Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Etos Kerja Desainer Italia yang Patut Dicontoh Perancang Mode Indonesia

Daniel Ngantung - wolipop
Rabu, 27 Agu 2025 19:43 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Sekolah Mode Istituto di Moda Burgo Indonesia
Skesta desain karya murid sekolah mode Burgo Indonesia. (Foto: Dok. Burgo Indonesia)
Jakarta -

Seperti Prancis, Italia juga menjadi 'kandang' bagi desainer dan label mode yang telah mendunia. Sebut saja Giorgio Armani, Miuccia Prada, Gucci, Valentino, Versace, Fendi, and the list goes on. Kesuksesan nama-nama besar tersebut tentu tidak didapat secara instan. Kegigihan dan etos kerja mereka turut berperan besar.

Memiliki bakat dan kreativitas memang sangat krusial bagi seorang perancang mode. Namun, semuanya tidak akan berarti tanpa dibarengi sikap dan kepribadian seorang pekerja keras.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Utama Istituto di Moda Burgo (IMB) Indonesia Jenny Yohana Kansil tak hanya mengagumi kepiawaian dan tangan-tangan kreatif para pelaku industri mode Italia, tapi juga etos kerja mereka yang patut dicontoh orang Indonesia yang bercita-cita menjadi seorang desainer.

Kekaguman tersebut yang kemudian memotivasinya untuk membawa Burgo dari Milan ke Jakarta 14 tahun lalu. "Selain Italian know-how, kami juga memberikan attitude," ujar Jenny saat merayakan hari jadi IMB Indonesia beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Sebagai lulusan IMB pusat, juga pernah meniti karier di sana, Jenny melihat perbedaan yang mencolok dengan budaya kerja di Indonesia.

"Mungkin karena di sini segala sesuatu terasa mudah didapatkan, kita jadi kurang disiplin dan cenderung suka anggap remeh pekerjaan. Bekerja pun setengah-tengah, dan kerap kali menunda pekerjaan," ungkap desainer yang tergabung dalam Indonesian Fashion Chamber ini.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Biagio Belsito yang menjabat sebagai Art Director Burgo Milano. Aktif di alta moda Italia yang levelnya setara dengan ranah haute couture Prancis, pengalaman pria bertitel profesor ini mencakup keterlibatan dalam beberapa koleksi krusial rumah mode Dolce & Gabbana, besutan duo desainer Domenico Dolce dan Stefano Gabbana.

"Kami berteman baik, tapi saat kerja bersama, kami sangat fokus bagaikan kuda. Secara blak-blakan, kami saling menyampaikan kritik, tapi yang membangun," ujarnya tentang bagaimana perancang Italia bekerja di balik layar.

Menurut Jenny, Indonesia tidak pernah kekurangan orang yang kreatif. Sumber daya alam dan warisan budaya dalam bentuk wastra atau kain tradisional pun melimpah. Namun, etos kerja yang kurang masih menjadi tantangan.

Oleh karena itu, IMB Indonesia yang telah melahirkan nama-nama seperti Julianto dan Tities Sapoetra memiliki visi lokal yang spesifik yakni 'Indonesia Fashion Freedom' sebagai sebuah gerakan untuk membebaskan negara ini dari belenggu 'berkarya yang setengah-setengah'. Demikian Jenny menyampaikannya.

Dalam waktu dekat, para Burgorian, sebutan untuk murid Burgo Indonesia, akan berpartisipasi dalam gelaran Plaza Indonesia Fashion Week 2025. Jenny mengungkapkan, salah satu muridnya terpaksa dibatalkan keikutsertaannya lantaran tidak dapat memenuhi ketentuan. Keputusan tersebut rupanya berujung ancaman laporan ke pihak berwajib tapi Jenny tak gentar dan tetap pada prinsipinya pada kedisiplinan.

"Italian mastery unites with Indonesian soul. Ini yang kami lakukan di Burgo, mengubah mindset. Kami melatih mahasiswa dengan deadline waktu internasional. Dengan begitu kita bisa berkompetisi secara internasional. Win local, shine global," kata Jenny yang berencana mengekspansi Burgo Indonesia ke kota-kota lain.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads