Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Putih Jadi Warna 2026, Pantone Dihujani Kritik dan Tuduhan Tonedeaf

Daniel Ngantung - wolipop
Senin, 15 Des 2025 19:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Koleksi Masshiro & co. di Jakarta Fashion Week 2026. Busana monokrom hitam dan putih mendominasi.
Busana serba putih di koleksi Masshiro & Co. ditampilkan di Jakarta Fashion Week 2026. Pantone memilih warna putih dipilih sebagai Color of the Year 2026. (Foto: Dandy Hendrata/Jakarta Fashion Week)
New York City -

Penetapan 'Cloud Dancer' sebagai Color of the Year 2026 rupanya memicu kritikan tajam. Pantone sebagai pakar tren warna yang merilisnya dinilai tone deaf dengan ketegangan yang terjadi belakangan ini.

'Cloud Dancer' merujuk pada warna putih yang berkode 11-4201 di katalog Pantone. Banyak yang menilai pemilihan warna putih sarat makna politik dan ideologis, terutama dikaitkan dengan perbincangan soal keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.

Pantone 2026 Cloud DancerFoto: dok. Pantone

"Di saat warna digunakan untuk mengekspresikan budaya, keberagaman, emosi, dan inovasi, memilih nuansa berbasis putih terasa tidak peka," ujar seorang pengguna Instagram seperti dikutip People.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di media sosial, muncul tagar seperti "whitewashing" dan "Pantonedeaf" sebagai bentuk protes terhadap perusahaan yang berbasis di New Jersey, Amerika Serikat, itu.

"Memilih warna putih di tengah situasi sosial dan politik seperti sekarang benar-benar menyampaikan pesan tertentu...," ujar Jason Rhee, desainer dan kreator di Rheefined Company.

ADVERTISEMENT

Pemilihan tersebut sekaligus memicu perdebatan apakah putih layak disebut sebagai warna. "Saya bertanya-tanya apakah orang-orang di @pantone pernah diberi tahu, seperti saya saat kecil dulu, bahwa putih bukanlah warna... melainkan ketiadaan warna," tulis pengguna di platform X.

Reaksi yang timbul rupanya sudah sampai ke telinga Pantone. Melalui keterangan tertulis, Direktur Eksekutif Pantone Color Institute Leatrice Eiseman menegaskan bahwa pemilihan Cloud Dancer tidak bermuatan politik.

"Tim global di Pantone Color Institute memilih warna ini berdasarkan resonansi emosional dan kreatifnya, bukan sebagai pernyataan politik, ideologi, atau ras," kata Eiseman seperti dikutip WWD.

Ia menambahkan, Pantone tidak melekatkan narasi politik pada warna: "Memilih atau menghindari warna atas dasar itu justru akan memberi makna yang tidak relevan dalam proses ini."

Terkait beragam interpretasi, Eiseman berdalih bahwa makna warna sangat bergantung pada konteks dan perspektif. "Cloud Dancer adalah warna tentang relaksasi, refleksi, dan kreativitas," ujarnya.

Pantone pertama kali memperkenalkan Color of the Year pada 1999 untuk menandai milenium baru. Penunjukan Cloud Dancer menjadi yang pertama kalinya warna bernuansa putih dipilih sebagai Color of the Year.

(dtg/dtg)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads