot NASA Ini Tampak 10 Tahun Lebih Tua Setelah 288 Hari di Luar Angkasa

Kiki Oktaviani - wolipop
Kamis, 20 Mar 2025 13:20 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Astronot Nasa Sunita Williams
Foto: dok. Instagram @nasaastronauts
Jakarta -

Kembalinya astronot NASA, Sunita "Suni" Williams, ke Bumi setelah 288 hari di luar angkasa menjadi sorotan. Suni yang berusia 59 tahun itu terlihat 10 tahun lebih tua dibandingkan sebelum keberangkatannya. Perubahan drastisnya itu menunjukkan bagaimana kondisi luar angkasa dapat mempercepat penuaan dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

Salah satu perubahan paling mencolok pada Williams adalah rambutnya yang beruban lebih banyak dibanding sebelum keberangkatannya. Kerutan di wajahnya pun tampak semakin mencolok. Mikrogravitasi, radiasi kosmik, serta kondisi lingkungan yang ekstrem di luar angkasa berkontribusi terhadap percepatan proses penuaan Suni.

Efek Mikrogravitasi pada Kulit dan Rambut

1. Kulit Menjadi Lebih Tipis dan Rentan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dikutip dari DailyMail, studi menunjukkan bahwa kulit astronot dapat menjadi 20% lebih tipis setelah beberapa bulan di luar angkasa. Hal ini menghambat kemampuan regenerasi kulit, sehingga lebih rentan terhadap luka dan iritasi. Karena kurangnya gravitasi, cairan dalam tubuh bergeser ke arah kepala, menyebabkan wajah terlihat bengkak sementara area kaki mengalami penyusutan, yang dikenal sebagai fenomena "chicken legs."

Astronot Nasa Sunita WilliamsAstronot Nasa Sunita Williams Foto: dok. Instagram @nasaastronauts

2. Rambut Beruban

ADVERTISEMENT

Suni mengalami perubahan warna rambut yang mencolok selama misinya. Stres tinggi dalam kondisi luar angkasa dapat meningkatkan produksi hormon kortisol, yang mempercepat proses penuaan dan menyebabkan rambut menjadi beruban lebih cepat. Faktor lain adalah paparan radiasi yang tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel tubuh, termasuk folikel rambut.

3. Kulit Kering dan Sensitif

Atmosfer di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sangat kering karena sistem filtrasi udara yang menyerap kelembapan. Kulit astronot menjadi lebih kering dan mudah pecah-pecah. Tanpa perlindungan atmosfer Bumi, radiasi kosmik juga merusak kolagen dan elastin dalam kulit, yang menyebabkan keriput dan penurunan elastisitas kulit.

Efek Mikrogravitasi pada Tubuh

Astronot Nasa Sunita Williams

Foto: dok. Instagram @nasaastronauts

Selain kulit, seluruh sistem tubuh mengalami dampak besar akibat mikrogravitasi dan lingkungan luar angkasa:

1. Pengeroposan Tulang dan Kehilangan Massa Otot

Astronot kehilangan sekitar 1% kepadatan tulang setiap bulan karena kurangnya beban gravitasi yang merangsang pertumbuhan tulang. Meskipun mereka berolahraga hingga 2,5 jam sehari, astronot tetap kehilangan massa otot yang signifikan, membuat mereka tampak lebih kurus dan lemah setelah kembali ke Bumi.

Astronot Nasa Sunita WilliamsAstronot Nasa Sunita Williams sebelum ke Luar Angkara, pada Juni 2024 Foto: dok. Instagram @nasaastronauts

2. Gangguan Jantung dan Sirkulasi Darah

Jantung menjadi lebih lemah karena tidak perlu bekerja keras untuk melawan gravitasi. Hal ini meningkatkan risiko aritmia dan gangguan kardiovaskular.

Perubahan dalam sirkulasi darah juga dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah, yang dapat berbahaya bagi astronot.

3. Gangguan Penglihatan

Banyak astronot mengalami sindrom neuro-okular akibat penerbangan luar angkasa (Spaceflight Associated Neuro-Ocular Syndrome). Tekanan dalam kepala meningkat karena perpindahan cairan tubuh, yang dapat mengubah bentuk bola mata dan menyebabkan gangguan penglihatan permanen.

4 Risiko Kanker

Astronot Nasa Sunita Williams

Foto: dok. Instagram @nasaastronauts

Menurut penelitian NASA, tingkat paparan radiasi dalam misi enam bulan di ISS setara dengan lebih dari sepuluh kali paparan radiasi alami di Bumi. Paparan radiasi kosmik di luar angkasa dapat merusak DNA dan meningkatkan risiko berbagai jenis kanker.

5. Gangguan Pola Tidur dan Kelelahan Kronis

Di ISS, astronot mengalami 16 kali matahari terbit dan terbenam dalam sehari, yang mengganggu ritme sirkadian mereka. Hal ini menyebabkan gangguan tidur, yang dapat mempercepat penuaan, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan memengaruhi kinerja kognitif.

Setelah kembali ke Bumi, Suni dan rekannya, Butch Wilmore, harus menjalani rehabilitasi intensif selama 45 hari untuk memulihkan massa otot, keseimbangan, serta kepadatan tulang mereka. Meskipun banyak dari efek ini dapat berangsur membaik, beberapa perubahan, seperti pengeroposan tulang dan risiko penyakit kronis, mungkin tidak dapat sepenuhnya pulih.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads