September biasanya menjadi bulan yang membahagiakan bagi desainer Indonesia seperti Wilsen Willim dan Yosafat Dwi Kurniawan. Namun, tahun ini terasa bertolak belakang. Rasa takut, khawatir, dan marah justru mengusik perasaan mereka.
Wilsen dan Yosafat terjadwal untuk menampilkan koleksi busana mereka di Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2025 awal pekan depan. Namun, beberapa hari menjelang peragaan, situasi Ibu Kota mendadak berubah mencekam setelah pecahnya kericuhan yang dipicu amarah publik terhadap ujaran dan tindakan tak pantas beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pihak penyelenggara pun memutuskan untuk menunda seluruh rangkaian peragaan busana yang melibatkan puluhan desainer lokal tersebut hingga waktu yang belum ditentukan.
Rescheduling tentu tak semudah membalikkan telapak tangan karena fashion show melibatkan banyak pihak, mulai dari model, tim makeup artist dan hair-do, penata artistik, koreografer, hingga teknisi visual dan audio.
Lebih sulit bagi Wilsen karena bukan cuma satu fashion show yang sudah disiapkannya. Untuk September ini, ia total memiliki tujuh perhelatan dan semuanya terpaksa diundur.
"September-Oktober itu bulan jayanya desainer. It's our strongest months," ungkap desainer kelahiran Jakarta, Agustus 1993, itu saat dihubungi Wolipop, Senin (1/9/2025). Puncaknya, Jakarta Fashion Week (JFW) yang digelar akhir bulan ke-10.
Omzet desainer, seperti diakui Yosafat, melonjak tajam setiap kali merilis koleksi baru di fashion show. Yosafat sendiri, rata-rata mencatatkan kenaikan untung tiga kali lipat.
"Banyak orang yang menganggap fashion show itu acara glamor, and I can't blame them. Padahal, it's all about business," tambah desainer lulusan terbaik LaSalle College Jakarta itu di ujung telepon.
Tak heran bila akhirnya ada desainer yang berani berinvestasi lebih dengan langsung menyiapkan stok busana agar dapat langsung dijual selepas muncul di catwalk.
Wilsen mengandalkan strategi tersebut untuk peluncuran koleksi kapsul ketiganya bersama label OE yang telah dinanti-nantikan pencinta mereka. Sejatinya, acara peluncuran dilaksanakan pekan ini.
"Kami spend cukup besar. Kalau mau tetap menjualnya tanpa fashion show, jadi tidak ada momentum perayaannya dan sangat tidak pas dengan situasi sekarang," kata anggota Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) ini.
Keadaan Wilsen kian pelik karena pemasukannya juga bergantung pada penjualan ritel. Imbas dari keonaran, sejumlah department store rekanan Wilsen terpaksa tutup lebih awal.
Wilsen juga tak bisa berharap lebih pada kliennya karena mereka sedang membatasi pengeluaran. "Satu hari saja, kerugian ditaksir bisa mencapai puluhan juta rupiah," ungkap perancang yang desainnya mengangkat keindahan wastra Nusantara dengan sentuhan kontemporer itu.
Jika kondisi tak berangsur normal, jenama yang baru dirintisnya selama empat tahun ini terancam gulung tikar. Dengan dana cadangan untuk membiayai 30 karyawan yang menggantungkan hidup padanya, ia memprediksikan hanya bisa bertahan selama tiga atau empat bulan.
Teringat lagi di benak Wilsen masa survival mode kala pandemi COVID-19. Namun, huru-hara yang terjadi sebenarnya lebih memantik pengalaman traumatisnya dari kerusuhan Mei 1998 yang dibayangi isu etnis sehingga Wilsen sekeluarga harus mengungsi ke Singapura.
Ibunya yang sampai saat ini bermukim di Singapura mewanti-wanti Wilsen untuk segera meninggalkan Indonesia. "Saya tidak bisa pergi begitu saja, kabur ke luar negeri seperti anggota DPR karena banyak orang yang yang menggantungkan hidupnya ke saya," tegasnya.
Demi Indonesia yang Lebih Baik
Peragaan Yosafat di PIFW tadinya akan menandai debut koleksi busana prianya setelah belasan tahun berkarya sebagai desainer.
Namun, desainer yang juga anggota IPMI ini rela momen penting dalam kariernya yang sudah disiapkan berbulan-bulan lamanya itu tertunda demi tujuan yang lebih baik.
Pernah peragaannya tertunda ketika awal pandemi COVID-19 dan penundaan tersebut cukup berat baginya untuk dihadapi. Kali ini, ia lebih mudah menerima karena muak pula dengan kinerja para 'wakil' rakyat yang tidak menjalankan amanah dengan serius.
"I want change, saya nggak mau lagi punya anggota DPR yang kerjanya nggak becus dan berperilaku yang menyakiti hati masyarakat. This fashion show can wait," ungkap Yosafat.
Fashion termasuk salah satu penggerak utama industri kreatif Indonesia yang turut berkontribusi besar bagi ketahanan perekonomian nasional. Kebanyakan dari mereka yang berkecimpung di bidang ini merupakan pelaku UMKM yang ikut membuka lapangan pekerjaan.
Pemerintah perlu segera mengambil tindakan tegas. Presiden memang sudah berbicara. DPR menyatakan segera mengevaluasi diri. Permohonan maaf juga sudah disampaikan.
Namun bagi Wilsen dan Yosafat, semuanya belum cukup untuk mengendalikan situasi. Menurut Wilsen, Rancangan Undang-undang (RUU) Perampasan Aset perlu segera disahkan karena termasuk dalam tuntutan utama yang diserukan publik.
Yosafat senada dengan Wilsen. Namun ia juga mengkritik inkonsistensi kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
"Jujur, selama 10 bulan terakhir ini sangat struggling karena ada saja peraturan yang berubah-ubah setiap bulannya. Bagaimana kami bisa produktif dan untung kalau tidak ada kepastian dari pemerintah," katanya.
Simak Video "Video: Brand Lokal Ini Pakai Secang dan Kemiri di Koleksi Terbarunya"
(dtg/dtg)