Cara Menghindari Makan Berlebihan karena Emotional Eating
wolipop
Senin, 03 Des 2012 09:32 WIB
Jakarta
-
Disiplin dalam berdiet memang banyak tantangannya. Ada saja hal-hal yang bisa menyebabkan seseorang gagal diet. Sedih karena putus cinta, stres atau bosan bisa memicu orang untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tinggi kalori.
Hasrat makan berlebihan yang dipicu oleh emosi yang tidak stabil, biasa dinamakan sebagai emotional eating. Gangguan makan ini bukan sekadar makan semangkuk besar es krim untuk hilangkan sedih karena putus cinta, atau kecewa akibat dikhianati kekasih. Menurut pakar emotional eating Beth Castle, 95 persen keinginan makan adalah karena faktor emosional.
Emotional eating bisa terjadi karena stres, marah, suntuk dengan pekerjaan atau hanya sekadar bosan yang memicu Anda untuk mencari-cari makanan di dapur atau kulkas. Saat itu terjadi, Anda sudah masuk dalam 'perangkap' yang membuat berat badan naik.
"Ketika seseorang membutuhkan rasa nyaman, sangat mudah bagi mereka untuk lari ke makanan. Dia memang akan merasa lebih baik. Tapi begitu cake cokelat atau es krim yang ada di tangan habis, Anda justru merasa lebih buruk dari sebelumnya. Anda pun makan dan makan lagi, dan berakhir pada penambahan berat badan," ujar Beth, seperti dikutip dari Livestrong.
Beth menyarankan untuk mencari pelarian selain makanan. Manfaatkanlah interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhan psikis Anda. Terkadang, tertawa adalah cara terbaik agar Anda merasa nyaman.
Mengalihkan rasa kesal, sedih, bosan atau kecewa juga bisa dilakukan dengan menonton film komedi di bioskop. Tapi ingat, jangan nonton dengan ditemani pop corn mentega dan segelas besar soda karena akan tetap merusak diet. Berjalan-jalan di kompleks sekitar rumah atau pergi bersama kawan ke taman kota juga bisa jadi obat terbaik penghilang stres tanpa harus makan banyak camilan.
Hal terpenting yang harus Anda lakukan untuk menghindari emotional eating, adalah memaafkan diri sendiri. Dijelaskan Kathie Mattison, seorang terapis untuk penderita gangguan makanan di Rockford, Illinois, menghukum diri sendiri dengan makan banyak hanya akan membuat emosi semakin tidak stabil dan program diet pun jadi lebih buruk.
Saat Anda sudah bisa memaafkan diri sendiri, ketika itu juga Anda bisa menciptakan pola makan yang lebih sehat. Namun melawan emotional eating juga bukan hal yang mudah. Jika keadaan emosional sudah bertambah parah sampai menimbulkan depresi bahkan mengubah kehidupan Anda, saran Kathie, cobalah temui terapis atau psikolog untuk membantu Anda. Jangan langsung lari ke makanan tidak sehat.
(hst/kik)
Hasrat makan berlebihan yang dipicu oleh emosi yang tidak stabil, biasa dinamakan sebagai emotional eating. Gangguan makan ini bukan sekadar makan semangkuk besar es krim untuk hilangkan sedih karena putus cinta, atau kecewa akibat dikhianati kekasih. Menurut pakar emotional eating Beth Castle, 95 persen keinginan makan adalah karena faktor emosional.
Emotional eating bisa terjadi karena stres, marah, suntuk dengan pekerjaan atau hanya sekadar bosan yang memicu Anda untuk mencari-cari makanan di dapur atau kulkas. Saat itu terjadi, Anda sudah masuk dalam 'perangkap' yang membuat berat badan naik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beth menyarankan untuk mencari pelarian selain makanan. Manfaatkanlah interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhan psikis Anda. Terkadang, tertawa adalah cara terbaik agar Anda merasa nyaman.
Mengalihkan rasa kesal, sedih, bosan atau kecewa juga bisa dilakukan dengan menonton film komedi di bioskop. Tapi ingat, jangan nonton dengan ditemani pop corn mentega dan segelas besar soda karena akan tetap merusak diet. Berjalan-jalan di kompleks sekitar rumah atau pergi bersama kawan ke taman kota juga bisa jadi obat terbaik penghilang stres tanpa harus makan banyak camilan.
Hal terpenting yang harus Anda lakukan untuk menghindari emotional eating, adalah memaafkan diri sendiri. Dijelaskan Kathie Mattison, seorang terapis untuk penderita gangguan makanan di Rockford, Illinois, menghukum diri sendiri dengan makan banyak hanya akan membuat emosi semakin tidak stabil dan program diet pun jadi lebih buruk.
Saat Anda sudah bisa memaafkan diri sendiri, ketika itu juga Anda bisa menciptakan pola makan yang lebih sehat. Namun melawan emotional eating juga bukan hal yang mudah. Jika keadaan emosional sudah bertambah parah sampai menimbulkan depresi bahkan mengubah kehidupan Anda, saran Kathie, cobalah temui terapis atau psikolog untuk membantu Anda. Jangan langsung lari ke makanan tidak sehat.
(hst/kik)
Home & Living
SANKEN HWN-K13: Dispenser Portable Ringan, Higienis & Hemat Listrik!
Health & Beauty
Auto Cantik! Styling Rambut Jadi Cepat & Mudah dengan NVMEE Taurus Hair Styler 2.0
Health & Beauty
Wajib Dicoba! 3 Body Lotion Wangi & Melembabkan Yang Bikin Mood Naik dan Kulit Makin Glowing
Health & Beauty
Yuk Kenalan Sama Blackmores Ultimate Radiance Skin, Suplemen Kulit dari Dalam Untuk Wajah Glowing dan Awet Muda!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Demi Kurus Instan Wanita Jajal Suntikan Pelangsing, Berakhir Nyaris Meninggal
Riset: Pernikahan Harmonis Bisa Bantu Turunkan Berat Badan, Ini Faktanya
Viral Diet Hormon 21 Hari Bisa Turunkan Berat Hingga 6 Kg, Ini Faktanya
6 Suplemen yang Tak Boleh Diminum Bersamaan, Bisa Kurangi Manfaatnya
Yuni Shara Bagikan Rahasia Tubuh Ideal & Penampilan Awet Mudanya di Usia 53
Most Popular
1
8 Foto Aaliyah Massaid & Thariq Halilintar Umrah Perdana Bareng Baby Arash
2
Outfit Lewis Hamilton Serba Dior di F1 Abu Dhabi 2025, Disebut Fashion Victim
3
Penampilan Baru Prilly Latuconsina Dengan Rambut Bob Pendek, Cantik Memukau
4
Makeup Tetap On, Begini Cara Reapply Sunscreen yang Benar!
5
Makna Busana Serasi Oranye Timothee Chalamet & Kylie Jenner yang Jadi Sorotan
MOST COMMENTED











































